Oleh Hamidulloh Ibda
Selama ini, di lapangan yang eksis adalah lembaga pers mahasiswa (LPM), Surat Kabar Mahasiswa (SKM), atau Unit Kegiatan Mahasiswa (UKM) dengan sebutan lain yang bergerak di bidang bakat – minat mahasiswa di bidang jurnalistik. Namun masih jarang lembaga pers pada sekolah yang bisa disebut lembaga pers siswa (LPS). Padahal eksistensi dan esensi LPS sangat dibutuhkan dalam rangka menumbuhkembangkan kemampuan siswa dalam menulis.
Dalam konteks ini, lembaga pers siswa merupakan sebuah organisasi atau badan yang didirikan di lingkungan sekolah dengan tujuan utama untuk mengembangkan minat dan keterampilan siswa dalam bidang jurnalistik, media, dan publikasi. Lembaga ini biasanya terdiri dari siswa-siswa yang memiliki minat dan bakat dalam menulis, mewawancarai, mengedit, dan mengelola konten berita serta publikasi lainnya. Tugas utama lembaga pers siswa dalam rangka menciptakan dan menyebarkan informasi yang relevan dan bermanfaat kepada siswa, guru, dan masyarakat sekolah. Mereka dapat menerbitkan surat kabar sekolah, majalah, buletin, media online seperti blog, situs web, atau media sosial.
Desain LPS
- Iklan -
Dalam buku Modul Gerakan Literasi Ma’arif (GLM), sebenarnya sudah kami susun desain dan teknis mendirikan, menghidupkan, dan memberdayakan LPS di sekolah/madrasah Lembaga Pendidikan Ma’arif NU. Dalam tulisan ini, saya ingin mengglobalkan konsep atau desain LPS ini yang bisa diadopsi oleh semua sekolah dan madrasah di Nusantara.
Pada hakikatnya, LPS menjadi sebuah konsep yang menggabungkan jurnalisme dan partisipasi siswa dalam sebuah lingkungan pendidikan. LPS bertujuan untuk memberikan suara kepada siswa dalam mengungkapkan pikiran, gagasan, dan berita terkini di sekolah mereka. Ini adalah wadah di mana siswa dapat berlatih jurnalisme, mengasah kemampuan menulis, serta mengembangkan pemahaman yang lebih baik tentang isu-isu yang memengaruhi sekolah dan komunitas mereka.
LPS sangat bermanfaat bagi siswa ke dalam beberapa penguatan. Pertama, pengembangan bakat dan minat. LPS membuka pintu bagi siswa yang berminat dalam dunia jurnalisme, menulis, fotografi, dan editing. Mereka dapat mengasah kemampuan mereka di bidang-bidang ini. Kedua, pendidikan informasi dan literasi. LPS membantu siswa untuk mengembangkan kemampuan literasi media dan kritis. Mereka belajar untuk menganalisis berita, mengidentifikasi bias, dan memahami cara media mempengaruhi opini publik. Ketiga, suara siswa. LPS memberikan platform di mana siswa dapat berbicara tentang isu-isu yang mereka pedulikan. Ini membantu mereka merasa didengar dan berkontribusi pada perubahan positif dalam sekolah mereka.
Untuk mengimplementasikan LPS, dibutuhkan metode teknis yang bisa dilakukan oleh guru atau kepala sekolah/madrasah. Pertama, membentuk tim redaksi dengan Surat Keputusan Sekolah. Bentuk tim redaksi yang terdiri dari siswa yang berperan sebagai penulis, editor, fotografer, dan manajer media sosial. Mereka dapat membagi tugas dan bertanggung jawab atas produksi konten. Kedua, penguatan kapasitas siswa melalui pelatihan jurnalisme. Sediakan pelatihan dasar jurnalisme kepada anggota LPS. Ini termasuk etika jurnalisme, teknik wawancara, dan penulisan berita yang baik.
Ketiga, dukungan guru dan pelatih. Guru dapat berperan sebagai penasihat atau mentor bagi LPS. Mereka dapat memberikan panduan, mendukung dalam pengembangan ide, dan membantu mengatasi kendala teknis. Keempat, pelibatan praktisi seperti jurnalis, pemimpin redaksi media massa, TV, radio, asosiasi seperti PWI, AJI, SMSI, AMSI, dan lainnya.
Kelima, konten berkualitas. Dorong anggota LPS untuk menciptakan konten berkualitas tinggi, seperti artikel, laporan, wawancara, dan liputan berita. Pastikan bahwa konten tersebut akurat, netral, dan relevan. Keenam, distribusi konten. Gunakan berbagai saluran untuk mendistribusikan konten LPS, termasuk surat kabar sekolah, situs web, media sosial, dan acara sekolah. Ini memastikan bahwa suara siswa terdengar oleh sebanyak mungkin orang. Ketujuh, perlunya pengawalan konsisten dan umpan balik. Pihak sekolah harus mendorong siswa untuk menerima umpan balik dari sesama siswa, guru, dan anggota komunitas. Ini membantu mereka untuk terus berkembang dan meningkatkan kualitas konten mereka.
