Oleh Hamidulloh Ibda
Suatu sore rekan dosen membuat status WhatsApp dengan gambar orang mengetik di laptopnya dengan caption “jangan diganggu, sedang fokus mencari novelty”. Aku pun menjawab dengan tertawa hahahaha….
Mencari novelty bagi peneliti memang susah-susah mudah, dan mudah-mudah susah. Saat perkuliahan metodologi penelitian, Prof Pardjono juga menjawab demikian. Artinya, novelty bisa jadi tidak ditemukan saat mahasiswa menulis tugas akhir, melainkan bisa berpotensi didapatkan setelah lulus studi formal tersebut.
Selain artikel ilmiah, dalam menulis tugas akhir seperti tesis dan disertasi diutamakan menawarkan novelty (kebaruan) yang unik dan layak “dijual”. Tanpa kebaruan, karya kita dianggap biasa-biasa saja bahkan kita bisa disebut “gagal” dalam meneliti.
- Iklan -
Syarat Artikel yang Layak
Dalam jurnal terindeks Scopus sangat diutamakan sebuah artikel yang menawarkan kebaruan. Sesuai pengalaman saya, untuk menulis artikel ilmiah yang penuh novelty, kita perlu memperhatikan beberapa faktor penting. Pertama, kontribusi baru. Artikel ilmiah yang kita tulis harus menyajikan kontribusi keilmuan baru dalam bidang penelitian tertentu. Ini bisa berupa penemuan baru, metode baru, atau pemahaman yang lebih mendalam tentang topik tertentu.
Kedua, tinjauan literatur yang mendalam. Artikel ilmiah harus mencakup tinjauan literatur yang komprehensif untuk menunjukkan pemahaman yang kuat tentang penelitian sebelumnya dan membedakan kontribusi yang ditawarkan.
Ketiga, kontribusi dan kepentingan akademik yang kuat. Artikel ilmiah harus relevan dan memiliki dampak ilmiah yang signifikan dalam bidang penelitian yang dijelaskan. Ini berarti bahwa penelitiannya harus menjadi bagian dari perkembangan terkini dalam disiplin ilmu tersebut.
Keempat, metode riset yang rapi dan konsisten. Metode riset yang digunakan harus kuat dan sesuai dengan pertanyaan penelitian yang diajukan. Artikel harus menjelaskan metode dengan detail sehingga dapat direplikasi oleh peneliti lain.
Kelima, penyajian data dan analisis yang terstruktur bagus. Temuan penelitian harus didukung oleh data yang kuat dan analisis statistik yang sesuai. Grafik dan tabel yang relevan juga harus disertakan.
Keenam, interpretasi hasil yang mendalam dan lengkap. Artikel harus memberikan interpretasi yang mendalam terhadap hasil penelitian, menjelaskan implikasi dan relevansinya dalam konteks yang lebih luas.
Ketujuh, diskusi dan pembahasan yang kritis dan mendalam. Artikel ilmiah harus mencakup diskusi kritis tentang keterbatasan penelitian dan area untuk penelitian lanjutan. Ini menunjukkan pemahaman yang baik tentang topik yang dibahas.
Kedelapan, bahasa yang jelas, tertata baik, terstandar internasional. Artikel harus ditulis dengan bahasa yang jelas dan terstruktur dengan baik, sehingga mudah dimengerti oleh pembaca ilmiah. Jika perlu menggunakan proofreader dari internasional. Jangan juga gunakan tools umum seperti Google Terjemah.
Kesembilan, referensi yang akurat, update, bereputasi dan jangan gunakan literatur trivial. Semua sumber yang digunakan harus diacu dengan benar sesuai dengan gaya penulisan yang diikuti.
Kesepuluh, peer review. Artikel sebaiknya telah melalui proses peer review oleh ahli dalam bidang tersebut untuk memastikan kualitasnya. Peer review ini dimaksudkan agar artikel kita terjaga kualitasnya.
