Semarang, Maarifnujateng.or.id – Dalam Pendidikan dan Pelatihan (Diklat) Gerakan Literasi Ma’arif (GLM) Plus Part 6 bertajuk “Gerakan Literasi Digital” oleh Tim GLM Plus Lembaga Pendidikan Ma’arif NU PWNU Jateng, narasumber Tim GLM Plus dan Direktur Mikopedia, Miftakhul Khoiri, menegaskan bahwa branding sekolah dan madrasah Ma’arif NU sangat ditentukan oleh meme, gambar, video, maupun lagu.
Hal itu dipaparkannya dalam Diklat GLM Part 6 Selasa (3/12/2024) melalui Zoom Meting yang diikuti ratusan guru, dan pelajar Ma’arif NU se Jawa Tengah yang dimoderatori mahasiswi Inisnu Temanggung Azzahra Nurul Fida.
- Iklan -
“Saya menyebutnya meme marketing. Jadi, meme, gambar, video dan lagu itu bisa berdampak positif bagi branding sekolah dan madrasah Ma’arif,” kata Miko dalam paparan materinya berjudul Strategi Pembuatan Meme/Gambar dan Animasi untuk Branding Pendidikan.
Manfaat meme marketing sendiri, dijelaskan Miko setidaknya ada enam. Pertama, meningkatkan eksistensi madrasah atau sekolah. “Strategi ini memiliki potensi untuk menjadi viral di media sosial, sehingga dapat menjangkau audiens yang lebih luas. Dengan meme yang menarik dan menghibur, Madrasah atau Sekolah dapat dengan mudah mencapai pengakuan dan meningkatkan kesadaran tentang kegiatan, prestasi dan layanan yang diberikan,” kata dia.
Kedua, meningkatkan keterlibatan dan interaksi. Ketiga, meningkatkan keterjangkauan media sosial. Keempat, penyampaian pesan dengan cepat dan efektif. Kelima, meme menjadi konten yang murah dan ekonomis. Keenam, meningkatkan kunjungan situs website sekolah dan madrasah.
Usai paparan materi, Miko juga melakukan demo singkat dalam pembuatan meme dengan memanfaatkan aplikasi online yang gratis maupun berbayar.
“Dalam pembuatan desain Meme yang powerfull, Kita dapat memanfaatkan fasilitas gratis yang ada di internet, seperti Canva, Adobe.com, Capcut, dan lain-lain, baik yang versi desktop maupun mobile,” kata dia.
Sementara itu, Koordinator Bidang Media, Informasi, Publikasi, dan Kehumasan LP. Ma’arif NU PWNU Jawa Tengah Nur Hasan mengatakan bahwa branding merupakan aktivitas yang dilakukan untuk mempertahankan serta memperkuat merek atau brand sehingga mampu
memberikan perspektif ke orang lain/publik.
“Branding sekolah itu proses membangun identitas, citra, dan reputasi unik sebuah sekolah untuk menciptakan persepsi Positif di benak masyarakat terutama calon siswa dan orang tua,” kata dia dalam materi bertajuk Strategi Pembuatan Lagu/Musik dan Video untuk Branding Pendidikan tersebut.
Dalam membuat video atau lagu, dibutuhkan konsep yang jelas. “Konsep pembuatan video branding pendidikan ini dimulai dari visi dan nilai inti, target audiens, narasi yang inspiratif, visual dan suara yang menarik,” kata Hasan.
Hasan membagi produk video atau lagu dimulai dari pra produksi, produksi, paca produksi, distribusi dan promosi.
Sementara itu, dalam sambutannya, Koordinator GLM Plus Dr. Hamidulloh Ibda menegaskan bahwa kegiatan GLM Part 6 menjadi penting karena sekolah dan madrasah wajib melek media digital. “Saat ini semua promosi tidak hanya dilakukan saat musim PPDB saja, namun setiap saat melalui platform media sosial yang di dalamnya berisi konten meme, gambar, quote, musik, video, maupun lagu,” kata Ibda.
Selain itu, perkembangan AI menurut dia harus ditangkat sebagai peluang untuk memaksimalkan potensi sumber daya yang dimiliki satuan pendidikan. “Maka harapannya, GLM keenam ini bisa membuka wawasan, dan berbagi praktik baik dari Mas Miko dan Mas Hasan yang selama ini sudah membantu produksi konten di Ma’arif NU Jawa Tengah,” beber dia.
Usai sambutan yang mewakili Ketua LP. Ma’arif NU PWNU Jateng, Ibda secara resmi membuka GLM yang diikuti ratusan peserta tersebut. (*)