Oleh Ilham Wiji Pradana
Semakin banyaknya lembaga pendidikan dari mulai daerah-daerah desa hingga kota di sekitar kita. Tugas penting lembaga pendidikan salah satunya membangun karakter. Lembaga pendidikan bukan hanya sekolah saja, tetapi ada yang lain sebut saja Pondok Pesantren. Peran pondok pesantren sangat signifikan terhadap santrinya, pondok pesantren mencetak produk santri yang sopan santun, tawandhuk tentu akhlak yang dibangun (kemandirian tidak kalah pentingnya). Pondok Pesantren tidak mendekatkan alat kecil (handphone) kepada santrinya secara berlebihan. Artinya boleh mengakses handphone saat dijenguk oleh orang tua atau dalam waktu satu bulan sekali.
Merujuk lembaga pendidikan yang bernama sekolah. Sekarang ini banyak anak-anak atau remaja yang dengan mudah mengakses handphone. Mungkin, sudah tidak ada yang namanya gagap dalam mengakses/mengoperasikan handphone, apalagi anak-anak daerah perkotaan merekalah yang memiliki akses internet paling bagus. Kini lembaga pendidikan (sekolah) memiliki sebuah PR besar terkait penggunaan handphone.
Sri Wahyuningsih, MPd., Direkturat Sekolah Dasar (Kemendikbud.go.id, 21/3/2022) mengatakan ada dua alasan mendasar membangun pendidikan saat ini. Pertama, pendidikan di Indonesia dapat memandirikan dan berkepribadian melalui terciptanya pelajar pancasila. Kedua, sebuah tantangan kemajuan informasi di era globalisasi. Ungkapan tersebut sangat bagus terutama tujuannya yaitu sebagai memandirikan dan berkepribadian. Sesuai tutur Ki Hajar Dewantara dalam buku Pendidikan I yaitu pendidikan harus dapat memandirikan dan memiliki kepribadian yang luhur. Setuju sekali adanya Peran Pondok Pesantren tentu sebagai lembaga pendidikan yang ikut menggiring santrinya untuk memiliki kemandirian dan kepribadian tawandhuk.
- Iklan -
Sedangkan yang kedua yaitu tantangan kemajuan informasi di era 5.0. Era digitalisasi ini sebuah tantangan yang harus di selesaikan sehingga membawa dampak positif untuk anak-anak. Jangan sampai di era digitalisasi ini membawa lebih banyak dampak negatifnya berupa bullying, mengakses film yang tidak boleh di pertontonkan. Maka, dari sini pentingnya lembaga pendidikan bernama sekolah mengedukasi anak-anak untuk lebih berhati-hati dalam mengakses internet serta orang tua harus senantiasa mengawasi anak-anaknya.
Pendidikan
Dimana pun dan kapan pun anak-anak dapat dan mampu mengakses internet dengan mudah terkecuali jaringanya mengalami gangguan atau trouble. Merujuk pada Ki Hajar Dewantara bahwa setiap rumah adalah sekolah. Mengenai kalimat tersebut, maka setiap kali anak-anak mengakses internet, dimanapun dan kapan pun ia mengakses maka disitulah mereka sedang belajar. Dengan belajar melalui internet, anak-anak akan dapat menambah wawasan baru dan rasa ingin tahunya menjadi tinggi. Tinggal yang diakses adalah hal positif atau negatif. Kita harus optimis dan percaya bahwa yang sedang diakses para anak-anak atau remaja adalah hal yang bersifat pengembangan diri.
Banyak anak-anak yang mampu meraih kejuaraan di kanca Nasional maupun Internasional melalui digitalisasi ini. Itu salah satu titik kebermanfaatan dalam mengelola era digital. Untuk pendidikan digital di area perkotaan atau desa yang memiliki akses internet yang memadai tidak akan ada problem artinya semua anak-anak atau remaja bisa dan mampu mengoperasikannya. Tetapi, kembali lagi ke daerah-daerah pelosok Indonesia yang belum memiliki internet yang memadai sehingga anak-anak tersebut akan kesulitan untuk mengakses internet. Adapun anak-anak yang bertempat tinggal di pelosok Indonesia kemungkinan akan gagap untuk menjalankan hal tersebut.
Hal tersebut merupakan tantangan dalam dunia pendidikan (sekolah). PR terbesar pemerintahan untuk meratakan akses internet yang memadai di daerah-daerah pelosok. Harapan kita semua, semoga akses internet untuk pelosok Indonesia segera di tindak lanjuti, sehingga anak-anak yang tinggal di pelosok dapat merasakan akses internet yang bagus.
Dunia digital tidak akan mati apalagi surut. Dunia tersebut selalu berkembang. Yang paling penting, dari proses perkembangan digitalisasi yaitu dapat digunakan dengan semestinya, yang salah satu contohnya yaitu anak-anak menggunakan handphone atau alat yang lain tersebut untuk kegiatan belajar, mencari informasi dan pengembangan diri.
Semua orang bisa mengakses internet. Disini Yang lebih penting ialah bagaimana memberikan edukasi supaya anak-anak atau remaja sadar dan tidak terjerat ke hal-hal negatif. Perlunya membangun edukasi agar anak-anak akan sadar betul kebermanfaatan digitalisasi ini. Tentu, harapannya dari dunia digitalisasi ini semua akan lebih mudah dan praktis. Maka, hal ini menjadi sebuah tantangan besar yang harus di selesaikan. Yang lebih penting ialah selalu menjaga komunikasi antara pihak sekolah dan keluarga. Kita harus optimis dengan adanya era digitalisasi akan membantu pembelajaran yang menyenangkan bagi anak-anak. Harapannya tidak hanya berhenti di pembelajaran. Tetapi pendidikan sendiri adalah luas, tentang karakter, tentang pengembangan diri dan seterusnya. Semoga semakin canggihnya alat kecil (handphone) akan berdampak semakin kebermanfaatannya.
-Ilham Wiji Pradana. Lahir dan berkarya di Pati, Jawa Tengah. Alumnus IAIN Kudus, Bimbingan dan Konseling Pendidikan Islam.