Oleh Hamidulloh Ibda
Waktu awal kali mengirim artikel ilmiah di jurnal internasional terindeks Scopus, rasanya nyeseg sekali ketika ditolak. Jengkel. Emosi. Tapi kadang juga tertawa sendiri. “Wah, ini kekurangan artikelku apa ya?” dulu saya sering berpikir seperti itu. Mencari tahu dan mencari tahu. Sebenarnya, jurnal Scopus ini seperti apa sih, kok susah ditakhlukkan.
- Iklan -
Jurnal ilmiah terindeks Scopus pada intinya adalah salah satu target yang sangat diinginkan bagi para peneliti. Terindeksnya sebuah jurnal di Scopus menandakan tingkat kualitasnya dan dapat meningkatkan visibilitas penelitian. Namun, proses pengajuan artikel ke jurnal Scopus tidaklah mudah, dan melibatkan beberapa tahapan kritis.
Tapi tidak semua artikel yang saya submit di jurnal terindeks Scopus ditolak. Ya, pastinya dari sekian artikel yang saya submit waktu awal-awal belajar dulu ada yang sampai In Review, In Editing, Accepted, sampai Published.
Beberapa Alasan
Pada realitasnya, penolakan artikel tidak selalu menandakan kualitas rendah. Terkadang, revisi atau perbaikan kecil mungkin cukup untuk membuat artikel diterima di jurnal yang diinginkan. Hal ini menunjukkan bahwa proses penolakan dapat digunakan sebagai kesempatan untuk memperbaiki dan meningkatkan kualitas artikel.
Setidaknya, dari beberapa pengalaman dan kajian, penolakan artikel dalam jurnal Scopus dapat disebabkan oleh berbagai alasan. Beberapa alasan umum mengapa sebuah artikel penelitian mungkin ditolak oleh jurnal Scopus. Pertama, artikel jelek, dan berkualitas trivial. Di antara alasan utama penolakan adalah kualitas rendah dari artikel tersebut. Ini bisa mencakup metodologi penelitian yang lemah, data yang tidak memadai, atau analisis yang tidak memadai.
Kedua, ora nyambung. Ya, artikel memang tidak sesuai dengan focus and scope dari jurnal yang dijadikan tempat submit. Jurnal memiliki cakupan dan fokus tertentu. Jika artikel tidak sesuai dengan topik atau ruang lingkup jurnal tersebut, maka bisa ditolak. Ketiga, ketidaksesuaian format, pedoman jurnal, dan template. Jurnal sering memiliki pedoman penulisan yang harus diikuti. Jika artikel tidak mematuhi format yang ditetapkan oleh jurnal, bisa ditolak. Begitu. Keempat, kompetisi atau persaingan yang ketat. Jurnal sering menerima jumlah artikel yang jauh lebih banyak daripada yang dapat mereka terbitkan. Dalam situasi ini, artikel dapat ditolak karena adanya kompetisi yang ketat.
Kelima, kekurangan keterbukaan atau kekeliruan etika. Plagiarisme, penggunaan data palsu, atau pelanggaran etika penelitian lainnya dapat menyebabkan penolakan. Keenam, penyajian yang tidak memadai. Artikel bisa jadi ditolak jika penulis tidak menyajikan informasi dengan cara yang jelas atau tidak terstruktur dengan baik.
Ketujuh, komentar atau rekomendasi peer reviewer. Setelah proses review oleh para pakar di bidangnya, jika reviewer memberikan komentar atau merekomendasikan penolakan berdasarkan kelemahan atau ketidaksesuaian artikel, jurnal bisa menolak artikel tersebut. Kedelapan, alasan tidak logis. Biasanya, editor mendecline atau menolak artikel tanpa alasan yang logis, mereka mengirim seperti pesan yang sudah otomatis di OJS yang dikirimkan ke email. Kesembilan, faktor lain seperti penulis belum memiliki h-index tinggi, penulis tidak linier dengan tema naskah, atau belum punya jejak karya yang mumpuni. Ini memang bikin nyeseg jika terjadi pada Anda. Hehehe
Apa Solusi Ketika Naskah Ditolak?
Pertanyaannya, apakah kita akan “terpuruk” dan jengkel ketika naskah kita ditolak? Lalu, apa solusi ketika naskah kita paca ditolak? Anda dan utamanya saya memang bisa belajar ketika ditolak. Biasanya, jurnal yang sehat pasti ada catatan atas penolakan tersebut. Bisa ditolak sebelum editor mengirimkan ke reviewer, atau editor menolak setelah masukan-masukan dan penilaian dari reviewer. Namun yang jelas, dari masukan-masukan atau catatan yang didapatkan tersebut bisa menjadi “pembelajaran” atau “review gratis” yang bisa kita jadikan bahan evaluasi untuk merevisi naskah kita.
