Oleh : Niam At Majha
Ketika saya membaca buku yang bertajuk Gus Mus dan Simbolisme Feminin karya Efen Nurfiana saya menemukan banyak pemahaman berkaitan simbol simbol feminin itu sendiri. Disebabkan setiap orang mempunyai cara pandang beraneka ragam yang berkaitan dengan feminin. Ada pula yang memandang apabila feminin itu berkaitan dengan karakter, sifat-sifat dasar yang dimiliki oleh perempuan. Sehingga akan yang pernah mengemukan dalam celetukan si A itu lebih feminin ketimbang si B. Hal tersebut menandakan jika soal simbol-simbol femini setiap orang mempunyai makna yang berbeda-beda. Maka tidak sepatutnya kita memaksakan presepsi yang kita miliki terhadap orang lain.
Seperti dalam pengakuan penulis apabila buku ini awalnya adalah sebuah tesis dengan judul awalnya yaitu Simbolisme Feminin Sebagai Media Kedekatan dengan Tuhan (Kajian Hermeneutika Paul Ricoeur terhadap Sajak sajak Cinta Gandrung Karya A. Mustofa Bisri). Kemudian judulnya dipersingkat dengan judul Gus Mus dan Simbolisme Feminin. Ketika judul telah diubah sedemikian rupa tentu dalamnya seharusnya sama. Biar tak berkesan copy paste dari tesis menjadi sebuah buku.
Terlepas dari semua itu, penulis berusaha memaknai perihal Sajak-sajak Gus Mus tentang perempuan meskipun dalam sajaknya tanpa menyebutkan kata perempuan atau wanita. Seperti dalam sajak Bisikan lebih menegaskan bahwa A Mustofa Bisri memposisikan perempuan perempuan sebagai identifikasi atas erotisitas, dapat dilihat dari perempuan dalam sajak tersebut memliki konotasi kesepian.
- Iklan -
Sebagai perbandingan sajak Wanita Cantik Sekali di Multazam mencitrakan erotisitas wanita yang tidak hanya dilihat dari fisik, tetapi wanita cantik itu diposisikan di Multazam. Sedangkan pada sajak Bisikan A. Mustofa Bisri memposisikan perempuan dengan erotisitas yang kesepian. Demikian secara konteks, perempuan yang kesepian tidak diposisikan sebagai perempuan yang mar’atus shalihah. Hal ini karena mar’atus shalihah tidak akan merujuk pada sifat kesepian. (hal 108-109)
Seperti halnya pada sebuah pengantar dalam buku ini oleh Abdul Wachid B.S seorang kritikus Sastra Doktor Pendidikan Bahasa Indonesia jika pemahaman ini masih bersifat deduktif, maka kita harus masuk kepada sajak sajak Cinta Gandrung Karya Gus Mus. Bagaimana implementasi dan output dalam realitas sehari hari terkait kajian Efen Nurfiana tentang simbolisme feminin, simbolisme wanita dan peleburan Tuhan sebagai kekasih dan sosok pribadi yang “rahman” di dalam perpuisian Gus Mus. Hal itulah yang di dalam buku Gus Mus dan Simbolisme Feminin karya Efen Nurfiana ini diidentifikasi lebih lanjut, dia melakukan indentifikasi pemikiran filosofis untuk mentransformasikan nilai nilai kedekatan dengan Tuhan dan implementasinya di dunia nyata. (hal ix)
Setelah kita membaca dan memahami apa yang telah disampaikan penulis maka buku ini layak dibaca serta bagus untuk buat referensi bagi siapa saja yang ingin memahami simbol-simbol feminin dengan sudut padang yang berbeda. Selamat membaca.
Judul : Gus Mus dan Simbolisme Feminin
Penulis : Efen Nurfiana
Penerbit: Cv Rumah Kreatif Wadas Kelir
Cetakan: Pertama 2023
Tebal: 186 halam