Setiap jurnal atau konferensi ilmiah mungkin memiliki pedoman khusus untuk artikel mereka. Pastikan untuk memeriksa pedoman tersebut dan mengikuti petunjuk yang diberikan oleh jurnal atau konferensi yang kita targetkan. Lalu, bagaimana kita menentukan kebaruan dalam artikel kita?
Mencari Novelty
Untuk menemukan kebaruan dalam riset atau artikel kita perlu mempertimbangkan sejumlah langkah. Pertama, tunjukkan gap dari fakta literatur. Hal ini bisa ditegaskan bahwa artikel kita beda dengan artikel sarjana lain di dunia. Kita perlu mempelajari riset terkini dalam bidang yang sama untuk mengidentifikasi celah pengetahuan atau area yang belum banyak dijelajahi.
Kedua, sajikan gap berdasarkan fakta sosial yang empiris dan berbasis data. Fakta sosial menjadi kekuatan artikel kita ketika disajikan dengan data kuat, relevan dan kontemporer.
Ketiga, sajikan pertanyaan penelitian yang kreatif. Buat pertanyaan penelitian yang inovatif dan menantang, berfokus pada aspek yang belum terungkap atau memerlukan pemahaman lebih mendalam.
Keempat, gunakan pendekatan multidisipliner. Gabungkan pendekatan dari beberapa disiplin ilmu yang berbeda untuk memberikan sudut pandang baru dan solusi yang belum pernah dipertimbangkan sebelumnya.
Kelima, sejikan teknologi baru atau alat yang mungkin belum diterapkan dalam konteks riset Anda untuk mendapatkan hasil yang lebih baik. Misalnya saya pernah menggunakan VOSviewer, NVIVO 12 Plus, Jamovi, Lisrel dan lainnya yang mendukung sajian artikel kita semakin menarik.
Keenam, sajikan cara ataiu perspektif baru bahkan aneh. Ajak orang yang tidak biasa terlibat dalam bidang riset kita, seperti masyarakat umum atau praktisi industri, untuk mendapatkan pandangan yang segar. Sajikan metode dan teknik pengumpulan hingga penyajian data yang unik.
Ketujuh, kita perlu berkolaborasi dengan banyak sarjana. Bekerja sama dengan para ahli lain dalam bidang yang berbeda dapat membawa gagasan segar dan perspektif baru ke dalam artikel kita.
Proses menemukan kebaruan dalam riset memerlukan ketekunan, kreativitas, dan kemampuan untuk berpikir di luar kotak. Kita harus sering membaca artikel yang terbit yang dimuat di jurnal terindeks Scopus. Hal ini memberikan teknik dan wawasan baru agar artikel kita semakin berwarna. Apakah Anda ada teknik lain?
-Penulis adalah reviewer di Pegem Egitim ve Ogretim Dergisi (Pegem Akademi Yayıncılık Turki, terindeks Scopus Q4) (2023-sekarang), reviewer Cogent Education (Taylor & Francis, Britania Raya, terindeks Scopus Q2) (2023-sekarang), reviewer Journal of Ethnic and Cultural Studies (Florida Gulf Coast University Amerika Serikat, terindeks Scopus Q1) (2023-sekarang), reviewer Journal of Learning for Development (JL4D) (Commonwealth of Learning Canada, terindeks Scopus Q3) (2023-sekarang), reviewer International Journal of Information and Education Technology (IJIET) (IJIET Singapura, terindeks Scopus Q3) (2023-present), reviewer International Journal of Learning, Teaching and Educational Research (Society for Research and Knowledge Management Mauritius, terindeks Scopus Q3) (2023-sekarang), reviewer International Journal Ihya’ ‘Ulum al-Din (2023-sekarang), reviewer IJSL: International Journal of Social Learning (2023-sekarang), reviewer Qeios Journal (2023-sekarang), Editorial Board Members in Global Synthesis in Education (GSE) (2023-sekarang), dan reviewer pada 19 jurnal ilmiah nasional.