BUAT SALMAN AL FARISI
salman, kekasihku
parit yang kau bangun sebagai siasat musuh
di perang khandaq waktu itu, kini menjelma jadi kuil gaharu
- Iklan -
berduyun mengusung subuh ketika azan labuh
lihatlah, sal
angin melewati kening orang ibadah
tetapi tak satupun menggangu khusyuknya
apalagi sampai mengetahui
berapa jumlah helai rambut yang kau cukur
selain hanya diri-Nya saja yang tahu
maka aku tak ingin cepat bosan dan pergi
dari penglihatanku yang lamban ini
ketahuilah sal, meski lorong gelap selesai ditempuh
jangan melena atas apa yang melepuh
juga atas apa yang tak sempat kau pupuh
dengan begitu
engkau terus berbahagia menonton
sesekali bungah tersenyum
atas ragam madani – mabni
Purwokerto, 2023
PARA PENYAIR DIKUTUK
penyair-penyair dikutuk bahasa
dijadikan sembahan perjamuan malam
; kepada purnama dan melodi pianika
mengkerling manja desah seragam
penyair-penyair tak bisa tidur memimpi
di kepalanya serampangan peristiwa silih ganti
; buku dibakar, kebebasan kreatif diperkosa
puisi dipenjara, bicara tak bisa sewena
penyair-penyair ketakutan di pinggir ranjang
rentetan hantu reformasi menerkam matanya
ketika itu, tubuh semakin kejang-kejang
menganga lebarkan buyutan luka lama
penyair-penyair menangis sedih
bagaimana dahulu koran-koran
saling tumpang tindih
dalam ketidakwarasan aturan
Purwokerto, 2023
SURAT HAYATI UNTUK ZAENUDIN
kulayangkan padamu, zaenudin
permohonan maaf atas kedurhakaan cinta
yang lahir dari kerongkonganku sendiri
lantaran perlu kau paham mengerti
begini adanya memang wanita
terbentuk dari tulang bengkok lelaki
dan kemelaratan etika moyangnya; hawa
datang ketika hanya butuh saja
karena sungguh, tetap melarat diriku
menanggung neraka menanggung derita
maka begini, zaenudin
harapku padamu sedia akan maafkan
seluruh salah serakahku
Purwokerto, 2023
LANGGAM SEJARAH
adorno beserta kesaksian-kesaksian
mengalungkan romantis lewat perkutut
yang bernapas tahun enam puluhan
berkabung menghirup udara frankfurt
ketidakberartian lukisan jadi buhul miskin
tersungkur jatuh di kalender seniman
mengoyak makna masa depan
hari itu, angka masehi tak lagi dihitungkan
sepantasnya – seniman menggelandang semesta
percikan cat di kanvas, bilur ruam
dogma-dogma, kilatan cahaya mengutus
marx bersiul, yang dalam siulnya berdebam
“para filsuf menghalal seribu cara menafsir dunia,
tetapi paling benar ialah mengubahnya”
kemudian, darah muncrat dari kemaluan intim
mendoktrin sekufu seperjuang sebayanya
bernanah membusuk, merahim
segala usaha – upaya
Purwokerto, 2023
CERITA USMAN BASYAH
dahulu – seribu tahun entah
hikayat berjendela mencerita perempuan berantah
; tujuh turunan indra kunjung ke kolam
berkerumun mandi sejam dua tiga jam
dari balik semak; basyah mengikat guruh dadanya
bagaimana bisa si bungsu asanah mewajah juwita
menambah bunga di hati, merangkai kata mewujud puisi
apa mungkin asanah dapat hendak dilamar
dalam bimbang tembang
; asanah di kepala basyah
rupa sepetak ladang subur bawang
siap ditumbuh kembangi cinta sah
Zakiyyatul Fuadah lahir di Purworejo, Jawa Tengah 18 April 2003. Alumni Pondok Pesantren Sunan Pandanaran Yogyakarta. Menulis puisi dan cerpen. Saat ini sedang menempuh pendidikan S1 Sastra Indonesia di Universitas Jenderal Soedirman Purwokerto sekaligus sebagai Tim Asessor Puisi di Sekolah Kepenulisan Sastra Peradaban UIN Prof. K.H. Saifuddin Zuhri Purwokerto. Karyanya tersebar di beberapa buku antologi, majalah, surat kabar cetak maupun online.