PERCAKAPAN -PERCAKAPAN DI KEDAI KOPI
“satu suara begitu berharga”
aku dan kau
tentu punya cara pandang berbeda
tergantung dari mana info dan berita sampai di telinga
- Iklan -
satu dua dan tiga
semua istimewa
yang berkata kata
yang berkuda
yang bermedia
mereka adalah anak bangsa
bernegara dan berpancasila
satu suara kita adalah penentu
meski beda suara
tak boleh saling berperkara
kita ubahnya secangkir kopi
dalam kondisi apa saja
bisa saling bercanda dengan ria
aku dan kau
bisa saja beda
dalam pilihan
setelahnya,
tak boleh menyebarkan
kebencian berkelanjutan
SELAMAT DATANG DEMOKRASI
“dari keputusan keputusan penting terbuka dan tertutup
negara ini tercipta”
saban lima tahun sekali
kita berpesta demokrasi
menentukan arah negeri ini
dengan hati
melalui nurani
tanpa jual beli
selamat datang demokrasi
tak ada basa basi
kita saling memahami
satu sisi dua sisi
“kau bukan kita siapa lagi”
masyarakat adalah perekat
kita adalah panitia
tanpa ada serangan fajar
tanpa harus berbagi bagi
selamat datang demokrasi
tanpa di beli
tanpa terlabeli
demokrasi adalah nurani
SEPANJANG JALAN
“di keramaian ada janji
di sepanjang jalan minta dukungan”
di pelosok pelosok desa
di dusun dusun
ada baliho baliho
dengan berbagai janji manis
tak ubahnya ritmis gerimis
“semua adalah baik
semua adalah terhebat
tanpa harus berdebat”
mereka menawarkan
aku dan kau mendapat pilihan
kita harus cerdas
menemukan yang pantas
dari hiruk pikuk pentas
aku dan kau
jangan sampai tertebas
pada janji manis
terkadang ritmis
pada baliho baliho
dukungan dukungan
kita adalah pemenang
pada diri sendiri
ada yang bilang tulus
tanpa fulus
ada yang mengabdi
tak perlu janji janji
sepanjang jalan
kita dapat cerita cerita
penuh harapan
JAM JAM KENANGAN PELADANG DI BULAN JUNI
suatu waktu aku bisa mati
saat menjalani kenangan seperti ini
seperti kembang randu bermekaran
sebelum kemarau panjang
sebelum segalanya menghilang
dari bulan Juni, kumulai kisah puisi
di tengah kemarau panjang
kita pernah membayangkan
mengasuh anak anak
berlari, riang, berkejaran
diatas rumput gajahan
menemani ritus kehidupan
yang nantinya bakal terjal dan berbatu
“Hidup penuh perseteruan dan kebusukan”
katamu, tapi kita perlu menunggu
musim keluar membawa ketentraman
tentang kesabaran pohon srikaya, ketabahan alang-alang, suka duka burung kutilang
waktu mengambang
kabut menyelimuti kembang
kita masih bersama hidup serumah
diterpa kemelaratan menghadapi bencana
yang tak pernah direncanakan
“apa kau lelah”
ini bulan Juni, malam biasa dingin
ada kenangan mahar selimut berenda
ini bisa menyelimuti tubuh kita
menjadi sedikit hangat, sampai tua, sampai renta
ini bulan Juni, sayang
coba lihat hamparan ladang
dingin, kering, hanya tumbuh sedikit jagung
kau membawanya tidur, aku membawanya kedalam mimpi
diam, lengang, seperti kisah roman-
“menunggu hujan di bulan Juni”
SUNGAI
besuk bisa jadi
tak ada yang mengalir
hulu tak mampu membawanya
ke hilir
kanak- kanak
berenang dalam akuarium
bergaun warna warni
seperti air kemasan terpajang di toko toko
>Niam At Majha,Buku puisi tunggalnya berjudul Nostalgi dan Melankoli (2018).