Oleh Hamidulloh Ibda
Sejumlah kolega dosen sering bertanya soal predatory journals atau jurnal predator. Selain tidak terpakai untuk kenaikan jabatan fungsional dosen, jurnal predator tidak laku juga untuk luaran riset dan syarat kelulusan bagi mahasiswa jenjang S2/S3. Maka bagi akademisi, jurnal predator ini sangat berbahaya seperti namanya sendiri, predator. Sebutan untuk hewan yang memangsa hewan lainnya. Ia tidak disarankan, karena menjadi “pemangsa”.
Namun dalam dunia jurnal, nomenklatur atau sebutan predator tidak seperti dalam dunia hewan. Sebab, predator yang dimaksud di sini tidak “memakan” sesama jurnal, namun lebih pada merusak dan “menipu” para akademisi yang hendak submit papernya. Maka sanga tidak disarankan bagi akademisi maupun peneliti menerbitkan naskah artikelnya di jurnal predator.
Sangat kasihan bagi dosen yang artikelnya terbit di jurnal predator. Mereka sudah capek-capek meriset, disuruh bayar jutaan namun artikelnya terbit di jurnal predator yang tak ada gunanya. Sebab, tidak semua dosen paham dan tahu cara mendeteksi dan menghindari jurnal predator. Ditambah lagi banyak pengelola jurnal melakukan kloning terhadap jurnal asli yang terindeks Scopus.
- Iklan -
Mendeteksi Jurnal Predator
Apa sebenarnya jurnal predator? Jurnal predator atau predatory journals adalah penerbitan ilmiah yang kurang berkualitas dan biasanya memiliki praktik yang meragukan. Ciri-cirinya meliputi biaya publikasi yang tinggi, jumlah terbitan tiap edisi yang tidak logis bahkan bisa mencapai 400-500 artikel.
Selain itu, proses peer review yang minim atau tidak kredibel, dan seringkali mencoba memanfaatkan para peneliti dengan janji publikasi cepat tanpa memperhatikan kualitas penelitian. Padahal fasilitas fast tract itu mencurigakan dan bagi saya tidak sehat yang sering dilakukan pengelola jurnal predator. Jurnal predator cenderung merugikan reputasi akademik dan sains secara umum.
Indikator jurnal ilmiah yang berkualitas dapat mencakup faktor dampak (impact factor), indeks sitasi, reputasi penerbit, proses review yang ketat, keberlanjutan publikasi, serta kontribusi terhadap perkembangan pengetahuan dalam bidang yang relevan.
Sebenarnya sudah ada daftar jurnal predator yang dikliping oleh Jeffrey Beall seorang pustakawan Universitas Colorado Amerika. Ia melakukan pendataan jurnal-jurnal predator di websitenya dengan nama Beall’s List (daftar Beall) yang bisa diakses pada laman https://beallslist.net. Daftar Beall tersebut bisa dijadikan daftar terkemuka penerbit akses terbuka untuk melihat penerbit ataupun jurnal predator.
Strategi Menghindari Jurnal Predator
Untuk menghindari jurnal predator atau jurnal yang tidak terpercaya, diperlukan pertimbangan sejumlah langkah. Hal ini bisa mengacu dari sejumlah literatur dan berangkat dari pengalaman penulis. Pertama, pastikan jurnal tersebut masih aktif di Scopus.com dan SJR. Namun yang pokok adalah Scopus.com bukan SJR (https://www.scimagojr.com). Pastikan jurnal masih aktif dan tidak berstatus discontinued.
Kedua, pastikan ISSN di Scopus.com, Scimagojr.com, OJS jurnalnya valid, sama, dan jelas antara yang E-ISSN maupun P-ISSN. Ketiga, cek secara berkala artikel yang terbit di OJS jurnal dengan indeksasi melalui nama penulis atau artikelnya. Ini langkah riil untuk cek ricek apakah jurnal itu benar- benar terindeks Scopus atau kloningan.
Keempat, pastikan terbitan jurnal pada volume, edisi, bulan, dan tahun terbit wajar, konsisten, tidak terlalu banyak, dan tema artikel yang dimuat temanya sesuai focus and scope jurnal.
Kelima, pastikan sumbernya jelas dan bereputasi. Pastikan jurnal berasal dari penerbit yang terkemuka dan diakui dalam bidang tersebut. Periksa reputasi penerbitnya dengan mencari informasi lebih lanjut secara online.
