Oleh: Irna Maifatur Rohmah
Dewasa ini, pendidikan tidak habis-habisnya memberi peluang bagi kita untuk berpikir dan mencari celah guna memperbaiki yang sudah ada. Hal ini karena beberapa faktor yang secara tidak disadari bermula dari diri kita sebagai orang dewasa. Sebagai guru yang notabanenya adalah orang yang telah dewasa seharusnya memiliki kendali untuk hal tersebut. Apabila memang kehendak itu muncul dari dalam diri guna mendidik semata. Namun, belakangan citra guru melemah. Keberadaan guru dipandang sebelah mata bahkan oleh siswa itu sendiri. Kepercayaan pada guru menurun akibat banyak kasus yang merugikan guru. Sehingga guru cari aman dengan tidak terlalu masuk ke dalam sosial siswa dan rasa percaya siswa kian terkikis.
Sebagai guru, bukan seharusnya bertindak demikian. Guru tetap harus mengusahakan agar menjadi tempat yang bisa dipercaya oleh siswa. Berikut ini, beberapa trik yang bisa dilakukan guru agar makin dipercaya oleh siswa.
Tertarik dengan apa yang anak minati. Hobi, kebiasaan, pekerjaan, hiburan, dan hal kecil lainnya banyak yang baru di era sekarang. YouTuber, konten creator, endorment, aneka game, trend olahraga, fashion menjadi hal baru di zaman ini. Mungkin ada beberapa yang kurang cocok dengan pribadi guru. Namun, kita perlu mengingat bahwa siswa kita kini hidup di zaman ini. Bukan di zaman kita dahulu. Jadi sangat wajar ketertarikan mereka berbeda, sesuai zamannya. Sebagai guru kita perlu menunjukkan ketertarikan dengan apa yang diminati oleh siswa. Guru perlu menjadi orang yang penasaran dengan kebiasaan atau hobi siswa selagi itu tidak menyalahi kodrat, batasan, dan positif. Gali apa yang sedang diminati anak dengan bertanya progress-nya atau meminta informasi lebih dari siswa tersebut. Dengan itu, bisa menarik siswa untuk percaya pada guru. Sebab keberadaan siswa dengan kebiasaannya diakui.
- Iklan -
Kontak fisik sederhana. Sebesar apapun fisik siswa, ia masihlah anak-anak yang butuh apresiasi dan motivasi dari orang di sekitarnya. Termasuk guru. Dengan itu, guru perlu sesekali menggunakan kontak fisik untuk memberikan dorongan dan semangat. Seperti mengelus bahunya untuk menenangkan, salaman, tos, dan banyak kontak fisik yang aman dan tidak menimbulkan kesalahpahaman. Sentuhan-sentuhan atau kontak fisik itu menjadi sinyal bagi otak siswa sehingga mereka memiliki keterikatan dengan individu itu. Ini yang perlu dikuasai guru untuk mendidik.
Guru cerita rahasia kecilnya siswa akan menceritakan semua rahasianya. Ketika siswa sedang berada di situasi yang berbeda, perilaku atau gesturenya akan terlihat. Bisa menjadi murung, bahagia, atau ekspresi lain yang tak biasanya. Guru terkadang perlu memvalidasi apa yang sedang dialami siswa. Di sini, guru perlu membuka pengalamannya sedikit untuk memantik siswa menceritakan hal yang dialaminya. Yang mana guru bisa mengambil langkah terbaik mengarahkan, memberikan batasan, atau memberi pilihan apabila diminta oleh siswa. Dengan itu, guru lebih mudah mendapatkan informasi yang valid dari siswa yang bersangkutan. Sehingga antara guru dan siswa tidak ada kesalahpahaman.
Ringanlah mengkui kesalahan dan meminta maaf ke murid. Meski sudah dewasa, guru tidak jarang mengalami kesalahan pada siswa. Entah secara lisan, perilaku, atau gesture. Seperti keterlambatan masuk kelas misalkan, guru perlu meminta maaf pada siswa. Akuilah kesalahan guru agar siswa makin percaya pada guru dan tidak mudah berbohong. Dengan guru yang ringan meminta maaf dan mengakui kesalahan, siswa akan respect pada guru. Sehingga guru akan menjadi sesuatu yang bernilai dan segan. Paling tidak, siswa akan berpikir dua kali ketika berbuat kekeliruan.
Tiru perilaku dan ekspresi ketika interaksi. Kehidupan guru di sekolah seolah dihabiskan oleh siswa. Benar, guru di sekolah memang milik siswa untuk menunjukkan perilaku dan moral yang baik. Maka dari itu, guru perlu pandai-pandai mengambil hati siswa agar bisa dipercaya. Salah satunya dengan meniru perilaku dan ekspresi ketika berinteraksi dengan siswa. Tidak harus semuanya ditiru. Cukup ciri khasnya saja. Siswa akan senang dan merasa keberadaannya berarti. Siswa menjadi percaya diri bahwa keunikannya bukanlah hal yang perlu dipermalukan. Sehingga siswa menjadi percaya pada guru.
Ekspresikan opinimu secara jujur tentang siswa. Terkadang siswa tidak percaya diri dan meminta pendapat dari guru. Nah, pada kesempatan ini guru mestinya memberikan opini sejujurnya tentang siswa. Guru tidak perlu menutupi atau menyimpan pendapatnya terhadap siswa. Dengan kejujuran itu, siswa akan makin percaya pada guru. Hanya saja, guru perlu menata bahasanya agar meminimalisir kesalahpahaman siswa.
Nah, menjadi guru perlu usaha pula untuk membentuk kepercayaan siswa. Sebab siswa juga bisa menilai guru mulai dari tampilan hingga keperilakunya. Meskipun kompleks namun guru perlu mencoba beberapa trik di atas untuk memperkuat kepercayaan siswa pada guru.
– Alumni UIN Prof KH Saifuddin Zuhri Purwokerto