Pada intinya, LPS adalah alat yang efektif untuk memperkuat keterampilan komunikasi siswa, memfasilitasi partisipasi aktif dalam lingkungan pendidikan mereka, dan mempromosikan tanggung jawab sosial. Dengan konsep yang tepat dan implementasi yang baik, LPS dapat menjadi alat yang kuat untuk membangun suara pelajar dan mendukung pembelajaran yang lebih baik di sekolah.
Manfaat Lembaga Pers Siswa
Dalam menekuni dunia pers atau jurnalistik, siswa dapat memanfaatkan beragam hal. Setidaknya, jurnalistik menjadi bidang yang menarik dan penting dalam dunia media dan komunikasi khususnya bagi peserta didik di sekolah/madrasah. Namun, manfaat jurnalistik tidak hanya terbatas pada mereka yang bercita-cita menjadi wartawan profesional. Siswa dari berbagai latar belakang juga dapat merasakan banyak manfaat dari mempelajari dan berpartisipasi dalam jurnalistik. Pertama, siswa belajar mendapatkan kebenaran yang shahih melalui teknik wartawan, yaitu wawancara, cek ricek dan tabayun. Kedua, penguatan keterampilan riset. Siswa terlibat dalam penelitian mendalam untuk mengumpulkan fakta dan data yang relevan. Keterampilan ini bermanfaat di banyak aspek kehidupan, baik dalam studi akademis maupun dalam pengambilan keputusan sehari-hari.
Ketiga, penulisan dan pemahaman tentang berita. Memahami bagaimana berita dibuat dan disampaikan membantu siswa menjadi konsumen berita yang lebih kritis. Mereka bisa membedakan berita yang andal dari yang tidak, serta memahami bias yang mungkin ada dalam laporan berita. Keempat, penguatan keterampilan menulis yang kuat. LPS dan dunia jurnalistik yang ditekuni siswa memperkuat kemampuan mereka dalam menulis dengan jelas, singkat, dan informatif. Mereka belajar mengorganisasikan ide-ide mereka, merinci informasi, dan memahami struktur cerita yang baik
Kelima, pengembangan kreativitas. Siswa diajak untuk berpikir kreatif untuk menciptakan berita yang menarik dan informatif. Ini merangsang imajinasi mereka dan membantu mereka menjadi penulis yang lebih kreatif. Keenam, peningkatan kemampuan berbicara. Siswa harus berbicara dengan berbagai narasumber dan mempresentasikan hasil pekerjaan mereka. Hal ini membantu meningkatkan kemampuan berbicara dan percaya diri dalam berkomunikasi. Ketujuh, keterampilan wawancara. Jurnalistik mengajarkan siswa bagaimana melakukan wawancara dengan baik. Keterampilan ini berguna dalam berkomunikasi dengan orang lain, baik dalam lingkungan akademis maupun profesional.
Kedelapan, mengasah keterampilan kolaborasi. Jurnalistik sering melibatkan proyek tim. Siswa belajar bekerja sama dengan orang lain, menghargai kontribusi mereka, dan membangun keterampilan kolaborasi yang penting dalam berbagai konteks. Kesembilan peningkatkan kesadaran sosial. Melalui jurnalistik, siswa dapat mengangkat isu-isu sosial dan lingkungan yang mereka pedulikan. Mereka dapat memainkan peran aktif dalam membangun kesadaran masyarakat terhadap masalah-masalah ini. Kesembilan, peningkatan kemampuan pemecahan masalah. Dalam mengejar berita, siswa sering dihadapkan pada tantangan yang memerlukan pemecahan masalah kreatif. Ini membantu mereka mengembangkan kemampuan berpikir analitis.
Kesepuluh, pemahaman tentang etika. Jurnalistik mengajarkan etika dalam pelaporan dan pengungkapan informasi. Ini penting dalam membangun karakter siswa dan menjaga integritas mereka. Kesebelas, pengalaman praktis. Siswa dapat merasakan pengalaman nyata dalam industri media. Mereka dapat meliput acara-acara sekolah, mengelola situs web atau publikasi sekolah, dan belajar tentang pekerjaan di balik layar. Keduabelas, persiapan karir. Bahkan jika siswa tidak bercita-cita menjadi wartawan, manfaat jurnalistik seperti keterampilan komunikasi, penelitian, dan pemecahan masalah dapat sangat berguna dalam berbagai karir di masa depan.
Dalam rangkaian manfaat yang luas ini, jurnalistik tidak hanya membantu siswa mengembangkan keterampilan praktis, tetapi juga membentuk mereka menjadi individu yang berpikir kritis, etis, dan aktif dalam komunikasi dan masyarakat. Oleh karena itu, memasukkan jurnalistik ke dalam kurikulum sekolah dapat menjadi investasi yang berharga untuk perkembangan siswa apalagi sudah diwujudkan melalui LPS. Bukankah demikian?
– Dosen Program Studi PGMI Fakultas Tarbiyah dan Keguruan INISNU Temanggung, Ketua Dewan Pengawas dan Pjs Direktur Utama Lembaga Penyiaran Publik Lokal (LPPL) Temanggung TV.