Keenam, pastikan jurnal itu menggunakan sistem tinjauan sejawat. Cari tahu apakah jurnal tersebut telah melewati proses tinjauan sejawat (peer review). Jurnal-jurnal berkualitas biasanya melibatkan ahli dalam bidang yang meninjau konten sebelum publikasi.
Ketujuh, cek artikel yang terbit di jurnal tersebut dari aspek metodologinya. Tinjau metodologi penelitian yang digunakan dalam jurnal. Pastikan metode yang digunakan sesuai dengan standar ilmiah dan kredibel.
Kedelapan, cek artikel yang terbit di jurnal tersebut dari aspek referensinya. Periksa apakah jurnal tersebut memiliki referensi yang kuat dan relevan. Jika referensinya tidak ada atau terlalu sedikit, itu bisa menjadi tanda kurangnya validitas. Soalnya saya pernah mengecek salah satu jurnal terindeks Scopus Q4 tapi referensinya 100 persen berbahasa Indonesia. Setelah saya iseng cek lagi sekira 3 bulan, jurnal tersebut sudah discontinued. Nah to!
Kesembilan, perhatikan bahasa dan tata letak. Jurnal-jurnal berkualitas biasanya memiliki tata letak yang rapi, bahasa yang jelas dan terstruktur dengan baik. Pengalaman ini sama di atas. Ada jurnal terindeks Scopus Q4 tapi ada satu artikel dalam satu edisi yang berbahasa Indonesia. Aneh. Ternyata sekira 3 bulan pasca terbitnya edisi tersebut, jurnalnya discontinued.
Kesepuluh, waspadai biaya publikasi (APC) yang tidak masuk akal. Beberapa jurnal predator mungkin meminta biaya publikasi yang tidak masuk akal. Periksa kebijakan biaya publikasi sebelumnya. Saya pernah diminta membayar Rp 27 Juta di sebuah jurnal Amerika yang terindeks Q1. Sudah accepted. Tapi tidak saya bayar. Akhirnya didecline. Hehe
Kesebelas, pilih penerbit dan database terpercaya. Gunakan basis data dan situs pencarian jurnal ilmiah yang terpercaya seperti Scopus, Eric, PubMed, Google Scholar, atau IEEE Xplore. Intinya cukup di Scopus.
Keduabelas, lihat komentar-komentar di Scimagojr.com pada keterangan SJR jurnal tersebut. Jika banyak yang berkomentar buruk, bisa jadi jurnal tersebut memang buruk kualitasnya. Perlu juga mencari ulasan atau tanggapan dari para ahli dalam bidang yang relevan terhadap jurnal tersebut. Ini bisa memberi Anda gambaran lebih baik tentang kualitasnya.
Ingatlah selalu untuk berhati-hati dan skeptis saat mengevaluasi jurnal. Jika Anda ragu, konsultasikan dengan kolega atau dosen yang lebih berpengalaman dalam bidang tersebut. Tapi, jangan berkonsultasi kepada saya. Lo, mengapa?
-Penulis adalah reviewer di Pegem Egitim ve Ogretim Dergisi (Pegem Akademi Yayıncılık Turki, terindeks Scopus Q4) (2023-sekarang), reviewer Cogent Education (Taylor & Francis, Britania Raya, terindeks Scopus Q2) (2023-sekarang), reviewer Journal of Ethnic and Cultural Studies (Florida Gulf Coast University Amerika Serikat, terindeks Scopus Q1) (2023-sekarang), reviewer Journal of Learning for Development (JL4D) terindeks Scopus Q3 yang dikelola Commonwealth of Learning Canada (2023-sekarang), reviewer International Journal of Information and Education Technology (IJIET) Scopus Q3 (2023-present), reviewer Millah: Journal of Religious Studies terindeks Scopus (2023-sekarang), reviewer International Journal of Learning, Teaching and Educational Research (IJLTER) Scopus Q3 (2023-sekarang), reviewer International Journal Ihya’ ‘Ulum al-Din (2023-sekarang), reviewer IJSL: International Journal of Social Learning (2023-sekarang), Editorial Board Members in Global Synthesis in Education (GSE) (2023-sekarang), Reviewer Qeios Journal (2023-sekarang), dan reviewer 19 jurnal nasional.