Oleh: Tjahjono Widarmanto
Prasyarat Menulis Buku.
Pada hakikatnya menulis buku sama dengan menulis tulisan-tulisan lain selain buku, misalnya, artikel, opini, kolom, cerpen atau puisi. Yang membedakannya hanyalah masalah kemasan dan panjang pendek halaman (ketebalan), stamina atau energi yang dibutuhkan. Sungguh pun demikian, walau secara hakikat sama, namun menulis buku dianggap lebih profesional. Seorang penulis menganggap dirinya belum sepenuhnya diakui di dunia penulisan jikalau belum pernah menerbitkan sebuah buku. Ibaratnya, seperti seorang pelukis, buku merupakan pameran tunggal. Seorang pelukis belum merasa lengkap kalau belum melakukan pameran tunggal. Pun demikian dengan penulis, dia merasa belum diakui sebagai sorang penulis jika belum menulis dan menerbitkan bukunya.
Adapula keinginan menulis buku karena tuntutan profesi dan tuntutan intelektualitas. Misalnya seorang guru, dosen, dan guru besar yang dituntut untuk menulis buku dan menerbitkannya sebagai syarat kenaikkan pangkat atau kenaikkan jenjang akademis.
Seseorng yang hendak menulis buku harus mempunyai beberapa prasayarat, yaitu:
Memiliki kemampuan berbahasa yang cukup
Sebelumnya memiliki pengalaman menulis (fiksi atau nonfiksi)
Memiliki tradisi membaca yang baik
Mengenal berbagai ragam tulisan
Memiliki motivasi yang tinggi
Tidak mudah menyerah dalam berproses
- Iklan -
Langkah-langkah
Menulis buku bukan sebuah pekerjaan yang instan, namun memerlukan proses yang cukup panjang dengan melalui tahapana-tahapan atau langkah-langkah. Tahapan atau langkah-langkah itu sebagai berikut
Menentukan jenis tulisan
Mencari dan menentukan ide/tema
Mematangkan ide
Melakukan riset/mencari bahan/memilih referensi
Membuat kerangka buku
Membuat jadwal menulis
Pelaksanaan
Revisi
Penawaran / pengiriman ke penerbit
Menentukan jenis tulisan merupakan langkah pertama bagi seorang penulis. Apakah ia akan menulis buku dalam ragam fiksi atau nonfiksi? Setelah menentukan ragam tulisan apa yang akan ia tulis, maka akan menentukan pula pada pemilihan tema dan sasaran pembacanya. Acap kali buku gagal di pasaran karena temannya asing atau kurang diminati masyarakat.
Langkah berikutnya mencari dan menentukan ide atau tema. Langkah ini berhubungan dengan tema yang akan ditulis. Sedikitnya ada dua ukuran yang dapat dipakai dalam menemukan dan menentukan tema, yaitu berangkat dari yang dikuasai atau berangkat dari tema yang sedang dibutuhkan orang banyak. Tema yang dibutuhkan orang banyak berarti harus berwawasan ke pasar. Mengenali buku-buku yang sedang laku di pasaran bukan merupakan hal yang mudah. Seorang penulis yang memilih tema dengan berwawasan pasar harus selalu rajin melihat daftar buku yang best seller. Penulis-penulis profesional di luar negeri banyak menggunakan jasa analis untuk menganalisis kebutuhan khalayak dan analisis kecenderungan pasar.
Berikutnya, adalah mematangkan ide atau tema. Mematangkan ide atau tema bisa dilakukan dengan jalan melakukan diskusi dengan rekan.Melontarkan pertanyaan-pertanyaan kritis pada diri sendiri atau menggali saran dan masukan sebanyak mungkin.
Setelah ide atau tema itu dimatangkan maka selanjutnya adalah melakukan riset/mencari bahan/memilih referensi. Riset adalah bagian terpenting dalam aktivitas menulis. Riset yang dimaksud adalah mengumpulkan bahan, memilah, menganalisis dan menjahitnya menjadi suatu kesatuan yang utuh. Langkah riset ini akan menentukan kualitas dari buku yang ditulis.
Langkah berikutnya adalah membuat kerangka buku. Langkah ini sering diistilahkan sebagai membuat outline. Langkah ini diperlukan agar buku yang ditulis bisa mefokus pada satu hal dan tidak melebar ke mana-mana. Sebuah outline yang matang juga akan mempermudah dan mempercepat proses penulisan.
Setelah kerangka buku dibuat maka langkah berikutnya adalah menyusun jadwal menulis. Jadwal perlu dibuat sebagai sebuah target untuk mengefektifkan waktu. Jadwal boleh disusun secara ketat ataupun secara longgar sesuai dengan kondisi penulis.
Tahapan berikutnya adalah tahapan eksekusi, yaitu tahapan dimulainya proses menulis. Proses menulis dilakukan dengan menggunakan outline sebagai rambu-rambu.
Setelah naskah rampung ditulis maka langkah berikutnya adalah revisi. Revisi merupakan tahapan yang penting untuk memperbaiki kelemahan-kelemahan naskah buku. Pada tahapan revisi dilakukan pengecekan ulang sistematika penulisan, bab dan subbab, ketepatan teori, kelengkapan data, dan pengembangan gaya penulisan.
Langkah yang terakhir adalah penawaran atau pengiriman penerbit. Dalam langkah ini perli dicermati pilihan penerbit berdasarkan kriteria tertentu, misalnya jenis buku atau kriteria lain.
