Oleh: Dini Salamah
Mahasiswa INISNU Temanggung
Berbicara mengenai kecerdasan buatan tidak akan luput dari ganasnya kemajuan teknologi saat ini. Di era society 5.0 teknologi seperti (AI) Artificial Intelligence, IoT (internet of things) dan big data telah dimanfaatkan untuk meningkatkan kualitas hidup manusia sesuai dengan perkembangan zaman. Dalam konteks Pendidikan, istilah “keterampilan abad ke-21” erat kaitannya dengan keterampilan 4C (Critical Thingking, Creativity, Collaboration dan Communication). Dimana pada abad ini siswa dituntut untuk menguasai empat keterampilan yang sangat berguna dalam menghadapi berbagai tantangan dunia modern.
Nah untuk menjawab tantangan tersebut kini Artificial Intelligence (kecerdasan buatan) hadir sebagai jawaban sekaligus solusi inovatif yang dapat menyongsong pembelajaran 4C. Sebenarnya ide untuk menciptakan mesin yang mampu berfikir dan berperilaku layaknya manusia sudah muncul sejak zaman dahulu, namun kenyataannya membutuhkan waktu yang tidak sedikit untuk merealisasikannya. Artificial Intelligence mulai berkembang pada tahun 1950-an yang dipelopori tokoh ternama diantaranya Alan Turing , John McCarthy, Marvin Minsky, Herbert Simon dan beberapa ilmuan lainnya. Saat itu mereka membentuk kelompok penelitian untuk menggali dan mempelajari lebih mendalam mengenai kecerdasan buatan (kemenku.go.id). Setelah melalui lika liku perjalanan panjang lahirlah Artificial Intelligence.
- Iklan -
Mengutip dari CNN Indonesia, fenomena yang terjadi saat ini minat warga Indonesia terhadap pemanfaatan AI tergolong tinggi. Tidak terkecuali dibidang pendidikan. Dibidang pendidikan, AI dimanfaatkan sebagai sarana pengembangan pembelajaran adaptif. Sebelumnya pemerintah telah melakukan berbagai upaya untuk meningkatkan kualitas pendidikan di Indonesia. Nah salah satu trobosan pemerintah dibidang pendidikan yaitu penerapan kompetensi 4C (Creativity, Critical Thingking, Communication dan Collaboration) yang wajib dikuasai siswa. Harapannya dengan menguasai keterampilan 4C, siswa siap menghadapi berbagai tantangan di kehidupan yang semakin kompleks.
Penguatan Pembelajaran 4C di Sekolah melalui Pemanfaatan Artificial Intelligence
Pertama, Creativity. Siswa harus berpikir kreatif dalam mencetuskan ide, gagasan dan pemecahan masalah. Dalam mendorong kreativitas anak melalui AI, guru dapat mengenalkan platform AI seperti alat desain grafis otomatis, membuat konten kreatif, contoh konkretnya mengenalkan aplikasi Canva. Tentunya kita sudah tidak asing dengan aplikasi ini. Canva menjadi aplikasi desain grafis yang cukup populer. Dengan memanfaatkan kecerdasan buatan canva menyediakan ribuan template gratis sehingga bisa diakses siapa saja. Melalui tamplate serta kustom yang beragam dapat meningkatkan daya kratifitas siswa, berpikir kritis dalam menyelesaikan desain grafisnya dan memungkinkan siswa untuk mengkomunikasikan bahkan dapat mengkolaborasikan proyeknya dengan teman-temannya. Selain canva aplikasi lain untuk meningkatkan daya krativitas siswa diantaranya Tinkercad, Scratch, Nation AI dan lain sebagainya.
Kedua, Critical Thinking. Siswa harus berpikir kritis dalam menganalisis masalah serta mampu menemukan solusi yang tepat. Nah berpikir kritis menjadi salah satu soft skill wajib dimiliki siswa. Banyak aplikasi berbasis AI yang bisa dimanfaatkan guru untuk mengasah keterampilan berpikir kritis siswa. Diantaranya Quizlet, platform ini dapat memberikan segudang pertanyaan yang dapat mengasah keterampilan berpikir kritis siswa. Selain Quizlet ada juga Kahoot, Lumosity dan lainnya.
Ketiga, Communication. Siswa mampu membangun komunikasi dengan orang lain. Baik dengan teman sebaya, guru, orangtua, maupun masyarakat. Diantara aplikasi AI yang dapat membantu siswa mengasah kemampuan komunikasi yaitu Speeko. Sebuah platform AI yang dapat melatih keterampilan berbicara siswa didepan umum. Selain Speeko ada juga VirtualSpeech, ELSA Speak dan lain sebagainya yang dapat membantu mengembangkan keterampilan komunikasi siswa.
Terakhir yaitu Collaboration. Keterampilan terakhir yang harus dikuasai siswa adalah kemampuan berkolaborasi/ kemampuan bekerjasama dengan orang lain. Contoh platform AI yang dapat dimanfaatkan guna menyongsong kemampuan kolaborasi siswa diantaranya Miro. Sebuah platform papan kolaborasi yang memungkinkan siswa untuk bekerjasama dalam menciptakan ide, peta konsep, serta merencanakan proyek. Selain Miro, ada juga Slack, Padlet dan aplikasi lainnya yang dapat meningkatkan kemampuan kolaborasi siswa.
Selain dapat diakses dengan mudah, platform atau aplikasi dengan memanfaatkan kecerdasan buatan menjadi bagian dari pesatnya kemajuan teknologi saat ini. Kita tidak bisa mengelak ataupun menutup mata untuk menghindar karena teknologi ini justru dapat membantu manusia dalam mempermudah pekerjaan. Dengan catatan menggunakan teknologi dengan cakap serta bertanggungjawab. Artificial Intelligence digadang-gadang akan dapat menggantikan peran/pekerjaan manusia dimasa depan. Hal ini tidaklah dibenarkan. Karena pada hakikatnya kita adalah manusia sedangkan kecerdasan buatan hanyalah mesin belaka. Masak iya manusia kalah sama mesin? Maka dari kita terutama generasi penerus bangsa harus melek teknologi. Jika kita menguasai AI justu AI dapat memberikan kontribusi yang luar biasa diberbagai bidang kehidupan. Bahkan dengan adanya AI dapat merubah paradigma pendidikan yang cukup signifikan terutama didunia pendidikan.