Oleh Hamidulloh Ibda
Bagi saya, menulis itu pasti ada manfaatnya selama tulisannya mengajak pada amar makruf nahi munkar termasuk menulis artikel yang dipublikasikan di jurnal internasional terindeks Scopus. Jika kerugian tampaknya tidak ada, paling tidak hanya potensi berbahaya yang harus dihindari oleh peneliti yang hendak publikasi artikel di jurnal Scopus.
- Iklan -
Menulis di jurnal yang terindeks di Scopus memiliki beberapa keuntungan yang dapat menjadi alasan mengapa banyak peneliti ingin mempublikasikan karyanya di sana. Namun, penulis harus memperhatikan bahwa menerbitkan artikel di jurnal yang terindeks di Scopus tidak selalu mudah, karena jurnal-jurnal ini biasanya memiliki standar yang tinggi dan persyaratan khusus untuk diterima. Proses peninjauan juga dapat memakan waktu yang cukup lama. Oleh karena itu, penulis perlu mempersiapkan karya ilmiah mereka dengan baik sebelum mengirimkannya ke jurnal-jurnal tersebut.
Manfaat
Menulis artikel untuk jurnal yang terindeks di Scopus memiliki sejumlah manfaat yang signifikan. Pertama, publikasi diakui pada skala global. Jika jurnal hanya terindeks Sinta, maka hanya akan diakui pada level nasional, apalagi hanya berbahasa Indonesia saja. Terindeksnya jurnal di Scopus membantu artikel menjadi lebih mudah diakses secara global oleh para peneliti, karena basis data Scopus dikenal luas di kalangan akademisi.
Kedua, peningkatan jangkauan penelitian. Publikasi di jurnal terindeks Scopus dapat membantu meningkatkan jangkauan penelitian, memperluas dampaknya, dan memungkinkan penulis berkontribusi pada perkembangan ilmu pengetahuan di bidang mereka.
Ketiga, peningkatan kredibilitas penulis dan institusi. Artikel yang diterbitkan di jurnal terindeks Scopus dapat meningkatkan reputasi penulis serta institusi tempat mereka bekerja.
Keempat, kolaborasi dan jaringan akademis dunia. Publikasi di jurnal yang terindeks di Scopus dapat membantu dalam membangun kolaborasi dengan peneliti lain dan memperluas jaringan akademis.
Kelima, rekognisi atau pengakuan dan prestise akademik. Artikel yang terindeks di Scopus sering dianggap memiliki kredibilitas yang tinggi dalam lingkup akademis, memberikan pengakuan dan prestise kepada penulisnya.
Keenam, mendorong inovasi dan pengembangan Ilmiah. Menulis artikel untuk jurnal terindeks Scopus mendorong penulis untuk melakukan riset berkualitas tinggi, inovatif, dan bermanfaat bagi kemajuan ilmiah di bidang mereka.
Ketujuh, pengaruh pada kebijakan dan praktik. Artikel yang diterbitkan di jurnal terindeks Scopus juga dapat memiliki pengaruh pada kebijakan, praktik, dan perkembangan dalam bidang tertentu.
Kedelapan, peningkatan peluang mendapatkan pendanaan. Keterlibatan dalam publikasi jurnal yang terindeks Scopus dapat meningkatkan peluang untuk mendapatkan pendanaan penelitian lebih lanjut.
Kesembilan, manfaat praktis dan administratif seperti pemenuhan syarat kenaikan jabatan fungsional ke guru besa (profesor), syarat BKD bagi dosen, luaran riset/pengabdian kepada masyarakat, syarat kelulusan S2/S3, syarat beasiswa, dan lainnya.
Menulis artikel untuk jurnal terindeks Scopus membutuhkan waktu dan upaya, namun manfaat yang didapat sangat signifikan bagi penulis, institusi, serta komunitas akademis secara keseluruhan.
Kerugian
Menulis artikel untuk jurnal terindeks Scopus memiliki keuntungan yang signifikan karena dapat meningkatkan visibilitas penelitian, pengakuan akademik, dan dampak penelitian. Namun, ada beberapa kerugian yang perlu dipertimbangkan. Pertama, jurnal yang sudah mengindeks artikel kita predator atau discontinued. Ini berbahaya dan harus dihindari.
Kedua, biaya publikasi. Sebagian jurnal terindeks Scopus memungut biaya publikasi yang cukup tinggi. Hal ini dapat menjadi beban finansial bagi penulis, terutama dari institusi yang kurang mampu atau peneliti independen. Jika murah bagi saya tidak masalah, namun jika mahal itu harus dihindari. Sebab, riset bagus justru harusnya mendapatkan jurnal terindeks Scopus yang gratis.
Ketiga, tingkat penolakan yang tinggi. Jurnal terindeks Scopus sering menerima jumlah artikel yang lebih banyak dari yang dapat diterbitkan. Sebagai hasilnya, tingkat penolakan bisa tinggi, bahkan untuk penelitian yang berkualitas.
Keempat, tren dan prioritas penelitian. Beberapa jurnal cenderung lebih memilih untuk menerbitkan penelitian yang memperoleh hasil yang signifikan atau berdampak besar. Penelitian yang lebih inkremental atau eksperimental mungkin memiliki kesempatan lebih rendah untuk diterbitkan.
Kelima, proses review yang ketat. Proses review pada jurnal terindeks Scopus biasanya ketat dan memakan waktu. Tulisan Anda harus melalui evaluasi yang cermat oleh para ahli dalam bidang tersebut sebelum diterima. Ini bisa memakan waktu yang lama dan mengganggu rencana penelitian Anda.
