Oleh Hamidulloh Ibda
Pada Jumat pagi, 26 Januari 2024 kemarin, naskah artikel yang saya submit di Jurnal Nasional terindeks Sinta 2 ditolak. Saya sih biasa. Penolakan demi penolakan dari jurnal tidak terindeks Sinta, terindeks Sinta, sampai Scopus sudah pernaah ditolak. Ketika rekan dosen yang kolaborasi datang ke ruangan saya, dia pun saya beri tahu. “Artikele ditolak lo”
Dia pun heran. “Kok bisa ya, Mas”. “Ya sak karep-karepe to, kan itu hak veto editor” kata saya.
“Sudah santai. Biasanya kalau ditolak jurnal terindeks Sinta akan diterima di Scopus” dia malah tertawa terbahak-bahak.
- Iklan -
Realitasnya, jurnal ilmiah yang terindeks di Scopus dianggap penting dalam dunia akademis dan penelitian karena Scopus adalah salah satu basis data referensi yang sangat terkenal dan diakui secara internasional. Meskipun Scopus memberikan banyak keuntungan, penting untuk diingat bahwa kualitas sebenarnya dari suatu karya ilmiah tidak hanya ditentukan oleh indeksasi di Scopus saja. Ada banyak jurnal lain dan platform publikasi yang dapat memberikan kontribusi yang berharga terhadap perkembangan pengetahuan ilmiah.
Namun perlu saya jawab sesuai judul artikel ini, mengapa artikel ilmiah harus dipublikasikan di jurnal Scopus? Jawabannya beragam memang.
Haruskah Scopus?
Banyak alasan mengapa naskah kita harus disubmit di jurnal internasional terindeks Scopus. Pertama, ini soal reputasi dan kredibilitas. Jurnal Scopus terkenal karena standar ketat dalam proses peer-review dan seleksi artikel, sehingga memiliki reputasi yang baik dalam dunia ilmiah. Dalam konteks ini, publikasi di jurnal-jurnal Scopus dapat meningkatkan kredibilitas peneliti karena kualitasnya yang diakui di level internasional.
Kedua, aksesibilitas dan visibilitas. Jurnal Scopus memiliki cakupan luas di kalangan peneliti, institusi akademis, dan industri. Artikel yang dipublikasikan dalam jurnal Scopus cenderung memiliki visibilitas yang lebih tinggi, karena dapat diakses secara daring oleh komunitas ilmiah global. Ketiga, penyebaran ilmu pengetahuan yang lebih luas. Melalui publikasi di jurnal Scopus, penelitian dapat diakses oleh lebih banyak orang di berbagai bidang ilmu. Dengan demikian, informasi dan temuan penelitian dapat lebih mudah tersebar dan bermanfaat bagi perkembangan ilmu pengetahuan.
Keempat, kolaborasi dan peluang riset lanjutan. Publikasi di jurnal Scopus dapat membuka peluang kolaborasi dengan peneliti lain dari berbagai belahan dunia. Penelitian yang dipublikasikan di jurnal tersebut juga dapat menjadi titik awal bagi riset lanjutan atau studi replikasi oleh peneliti lain. Kelima, urgensi impact factor. Jurnal-jurnal Scopus seringkali memiliki nilai Impact Factor yang menunjukkan seberapa sering artikel di jurnal tersebut dikutip oleh peneliti lain. Publikasi di jurnal dengan Impact Factor yang tinggi dapat memberikan dampak yang lebih besar terhadap karier akademik peneliti.
Menulis artikel ilmiah yang diterbitkan di jurnal Scopus memberikan manfaat besar bagi perkembangan ilmu pengetahuan dan karier akademik. Publikasi di jurnal tersebut juga mendorong terciptanya pemahaman yang lebih dalam dan penyebaran pengetahuan yang lebih luas di kalangan komunitas ilmiah global.
Perbedaan Scopus dengan yang Lain
Scopus adalah salah satu database yang sangat populer untuk penelitian ilmiah dan referensi akademis. Terdapat sejumlah perbedaan antara Scopus dengan database lain. Pertama, soal biaya atau APC. Ya, ada jurnal Scopus memang free alias gratis, tapi susah. Bahkan, editor menyaratkan author adalah penulis yang sudah bereputasi global, punya h-index Scopus minimal 10, seorang guru besar/pakar, dan jumlah sitasinya ribuan. Kan susah, Bos!
Kedua, cakupan dan jenis konten. Scopus mencakup berbagai disiplin ilmu, seperti ilmu pengetahuan, teknik, kedokteran, sosial, dan humaniora. Database lain mungkin lebih fokus pada bidang khusus atau terbatas pada jenis tertentu dari konten ilmiah. Ketiga, cara penyusunan data. Metode pencatatan dan penyusunan data dalam Scopus mungkin berbeda dengan database lain. Ini bisa mempengaruhi pengaturan dan kemudahan dalam pencarian informasi.
Keempat, fleksibilitas pencarian. Antarmuka dan fitur pencarian dalam Scopus bisa berbeda dari database lain. Kadang-kadang, kemampuan untuk melakukan pencarian yang canggih atau filter yang sangat spesifik dapat bervariasi. Kelima, aksesibilitas dan biaya. Beberapa database mungkin memiliki kebijakan akses atau biaya berlangganan yang berbeda. Scopus, misalnya, seringkali memiliki biaya berlangganan yang tinggi bagi individu atau institusi. Keenam, keunikan dan kelebihan. Setiap database memiliki keunikan dan kelebihannya masing-masing. Misalnya, Scopus terkenal dengan cakupan globalnya yang luas, sementara database lain mungkin lebih fokus pada aspek spesifik tertentu dalam bidang ilmu tertentu.
