RUJAK BI MIDA
senyap sisa kilau pisau
di kerut potongan kangkung
dan mentimun—di satu piring titik temu
- Iklan -
haru dan rindu jadi satu
memulangkan hati batu ke dalam sebentuk restu
babak cerita dua juru tanam
di pinggir ladang
habis disatukan sebungkus lontong
yang dipotong untuk menutupi omong kosong
lalu segala bumbu
dengan rambah kecambah
dalam kuah kacang tanah
menyertai sedap cakap pembeli
yang berusaha menakar kebahagiaan
dalam tiap-tiap sendok suapan.
Gapura Timur, 2023
BUBUR SA’MA
cukup dengan seribu rupiah
dalam takaran piring awah
bubur Sa’ma tumbuh semringah
nikmat hidup yang luput
dari kaul tukang nujum
sesap dalam kuah santan bubur
irisan cabai dan bawang
dalam warna yang setengah pudar
menawarkan hari yang jembar
o, lunak bubur lunak jiwa
dengan putih beras Pasajin
hancurlah semua dinding
yang membatasi doa dengan ingin
Rumah Filzaibel 2023
NASI MASTONI
angin Dusun Bungduwak
kerap menjarah wangi nasimu
usai asap merayap
melintas siku tanganmu
sehabis menancapkan sehelai daun pandan
ke dalam panci yang hampir matang
lauk daging berpupur bedak kacang
tahu, tempe, dan pecel sayuran
merangkum nyanyian hidup yang cerlang
ke dalam setiap suapan
cukup tiga ribu rupiah
makmur perutmu akan tercapai
sesudah atau sebelum hari kerja
ketika jam dan matahari sama-sama tergesa.
Gapura, 2023
SOTO MARHABI
soto racikan seorang lelaki bernama Marhabi
menandu wangi tanah Mojung—ke lintas kemarau
menyimpan kidung dalam hidung—ke sintas hujan
memecah garis kesepian di dada kanan
di antara potongan ketupat
; sisa hangat semalam di atas tungku
beradu nasib dengan bumbu
iris tipis bawang dalam peluk sohun
janji kecap hitam kepada daging ayam
—sejamu dalam temu, membunuh riak jemu
di balik tatap sayu mangkuk ibu
seporsi hanya tiga ribu
dan dengan harga sekecil itu
tunailah sebentuk nawaitu.
Gaptim, 2023
BAKSO BUKI
hangat berasap dalam perut mangkuk putih
membisik telinga bulan di ranjang dahan trembesi
lima butir pentol kecil
mengelilingi sebutir pentol besar
bagai anak ayam mengepung induk
satu dengan yang lain dalam peluk tanpa lengan
erat membagi suara hati terdalam
agar sirna segala kutukan
saus tomat dan kecap hitam
saling sapa di cekung sendok
dan membagi rindu di gigi garpu
bahwa segala yang diburu
akan menyerah kepada waktu
sohun dan sehelai seledri
menyulam kembang hari di mangkuk sepi
karena hari ini yang telah dibeli
adalah rezeki yang tersembunyi
hangat berasap dalam perut mangkuk putih
bulan terasa kenyang mengunyah wangi yang dikirimkan
Gaptim, 2023
A.Warits Rovi. Lahir di Sumenep Madura 20 Juli 1988. Karya-karyanya berupa cerpen, puisi, esai dan artikel memenangkan beberapa sayembara dan dimuat di berbagai media, antara lain: Kompas, Tempo, Jawa Pos, Horison, Media Indonesia, Republika, MAJAS, Sindo, Majalah FEMINA, dll. Memenangkan beberapa lomba karya tulis sastra. Buku Cerpennya yang telah terbit “Dukun Carok & Tongkat Kayu” (Basabasi, 2018). Buku puisinya adalah “Kesunyian Melahirkanku Sebagai Lelaki” (Basabasi, 2020), “Bertetangga Bulan” (Hyang Pustaka, 2022). Sedangkan buku puisinya yang berjudul “Ketika Kesunyian Pecah Jadi Ribuan Kaca Jendela” memenangkan lomba buku puisi Pekan Literasi Bank Indonesia Purwokerto 2020. Ia mengabdi di MTs Al-Huda II Gapura dan berkesenian di Sanggar 7 Kejora, juga di Komunitas Damar Korong. Berdomisili di Jl. Raya Batang-Batang PP. Al-Huda Gapura Timur Gapura Sumenep Madura 69472. email: waritsrovi@gmail.com.