Hindari Plagiasi
Plagiasi merupakan dosa paling besar dan terkutuk bagi seorang penulis. Plagiasi
adalah pencurian. Setiap penulis wajib menghindari plagiasi. Plagiasi adalah mencuri pendapat orang lain tanpa menyebutkan sumbernya. Untuk menghindari plagiasi, gunakanlah teknik pengutipan, baik kutipan langsung atau tak langsung.
Banyak teknik-teknik pengutipan yang dapat dilakukan, ada yang cukup ditulis nama penulis, tahun terbit, dan halaman buku. Misalnya, “Perilaku seks adalah segala tingkah laku yang didorong hasrat seksual.” (Wirawan, 1994:137. Adapula yang cukup ditulis nama penulis dan tahun terbitnya saja. Misalnya: Perilaku seks, menurut Sarlito (1994).
Di bagian lampiran harus dicantumkan pula daftar pustaka yang merujuk pada kutipan-kutipan yang dipakai. Pencatuman daftar pustaka akan memudahkan pembaca untuk melacak kembali data-data dan sumber-sumber tulisan yang dipakai penulis.
Mengapa Naskah Ditolak Penerbit?
Mengirimkan dan menawarkan naskah pada penerbit itu seperti menyatakan jatuh cinta. Pernyataan cinta kita bisa saja bertepuk sebelah tangan. Demikian juga dengan naskah buku, jika diterima pastilah membahagiakan, sedangkan jika ditolak bisa membuat hati kecewa.
Sebuah naskah ditolak oleh penerbit karena berbagai sebab, di antaranya
Kulitas naskah yang tidak sesuai dengan kriteria penerbit
Tidak sesuai dengan prioritas atau visi misi penerbit
Penerbit sudah memiliki naskah serupa
Dianggap tidak sejalan dengan selera pasar
Kapasitas penerbit sudah penuh
Kelengkapan dokumen naskah yang kurang (misalnya: surat pengantar, sinopsis, cover letter/ penjelasan kelebihan naskah, dan biodata).
Jika naskah ditolak bukan berarti dunia akan runtuh. Penulis yang hebat adalah penulis yang menyakini bahwa menulis merupakan sebuah proses yang panjang. Yang perlu dilakukan jika naskah ditola adalah sebagai berikut: (1) mencari penerbit lainnya, (2) memeriksa ulang dan memperbaiki ulang nakah tersebut, (3) melengkapi kelengkapan dokuen, (4) memperbaiki gaya penulisan, (5) menulis lagi, (6) mendiskusikan dan meminta saran, dan (7) berdoa lebih khusuk.
Akhirnya, Ayo kita menulis buku!
Tjahjono Widarmanto, lahir di Ngawi, 18 April 1969. Selepas SMA melanjutkan studi sarjananya di IKIP Surabaya (sekarang UNESA) di jurusan Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia, hingga lulus pada tahun 1992. Melanjutkan studi pascasarjananya di bidang yang sama dan lulus di tahun 2006. Pernah studi S3 di Unesa.
Tulisan-tulisannya berupa puisi, cerpen, esai sastra, budaya, sosial dan pendidikan dipublikasikan di berbagai media massa, antara lain , HORISON, BASIS, JAWA POS, REPUBLIKA, Koran TEMPO, JURNAL NASIONAL, MEDIA INDONESIA, SEPUTAR INDONESIA, PIKIRAN RAKYAT, SUARA PEMBARUAN, PIKIRAN RAKYAT, KEDAULATAN RAKYAT, SOLO POS, SINAR HARAPAN, LAMPUNG POS, Jurnal PERISA (Kuala Lumpur), BAHANA (Brunai), dan sebagainya. Beberapa sajaknya pernah diterjemahkan dalam bahasa Jerman dan Inggris.
Buku-bukunya yang telah terbit, antara lain: YUK, NULIS PUISI (2018), PERBNCANGAN TERAKHIR dengan TUAN GURU (2018), Pengantar Jurnalistik : PANDUAN AWAL PENULIS dan JURNALIS (2016), MATA IBU (buku puisi, 2016), MARXISME dan SUMBANGANNYA TERHADAP TEORI SASTRA: Menuju Pengantar Sosiologi Sastra (2014), SEJARAH YANG MERAMBAT DI TEMBOK-TEMBOK SEKOLAH ( buku puis, 2014), MATA AIR DI KARANG RINDU (buku puisi, 2013), MASA DEPAN SASTRA: Mozaik Telaah dan Pengajaran Sastra (kumpulan esai, 2013), UMAYI (buku puisi, 2012), DRAMA; Pengantar dan Penyutradaraannya (2012), NASIONALISME SASTRA (bunga rampai esai, 2011), KITAB KELAHIRAMN (buku puisi, 2003), KUBUR PENYAIR (buku puisi, 2002, dan DI PUSAT PUSARAN ANGIN (buku puisi, 1997).
Meraih berbagai penghargaan di bidang kepenulisan, antara lain: Lima buku puisi terbaik 2016 versi Hari Puisi Nasional, Penghargaan Sastrawan Pendidik 2013 dari Pusat Pembinaan Bahasa, Penghargaan Guru Bahasa sastra Berdedikasi dari Balai Bahasa Jawa Timur 2014, Guru Berprestasi II se-Jatim 2016, Penghargaan Seniman Budayawan Berprestasi Jawa Timur di 2012, berturut-turut memenangi lomba penulisan yang diadakan Depdiknas dan Pusat Kurikulum dan Perbukuan di 2004, 2005, 2007, 2010, 2013.