Keenam, keterbatasan pembacaan dan akses. Meskipun Scopus menambahkan visibilitas, beberapa jurnal yang terindeks mungkin memiliki pembacaan yang terbatas dibandingkan dengan jurnal open access atau yang lebih terkenal.
Dalam konteks ini, peneliti atau penulis sangat penting untuk mempertimbangkan keseimbangan antara biaya, waktu, dan keuntungan dalam menulis artikel untuk jurnal terindeks Scopus. Tidak selalu menjadi pilihan yang terbaik untuk setiap peneliti, terutama jika ada alternatif yang lebih sesuai dengan kebutuhan dan tujuan penelitian.
Apakah Harus Scopus?
Jika ada pertanyaan, mengapa harus menulis artikel dan submit di jurnal Scopus? Jawabannya tentu beragam. Apakah harus Scopus? Tentu juga beragam. Namun, hakikatnya menulis artikel dan mengirimkannya ke jurnal yang terindeks di Scopus memiliki beberapa keuntungan yang signifikan bagi peneliti dan akademisi. Pertama, reputasi dan pengakuan. Jurnal yang terindeks di Scopus cenderung memiliki reputasi yang lebih baik dalam komunitas ilmiah. Memiliki artikel yang diterbitkan di jurnal ini dapat meningkatkan reputasi penulis dan memberikan pengakuan atas kontribusi ilmiah mereka.
Kedua, peningkatan karier. Publikasi di jurnal Scopus sering dianggap sebagai pencapaian yang signifikan dalam karier akademik. Hal ini dapat membantu dalam peningkatan pangkat, promosi, serta kesempatan untuk mendapatkan dana penelitian tambahan atau proyek-proyek kolaboratif.
Ketiga, kualitas dan validitas. Jurnal yang terindeks di Scopus melewati proses seleksi yang ketat untuk kualitas dan validitasnya. Oleh karena itu, publikasi di jurnal ini menunjukkan bahwa karya peneliti telah melewati tinjauan sejawat (peer review) dan memenuhi standar yang ditetapkan oleh komunitas ilmiah.
Keempat, peringkat peneliti dan institusi. Publikasi di jurnal Scopus dapat mempengaruhi peringkat peneliti dan institusi dalam indeks dan peringkat akademik yang penting. Ini bisa memberikan keuntungan kompetitif dalam hal pendanaan dan kolaborasi.
Kelima, keterpaparan global. Jurnal yang terindeks di Scopus biasanya memiliki audiens yang lebih luas. Publikasi dalam jurnal semacam itu memberikan keterpaparan global bagi peneliti karena dapat diakses oleh banyak institusi pendidikan, perpustakaan, dan peneliti dari berbagai negara.
Namun, penting untuk diingat bahwa mempublikasikan artikel di jurnal Scopus memerlukan penelitian yang kuat, metodologi yang tepat, serta kontribusi yang signifikan terhadap pengetahuan di bidang tertentu. Prosesnya pun tidak cepat dan membutuhkan waktu, karena artikel harus melewati tahap review yang ketat sebelum diterbitkan.
Dengan demikian, sambil menjaga kualitas penelitian, publikasi di jurnal Scopus dapat memberikan manfaat besar bagi peneliti dalam mengembangkan karier akademik mereka dan meningkatkan pengakuan atas kontribusi ilmiah yang mereka berikan.
–Hamidulloh Ibda, adalah dosen, penulis, reviewer pada Pegem Egitim ve Ogretim Dergisi (Pegem Akademi Yayıncılık Turki, terindeks Scopus Q4) (2023-sekarang), reviewer Cogent Education (Taylor & Francis, Britania Raya, terindeks Scopus Q2) (2023-sekarang), reviewer Journal of Ethnic and Cultural Studies (Florida Gulf Coast University Amerika Serikat, terindeks Scopus Q1) (2023-sekarang), reviewer Journal of Learning for Development (JL4D) terindeks Scopus Q3 yang dikelola Commonwealth of Learning Canada (2023-sekarang), reviewer International Journal of Information and Education Technology (IJIET) Singapura terindeks Scopus Q3 (2023-sekarang), reviewer Millah: Journal of Religious Studies Indonesia terindeks Scopus (2023-sekarang), reviewer International Journal of Learning, Teaching and Educational Research (IJLTER) Mauritius terindeks Scopus Q3 (2023-sekarang), reviewer International Review of Research in Open and Distance Learning (IRRODL) Canada terindeks Scopus Q1 (2023-sekarang), reviewer Journal of Education and Learning (EduLearn), Indonesia, terindeks Scopus (2023-present), reviewer International Journal of Cognitive Research in Science, Engineering and Education (IJCRSEE), Serbia, terindeks Scopus Q3 (2023-sekarang), reviewer International Journal of Serious Games (IJSG), Italia, terindeks Scopus Q3 (2023-sekarang, reviewer Cogent Arts & Humanities (Taylor & Francis, Britania Raya, terindeks Scopus Q2) (2023-sekarang), reviewer FWU Journal of Social Sciences (Shaheed Benazir Bhutto Women University Peshawar, Pakistan, terindeks Scopus Q1). Ibda juga menjadi reviewer di International Journal Ihya’ ‘Ulum al-Din (2023-sekarang), reviewer IJSL: International Journal of Social Learning (2023-sekarang), Editorial Board Members in Global Synthesis in Education (GSE) (2023-sekarang), dan reviewer Qeios Journal, serta reviewer 23 jurnal nasional.