Oleh: Niam At Majha
Menikah menjadi hal sangat di tunggu tunggu sebagai bukti ketulusan cinta terhadap pasangan. Sebagian orang beranggapan dengan melangsungkan pernikahan, pendewasaan telah dibuktikan dan tanggung jawab telah dipertaruhkan. Karena kita tak lagi sendiri melainkan sudah berdua. Sebelumnya ketika masih lajang selalu mengedepankan keinginan pribadi, ketika sudah menikah menjadi keinginan bersama.
Perihal seluk beluk dunia pernikahan, sebuah lahan belajar yang amat panjang waktunya yaitu pernikahan akan di kupas secara mendetail dalam buku bertajuk Pernikahan Semanis Madu bukan Sepahit Empedu karya Vivi Nafidzatin Nadhor. Dalam pengantarnya
penulis mengemukakan apabila penulisan buku ini atas dasar jika banyak pasangan yang menikah tanpa adanya pertimbangan matang. Dikira pernikahan adalah sebuah drama kehidupan. Sebab menikah adalah ibadah dan namanya ibadah tentu tak pernah lepas dari ujian. Terkadang pula sepahit empedu.
- Iklan -
Siapa saja yang sudah siap menikah tentu harus siap berumah tangga. Tentu dalam mahligai rumah tangga satu orang dengan yang lainnya cobaannya berbeda beda. Bahkan standar bahagia dalam pernikahan juga beda beda satu dengan lainnya. Tentu kita tak dapat menyamakan bahagia dan cobaan kita dengan yang di alami orang lain tersebut. Lha dalam buku ini menjelaskan semuanya.
Penulis berhasil mengurai penjelasan ilmiah dengan gaya bertutur yang ringan. Sehingga siapa saja yang membaca buku ini dapat mencerna dengan mudah apa saja penjelasan tentang pernikahan. Karena menikah itu dua orang yang akan menapaki, yakni kita dan calon pasangan, maka cukup ajak dia menyepakati tentang perbedaan, kekurangan, kelebihan pasangan kita. Sebab mahligai pernikahan adalah lahan pahala yang akan kita tapaki hingga akhir hayat. Ibadah terlama.
Jadi apabila ada yang beranggapan pernikahan tentang kebahagiaan melulu adalah keliru. Menganggap pernikahan merupakan cara paling aman agar bisa lari dari masalah adalah salah. Selama ini remaja yang memiliki konflik dengan keluarga, teman, lingkungan atau masalah finansial cenderung ingin lari dari masalah lalu menganggap pernikahan adalah sesuai semua masalah kehidupan. (hal 13)
Apabila niat dalam pernikahan salah tentu dalam berumah tangga nantinya juga akan salah kaprah. Menahan emosi, berkesalingan dan saling memahami peran, mengerti apabila suami tanggung jawabnya seperti ini dan istri perannya seperti ini pula. Karena dalam pernikahan tak ada mana yang lebih unggul dan mana yang tak. Makanya ada istilah Hawa tercipta dari tulang rusuk Adam. Sehingga dalam menjalankan mahligai pernikahan harus saling bergandengan, saling mengingatkan dan tak boleh ada yang satu paling dominan. Setiap pasangan mempunyai peran masing-masing. Maka dari itu dewasa sangatlah penting. Sebab kedewasaan seseorang dilihat dari caranya mengelola emosi bukan di lihat dari angka usianya.
Ada tema besar dalam buku ini yang ingin penulis sampaikan kepada pembaca diantaranya, Alasan menikah, Sebelum akhirnya menikah, Wawasan seputar pernikahan, Hadapi konflik dengan cara elegan, Sebuah upaya merawat pernikahan. Itu adalah tema besar yang diurai dengan cara lugas, dan ringan dibaca oleh siapa saja.
Selain itu, dalam buku ini penulis memberikan penjelasan dari sudut agama dan hadits-hadits nabi ditambah dengan kisah yang telah terjadi di lingkungan kita saat ini. Meskipun seringkali tak tahu atau pun pura pura tutup mata dengan realitas yang ada.
Sebagai epilog dalam buku ini dan inti apa yang dijelaskan dalam menjalani pernikahan dan berumah tangga adalah terpenting yaitu menerima keseluruhan pasangan; dari segi kekurangan dan kelebihan. Sebab tak ada kekurangan yang diciptakan sempurna, sebab kekurangan yang ada pada suami istri itu diciptakan untuk saling menyempurnakan. Ada salah satu pertanyaan yang menggelitik dari penulisnya yaitu apa yang membuat kita bersyukur? Jawabannya adalah bukan karena kesempurnaan. Sebab, dalam pernikahan dengan bersyukurlah kita merasa memiliki pasangan yang sempurna.
Jadi buku ini sangat layak dibaca siapa saja yang akan mengambil keputusan untuk menikah. Bahkan buku ini pula dapat dijadikan referensi bagi pasangan yang telah melangsungkan pernikahan. Selamat membaca.
Judul : Pernikahan Semanis Madu bukan Sepahit Empedu
Penulis : Vivi Nafidzatin Nadhor
Penerbit : PT Elex Media Komputindo
Tebal : 259 halaman
Cetakan : Pertama 2023