MUSAFIR CELAKA INI MENCARIMU
pengelana itu aku
musafir malang dikutuk menggendong risau
- Iklan -
terseok-seok seperti kuda beban
menyeberangi belukar air
belukar angin
belukar api
malaikat telah merajah telapak tanganku
dengan warna takdir resah dengan kutukan rindu di pelupuk mata
pengelana itu aku
musafir celaka yang dikutuk melata
di sepanjang jalan tanpa ujung
mendekap hujan mengais-ngais tenung rindu
melewati belukar-belukar
: mencarimu entah di risau mana!
2023
CATATAN RINDU
baris-baris puisi rinduku kupijarkan pada kalimat-kalimat sholawat
menumbuhkan hujan di gersang kemarau tubuhku
berbenih kata jadi penjaga mekarnya kuncup-kuncup puisi merindu
tetaplah engkau jadi lentera penunjuk rindu
jadi bendera saat aku harus kembali pulang
2023
MUHAMMAD
yang jadi lampu bagi jiwa
mercusuar dalam hidup
jadi kunang-kunang dalam malam
melambai saat jalan sesat
yang wanginya semerbak
tercium dalam mawar sajak-sajak
yang mengundang rindu saat separo malam
membentangkan sayap angin bagi rakaat-rakaat yang diam
yang menjadi pancang
menanamkan jangkar saat perahu terseret oleng ombak kencang
yang jadi pantulan cahaya
saat muka tunduk dalam tafakur air mata meratapi dosa
2023
KUCARI SENYUMMU
sebuah sketsa kulukis
selalu asing dan samar
selalu saja hanya senyap menyapa
simpang jalan menghadang di pintu lorong
senyum parasmu lenyap entah di lorong keberapa
tinggal aku sendiri tersedu ditikam waktu
2023
BERSIMPUH DI SERIBU KANGEN
aku ingin bersimpuh. telimpuh sehingga lumpuh
sampai kangen ini kau peluk reguk
: ”sudah aku lawatkan pasrah patuh lewat beribu sholawat
syair membulirkan air mata
basuhlah duh, duh, kanjeng nabi, segala peluh, hisaplah segala keluh!”
aku terus bersimpuh.telimpuh hingga lumpuh
”kau lihatkah. lututku lunglai. tersungkur didera kangen
beringsut.menggelepar seperti ikan di joranmu”
seribu kangen membuatku bersimpuh penuh telimpuh
kupukul-pukulkan kening sebagai tabuh mendaras rindu
ngawi, 2023
LEWAT JENDELA
jendela kamar selalu terbuka
bisa kutatap kelebat waktu lewat
kutunggu isyarat-isyaratmu menegur diam-diam
mengabarkan kaulah tamu bertandang mengetuk pintu
mengajakku menghitung helai uban di kepala
lantas membujukku bergegas memasuki sebuah perahu
berlayar menuju dermaga baru
2023
Tjahjono Widarmanto Lahir di Ngawi 18 april 1969. Menulis esai, puisi, cerpen, dan artikel. Buku puisinya antara lain Percakapan Tan dan Riwayat Kuldi Para Pemuja Sajak (2016), Perbincangan Terakhir dengan Tuan Guru (2018), Suluk Pangracutan dari Kampung Para Arwah (2023), dll.