Ketujuh, sumber informasi. Scopus menyertakan jurnal terakreditasi, konferensi ilmiah, dan literatur paten. Perbedaan lainnya mungkin terletak pada jenis sumber informasi yang dimasukkan dalam basis data. Kedelapan, faktor dampak (Impact Factor). Scopus memiliki indeks yang disebut CiteScore yang dapat digunakan untuk mengevaluasi dampak suatu jurnal. Beberapa database lain mungkin menggunakan indeks atau metrik berbeda untuk menilai dampak jurnal. Pemilihan database yang tepat seringkali bergantung pada kebutuhan spesifik penelitian atau kegiatan akademis tertentu yang ingin Anda lakukan.
Manfaat Jurnal Scopus
Scopus sebenarnya menjadi pangkalan data referensi akademis yang menyediakan informasi tentang jurnal ilmiah, konferensi, dan literatur ilmiah lainnya. Scopus juga diyakini sebagai salah satu basis data abstrak dan indeks resmi yang mencakup literatur ilmiah dari berbagai bidang, seperti sains, teknik, kedokteran, ilmu sosial, dan seni humaniora. Jurnal-jurnal yang terindeks di Scopus melewati proses seleksi yang ketat untuk memastikan kualitas dan validitasnya. Indeks Scopus menyediakan informasi tentang artikel, pengarang, dan kutipan, yang memungkinkan peneliti untuk melacak dan mengevaluasi dampak karya ilmiah.
Dalam konteks ini, tentu perlu dipaparkan sejumlah manfaat utama jurnal Scopus. Pertama, akses ke literatur ilmiah berkualitas. Scopus memberikan akses ke ribuan jurnal terakreditasi dan literatur ilmiah, membantu peneliti untuk menemukan informasi terbaru dalam bidang studi mereka.
Kedua, pemantauan jurnal ilmiah. Menjadi sumber informasi yang berguna bagi penulis, penerbit, dan penyunting jurnal untuk memantau kinerja jurnal mereka dan memutuskan langkah-langkah perbaikan atau pengembangan lebih lanjut. Ketiga, mendukung pengambilan Keputusan. Scopus memberikan data bibliometrik yang dapat digunakan untuk mendukung pengambilan keputusan terkait alokasi dana riset, promosi akademis, serta penilaian kualitas riset dan institusi.
Keempat, internasionalisasi dan kolaborasi. Dengan memberikan akses ke literatur global, Scopus mendukung kolaborasi lintas batas antara peneliti dari berbagai negara, mendorong pertukaran ide dan kerjasama yang lebih luas. Kelima, membantu penelitian. Dengan fitur pencarian yang kuat, analisis bibliometrik, dan statistik sitasi, Scopus membantu peneliti memantau tren, menganalisis dampak riset, serta menemukan kolaborator dan jaringan penelitian. Keenam, evaluasi kualitas riset. Melalui indeks sitasi yang kuat, Scopus membantu institusi, penulis, dan penerbit untuk mengevaluasi kualitas riset yang telah dilakukan dengan melihat seberapa sering karya ilmiah dikutip oleh peneliti lainnya.
Scopus secara luas digunakan dalam dunia akademis dan penelitian untuk mendukung proses penelitian, evaluasi riset, dan pemantauan literatur ilmiah. Masalahnya, apakah Anda tetap yakin ingin submit naskah di jurnal terindeks Scopus?
-Hamidulloh Ibda adalah akademisi, peneliti, aktivis, jurnalis, dan reviewer di jurnal ilmiah. Ibda menjadi reviewer di sejumlah jurnal internasional terindeks Scopus, yaitu Pegem Egitim ve Ogretim Dergisi – Scopus Q4 (2023-present), Cogent Education – Taylor & Francis – Scopus Q2 (2023-sekarang), Journal of Ethnic and Cultural Studies – Scopus Q1 (2023- sekarang), Journal of Learning for Development (JL4D) Scopus Q3 (2023- sekarang), International Journal of Information and Education Technology (IJIET) Scopus Q3 (2023- sekarang), Millah: Journal of Religious Studies – Scopus (2023- sekarang), International Journal of Learning, Teaching and Educational Research (IJLTER) – Scopus Q3 (2023- sekarang), International Review of Research in Open and Distance Learning (IRRODL) – Scopus Q1 (2023- sekarang), Journal of Education and Learning (EduLearn) – Scopus Q4 (2023- sekarang), International Journal of Cognitive Research in Science, Engineering and Education (IJCRSEE) – Scopus Q3 (2023- sekarang), International Journal of Serious Games (IJSG), Italy, terindeks Scopus Q3 (2023- sekarang), Cogent Arts & Humanities – Taylor & Francis – Scopus Q2 (2023- sekarang), FWU Journal of Social Sciences ( Shaheed Benazir Bhutto Women University Peshawar) Pakistan, Scopus Q1 (2024- sekarang), International Journal Ihya’ ‘Ulum al-Din (2023-present), IJSL: International Journal of Social Learning (2023- sekarang), Editorial Board Members in Global Synthesis in Education (GSE) (2023- sekarang), Qeios Journal (2023- sekarang), International Journal of Special Education (IJSE) (SPED Ltd, Kanada), Scopus Q3 (2024- sekarang), Asian Journal of Education and Social Studies (India) (2024- sekarang), Journal of Global Research in Education and Social Science (India) (2024- sekarang), and 25 jurnal nasional. Ibda dapat dihubungi melalui email h.ibdaganteng@inisnu.ac.id, h.ibdaganteng@gmail.com, atau warek1@inisnu.ac.id.