Untuk itu, setelah naskah kita ditolak, maka perlu melakukan beberapa hal untuk mengajukan artikel ke jurnal ilmiah terindeks Scopus. Pertama, revisi sesuai catatan yang sudah ada sesuai jurnal sebelumnya. Kedua, pilihlah jurnal yang tepat, tidak perlu Q1/Q2, yang penting tampak mudah dan tidak predator. Pastikan artikel Anda relevan dengan fokus dan cakupan jurnal yang ingin Anda targetkan. Kemudian periksa apakah jurnal tersebut terindeks di Scopus dan pastikan jurnal tersebut memenuhi kriteria Anda.
Ketiga, setelah itu, persiapan artikel sesuai dengan jurnal sasaran berikutnya. Tulis artikel Anda sesuai dengan pedoman penulisan jurnal yang telah ditetapkan oleh jurnal tersebut. Biasanya, pedoman ini mencakup format, struktur, dan gaya penulisan tertentu. Pastikan artikel Anda memiliki metodologi penelitian yang kuat dan hasil yang signifikan.
Keempat, lakukan Peer Review internal sebelum naskah disubmit ulang. Artinya, peer review internal terhadap artikel sangat penting dilakukan untuk memastikan kualitas dan validitasnya. Mintalah masukan dari kolega atau peneliti lain yang berpengalaman.
Kelima, persiapan dokumen pendukung. Persiapkan semua dokumen pendukung seperti surat pengantar, surat izin, daftar rujukan, dan lampiran sesuai pedoman jurnal. Biasanya kalau saya pribadi saya unggah di supplementary file berupa hasil cek Turnitin, instrument, atau dokumen lain.
Keenam, lakukan kolaborasi dengan memilih Co-Author yang punya H-index tinggi. Jika artikel ditulis bersama dengan rekan peneliti, pastikan kolaborasi ini terkoordinasi dengan baik dan setiap penulis memahami peran dan kontribusinya. Ketujuh, pendaftaran dan pengiriman ulang pada jurnal sasaran setelah ditolak. Daftarkan diri Anda dan artikel Anda di sistem jurnal yang bersangkutan. Ikuti prosedur yang ditetapkan oleh jurnal.
Kedelapan, lakukan dan nikmati proses Peer Review eksternal. Artikel akan melewati proses peer review oleh para ahli independen yang akan menilai kualitas, metodologi, dan temuan dalam artikel. Anda mungkin akan diminta untuk melakukan revisi sesuai dengan masukan dari reviewer. Kesembilan, pastikan semua naskah yang ditulis telah sesuaian dengan pedoman. Pastikan artikel Anda sesuai dengan pedoman penulisan jurnal dan masukan dari reviewer.
Setelah tahapan di atas terlalui, maka kita tunggu saja nasib akhir dari naskah kita. Hasil akhir dari proses peer review akan mengarah pada keputusan editorial, yang bisa berupa publikasi atau penolakan. Jika artikel diterima, jurnal akan mempublikasikannya. Lakukan promosi penelitian Anda untuk meningkatkan visibilitasnya di komunitas ilmiah. Proses pengajuan artikel ke jurnal ilmiah terindeks Scopus bisa memakan waktu yang cukup lama. Kedisiplinan, kesabaran, dan perhatian terhadap detail sangat penting dalam setiap tahapan ini. Selain itu, pastikan Anda mengikuti pedoman dan persyaratan yang telah ditetapkan oleh jurnal tersebut dengan seksama. Begitu!
-Hamidulloh Ibda, adalah dosen, penulis, reviewer pada Pegem Egitim ve Ogretim Dergisi (Pegem Akademi Yayıncılık Turki, terindeks Scopus Q4) (2023-sekarang), reviewer Cogent Education (Taylor & Francis, Britania Raya, terindeks Scopus Q2) (2023-sekarang), reviewer Journal of Ethnic and Cultural Studies (Florida Gulf Coast University Amerika Serikat, terindeks Scopus Q1) (2023-sekarang), reviewer Journal of Learning for Development (JL4D) terindeks Scopus Q3 yang dikelola Commonwealth of Learning Canada (2023-sekarang), reviewer International Journal of Information and Education Technology (IJIET) Singapura terindeks Scopus Q3 (2023-sekarang), reviewer Millah: Journal of Religious Studies Indonesia terindeks Scopus (2023-sekarang), reviewer International Journal of Learning, Teaching and Educational Research (IJLTER) Mauritius terindeks Scopus Q3 (2023-sekarang), reviewer International Review of Research in Open and Distance Learning (IRRODL) Canada terindeks Scopus Q1 (2023-sekarang), reviewer Journal of Education and Learning (EduLearn), Indonesia, terindeks Scopus (2023-present), reviewer International Journal of Cognitive Research in Science, Engineering and Education (IJCRSEE), Serbia, terindeks Scopus Q3 (2023-sekarang), reviewer International Journal of Serious Games (IJSG), Italia, terindeks Scopus Q3 (2023-sekarang. Ibda juga menjadi reviewer di International Journal Ihya’ ‘Ulum al-Din (2023-sekarang), reviewer IJSL: International Journal of Social Learning (2023-sekarang), Editorial Board Members in Global Synthesis in Education (GSE) (2023-sekarang), dan reviewer Qeios Journal, serta reviewer 20 jurnal nasional.