Oleh Nurma Febri Rakhmawati
Kala itu saya berpikir kolot sekali bahwa setiap tanggal 22 Oktober teman-teman saya yang masih berada di pondok pesantren merayakan hari besar mereka sebagai seorang santri. Waktu itu saya ikut merayakannya karena delegasi dari sekolah saja, lalu pikir saya yang merayakan di tanggal itu hanya santri dan santri kui berarti sek mondok (santri itu yang berada di pondok pesantren). Ternyata pikiran saya salah mengenai itu, ketika saya melihat beberapa tulisan yang merujuk pada Hari Santri Nasional bahwa Indonesia ini merayakan hari santri sebagai penghargaan peran sentral para santri untuk memajukan bangsa Indonesia kala itu.
Karena Hari Santri sendiri sering dikaitkan dengan Nahdlatul Ulama (NU), dan NU sendiri merupakan organisasi Islam terbesar di Indonesia yang dikenal memiliki pondok pesantren di seluruh tanah air. Maka perlu kita tegaskan bahwa perayaan Hari Santri Nasional merupakan perayaan global atau perayaan seluruh umat yang melibatkan komunitas seluruh Islam di Indonesia tanpa memandang organisasi keislamannya, sehingga masih banyak santri di zaman sekarang yang merayakan hari besar mereka hanya dengan sekadar mengikutinya tanpa mengetahui apa makna Hari Santri itu sendiri.
Sejarah dan Keanekaragamannya
- Iklan -
Sebenarnya kenapa tanggal 22 Oktober dijadikan sebagai Hari Santri Nasional ?, Nah penetapan tanggal 22 Oktober sebagai Hari Santri Nasional tidak merujuk pada kontribusi para santri yang tergabung di dalam NU saja, akan tetapi mencerminkan semangat perjuangan dan patriotisme santri dari berbagai kalangan. Sehingga peristiwa bersejarah “ 22 Oktober 1945” kala itu di Surabaya yang melibatkan para santri dari berbagai kalangan yaitu seruan yang dibacakan oleh Pahlawan Nasional KH. Hasyim Asy’ari.
Seruan yang berisikan perintah kepada umat Islam untuk berperang (jihad) melawan tentara sekutu yang ingin menjajah kembali wilayah Republik Indonesia pasca-Proklamasi Kemerdekaan kala itu. Dengan adanya resolusi jihad perjuangan para santri untuk memperjuangakn kemerdekaan Indonesia itu. Maka Hari Santri Nasional tidak hanya mencerminkan warisan NU saja akan tetapi kontribusi santri lebih luas dari semua kalangan para santri lainya yang ikut serta memperjuangkan kemerdekaan tanpa memandang latar belakang organisasi keislamannya.
Dari keanekaragaman latar belakang santri yang berasal dari organisasi keislaman lain yang tidak hanya NU, seperti banyaknya pondok pesantren yang diasuh oleh organisasi selain NU seperti Muhammadiyah dan organisasi-organisasi Islam yang lainya juga memiliki peran penting dalam mendidik santrinya untuk menjadi generasi penerus bangsa yang tidak hanya cerdas keilmuan,etitud dan etika tetapi juga bermoral tinggi, namun masih banyak orang berpikir bahwa perayaan itu hanya dirayakan oleh NU saja.
Padahal sudah seharusnya perayaan Hari Santri Nasional merupakan perayaan untuk semua kalangan masyarakat dan semua santri yang tidak hanya berasal dari lingkungan NU saja melainkan perayaan seluruh umat Indonesia, sehingga seharusnya Hari Santri Nasional dilihat selain sebagai perayaan untuk mengenang dan menghormati jasa perjuangan ulama melalui tokoh-tokoh Islam seperti KH. Hasyim Asy’ari, KH. Ahmad Dahlan, H.O.S Cokroaminoto, dan masih banyak tokoh yang lainnya juga perayaan yang mencakup kontribusi para santri dari seluruh spectrum keislaman lainnya.
