Oleh Muhamad Hakim Nazib
Masa kekuasaan pemerintahan Presiden Jokowi dan Wakil Presiden Prof.Dr.K.H. Ma’ruf Amin dalam beberapa bulan lagi akan segera berakhir. Pada periode yang kedua ini Presiden Joko Widodo menggandeng Prof.Dr.K.H. Ma’ruf Amin yang merupakan tokoh besar Nahdlatul Ulama NU), beliau adalah Rais Aam Pengurus besar Nahdlatul Ulama (PBNU) dan ketua umum majelis ulama indonesia (MUI) pusat. Tetapi beliau mengundurkan diri dari jabatan tersebut setelah secara sah dilantik menjadi wakil presiden periode 2019-2024.
Selain menjadi tokoh besar nahdlatul ulama beliau juga merupakan seorang ulama, dosen, dan politikus indonesia yang sudah lama berkecimpung baik didunia akademisi ataupun politik . Tak heran jika paslon (pasangan calon) Jokowi-ma’ruf ini mendapatkan suara dengan akumulasi perhitungan suara yang begitu banyak. Mengalahkan rivalnya yaitu Prabowo-sandiaga.
- Iklan -
Pada periode ini kemenangan Jokowi-ma’ruf amin ini tak lepas dari peranan warga Nahdliyin. Ya, Nahdliyin adalah sebutan untuk warga NU. Kita tau sendiri bahwa Nahdlatul ulama adalah organisasi keagamaan islam Indonesia yang didirikan oleh K.H Hasyim asyari. NU merupakan organisasi keagamaan islam terbesar di Indonesia bahkan diseluruh penjuru dunia, menurut data nahdlatul ulama di gadang gadang memiliki jumlah anggota sekitar 40 juta hingga 95 juta pada tahun 2021. Tak heran jika suara warga nahdliyin ini menjadi faktor utama penunjang kemenangan Jokowi-ma’ruf pada pemilihan umum (pemilu) 2019 silam di Indonesia ini.
NU Kunci Kemenangan Pemilu 2024?
Banyak perspektif jika suara NU menjadi kunci utama Pemenangan pemilu. Jika kita kilas balik beberapa tahun kebelakang, pemilu 2019 silam menjadi bukti bahwa power suara warga nahdliyin mendominasi pada pemilihan umum tahun itu. Tak heran dengan jumlah data anggota yang sekian banyak dari 273 juta jiwa sekian warga Indonesia 95 juta nya adalah warga NU. Lalu apakah fakta jika NU akan menjadi kunci kemenangan pemilu 2024 mendatang?
Kita tau sekarang banyak sekali tokoh-tokoh bahkan ulama NU yang sudah mulai menjajaki dan berperan aktif dalam dunia perpolitik di Indonesia baik menjadi calon legislatif hingga cawapres. Saat ini kita memiliki tiga bakal calon presiden republik Indonesia yakni Prabowo Subianto (mentri pertahanan), Ganjar pranowo ( mantan gubernur Jawa Tengah) dan Anies rasyid baswedan ( mantan gubernur DKI Jakarta). Dua dari tiga tokoh tersebut yakni Ganjar pranowo dan Anies rasyid baswedan mungkin sudah sadar bahwa NU adalah penunjang suara terbanyak sehingga mereka dengan cepat menggandeng tokoh dari nahdlatul ulama itu sendiri.
Anies rasyid baswedan adalah bacapres pertama yang menggandeng dan mendeklarasikan bacawapresnya yaitu abdul muhaimin Iskandar atau yang lebih kerap kita kenal dengan sebutan Cak Imin. Cak Imin yang sekaligus merupakan ketua umum DPP Partai kebangkitan bangsa (PKB) itu juga memiliki eksistensi yang tinggi di mata warga nahdliyin terlebih PKB sendiri identik dengan NU sehingga duet pasangan Anies-imin ini diperkirakan cukup kuat dalam menghadapi pemilu mendatang.
Yang kedua Ganjar Pranowo. Bakal calon presiden dari partai pengusung DPP Partai Demokrasi Indonesia Perjuangan atau yang lebih dikenal dengan PDIP itu baru-baru ini diberitakan menggandeng Prof.Dr.H.Moh Mahfud Mahmodin atau lebih kerap disapa Mahfud MD sebagai cawapres nya, siapa yang tidak tau dengan bapak menkopolhukam ini, beliau juga merupakan tokoh besar dimata warga nahdliyin. Karir beliau didunia perpolitikan Indonesia tak perlu diragukan lagi, beliau pernah menjabat menjadi hakim konstitusi, Menteri pertahanan RI , Menteri kehakiman dan HAM dan masih banyak lagi. Ketegasan dan keberanian beliau dalam menghadapi setiap perkara menjadikan Pendukung dari Mahfud MD sendiri semakin banyak sehingga duet maut Ganjar-Mahfud ini dirasa memiliki power sangat kuat. Sehingga dapat menjadi penujang kemenangan pilpres mendatang. kepopularitasan Prof. Mahfud ini semakin meningkat setelah beliau blak blakan di rapat sidang Komisi III DPR RI di Senayan membongkar soal kasus transaksi gelap 394 Triliun oleh Kemenkeu.
Dalam setiap pesta demokrasi NU memang tak pernah lepas turut perperan aktif menyukseskan tetapi pada pilpres ini apakah NU masih ikut andil, dilansir dari Republika.co.id., Ketua Umum Pengurus Besar Nahdlatul Ulama (PBNU) K.H Yahya Cholil Staquf (Gus Yahya) yang tegas menegaskan, NU tidak lagi terlibat dalam partai politik dan pilpres 2024. Terlepas dari benar dan tidaknya pernyataan kutiban tersebut dan ikut atau tidaknya NU dalam pemilu mendatang jangan menjadikan itu sebagai hal yang membuat cara berpikir kita dalam menentukan pemimpin bangsa berubah sekejab . Karena jangan pernah menjadikan politik identitas sebagai landasan dalam menentukan pemimpin negeri ini.
Untuk saat ini yang terpenting adalah masa depan bangsa ini, jangan sampai hanya karena suatu hal nasib kedepan bangsa ini menjadi terombang ambing, sudah sepantasnya kita sebagai rakyat Indonesia terutama generasi muda mengusahakan yang terbaik bagi tanah air tercinta ini, jangan sampai bangsa ini dimonopoli lagi oleh bangsa lain salah satu hal yang bisa kita lakukan untuk mencegah hal itu terjadi adalah dengan memilih pemimpin yang tepat.
Terlepas dari kabar mengenai soal pemilu mendatang, yang terpenting bagi kita generasi muda adalah memilih calon pemimpin bangsa yang memiliki kapasitas, kapabilitas, elektabilitas serta amanah dalam menjalankan tugasnya. Kita berharap entah siapapun presiden nya kelak yang terpenting bisa membawa Indonesia lebih maju, jaya, serta dapat memudahkan mewujudkan cita-cita Indonesia emas di 2045.
-Mahasiswa Hukum Keluarga Islam INISNU Temanggung