Santri dan Pesantren
Tak luput dari kata santri berarti juga merujuk pada pondok pesantren atau lebih singkatnya pesantren. Pesantren merupakan kelompok atau komunitas yang telah ada sejak zaman Walisongo dari beberapa abad yang lalu, sedangkan santri adalah orang yang belajar ilmu agama, sehingga pesantren disebut sebagai lembaga tertua yang masih eksis sampai detik ini. Namun di zaman sekarang orang-orang menyebut komunitas persantren sebagai komunitas yang tertinggal atau bahasa zaman sekarangnya kolot dan terbelakang, padahal kaum santri dari zaman ke zaman ikut andil dan bertahan dalam perubahan zaman karena sifat mereka yang lunak atau moderat yang selalu menerima perubahan dari setiap perubahanya, akan tetapi dengan catatan sesuatu yang baru dan lebih baik dapat diambil dan sesuatu yang lama dan masih baik akan tetap dipertahankan.
Sehingga peran santri di era globalisasi ini tidak luput dari peran santri pada zaman sekarang kaum santri dapat menghadapi tantangan zaman yang semakin menglobal, seperti santri tidak hanya bisa ilmu agama saja akan tetapi santri juga dapat mempelajari ilmu akan dunia, sehingga sudah banyak sekali santri yang berprestasi selain dalam bidang agama juga dalam bidang dunia di zaman sekarang ini. Bahkan santri pun menguasai bidang perpolitikan, ekonomi, sosial, dan budaya. Santri juga mampu menjadi subjek dalam bidang kehidupan dan mengamalkan ilmu yang diperolehnya dari pesantren tidak hanya harus menjadi seorang kiai ,akan tetapi bisa menjadi seorang pengusaha, seniman, tenaga pendidik, maupun pejabat negara, dan sudah terbukti pada zaman dulu hingga sekarang bahwa santri merupakan peradaban negeri yang mengglobal.
Semangat Kebangsaan
Tanggal 22 Oktober 1945 Hadratus Syaikh KH. Hasyim Asy’ari, para ulama, kiai, dan para santri, mereka saling membela kedaulatan negara dari ancaman para pasukan Belanda dan Inggris yang ingin menjajah kembali indosesia setelah Indonesia merdeka kala itu, dari situlah sudah terlihat jelas semangat kebangsaan, jiwa patriotisme, dan rasa cinta terhadap tanah air negeri ini.
Pada Resolusi Jihad kala itu menewaskan ribuan nyawa dari kalangan santri yang gugur di medan perang. Sehingga akhirnya membuahkan hasil yang gemilang. Hari Santri Nasional merupakan moment untuk memupuk rasa persatuan,kesatuan,dan menghargai keberagaman organisasi keislaman di kalangan santri. Dengan semangat kebersamaan kita wajib bersama-sama merayakan dan mengapresiasi para santri tanpa memandang organisasi dan warna bendera keagamaan mereka.
Semangat kebangsaan para santri yang ditunjukan dengan nilai-nilai agama dan moral, juga nilai-nilai seperti kebebasan, keadilan, dan martabat manusia merupakan prinsip universal yang perlu dijunjung tinggi. Sehingga kita dapat melihat betapa pentingnya peran mereka dalam menggerakan roda perubahan dan memperjuangkan hak-hak rakyat. Semangat, pendidikan, dan peran aktif santri membantu membentuk fondasi kebangsaan yang merdeka dan berdaulat.
Sampai detik ini tentunya api semangat jiwa nasionalisme dan kebangsaan mereka tentu tidak boleh padam. Rela berkorban apapun dan terus mengobarkan semangat juang untuk membangun Indonesia agar lebih maju, berdaulat, dan lebih bermartabat di muka Bumi. Sehingga santri harus menjadi sosok yang tangguh di tengah terpaan badai kehancuran moral dengan berbagai modus dan motif.
– Peneliti Kajian Islam Nusantara di Prodi PGMI INISNU Temanggung. Aktivis Ikatan Pelajar Putri Nahdlatul Ulama Temanggung