Oleh Hamidulloh Ibda
Sekira pukul 13.44 WIB, Ahad 23 Maret 2023, WhatsApp saya menerima pesan dari kawan dosen. Pesan tersebut bukan teks biasa semacam undangan rapat, diskusi, atau surat permohonan narasumber, melainkan url undangan grup WhatsApp. “Grup apa maneh iki?” dalam hati saya.
Karena saya anggap penting, akhirnya masuklah saya di grup WA tersebut dengan penuh harapan dapat banyak ilmu, teknik dan tips publikasi artikel ilmiah bisa tembus Scopus. Meskipun sudah punya lima artikel di Scopus, tapi saya masih merasa butuh banyak ilmu tentang publikasi di skala global.
Namun lambat laun, saya justru tidak mendapatkan apa-apa. Di dalam grup tersebut yang ada hanya transaksi harga penulis 1, penulis 2, dan seterusnya beserta judul dan tujuan jurnal. “Iki ngono grup joki Scopus namanya”, dalam benak saya.
- Iklan -
Saya biarkan, biarkan, dan biarkan. Saya perlu masuk ke grup “haram” tersebut sekadar untuk mengetahui pola kapitalisasi akademik di negara kita ini. Ya sah-sah saja mereka melakukan perjokian karena ada suplay and demand yang sama-sama membutuhkan. Duh!
Meski sebenarnya perjokian itu terlarang, haram, bukan lagi subhat, dan menjijikkan. Sebab, sangat lucu seorang dosen bisa mendapatkan uang, lalu untuk menafkahi anak dan istri, namun dari hasil joki. Kan aneh!
Munculnya Perjokian
Joki penulisan artikel ilmiah pada hakikatnya merupakan praktik seorang atau sekelompok orang yang bukan penulis asli, membayar orang lain untuk menulis artikel ilmiah untuk mereka atau memberikan kontribusi signifikan pada artikel tersebut. Sebenarnya, saya dengar kata-kata “joki artikel” sudah lama sejak 2008 silam waktu awal kali menjadi mahasiswa. Dari analisis saya, terdapat sejumlah faktor yang dapat menjadi penyebab praktik perjokian. Pertama, ketidakmampuan menyusun artikel yang bagus. Ini menjadi penyebab pokok. Diapak-apakke, kalau tidak bisa menulis artikel ilmiah ya akhirnya mencari jalan pintas, entah meminta bantuan teman atau membayar joki.
Kedua, tekanan atau kewajiban untuk publikasi. Publikasi artikel ilmiah sering dianggap penting dalam dunia akademik untuk membangun reputasi, syarat administrasi, dan mengamankan posisi. Tekanan untuk mempublikasikan secara konsisten dapat mendorong beberapa individu untuk mencari joki agar dapat memenuhi target publikasi mereka.
Ketiga, kekurangan waktu. Penulisan artikel ilmiah memerlukan waktu dan usaha yang signifikan untuk penelitian, analisis data, dan penyusunan. Orang-orang yang memiliki keterbatasan waktu akibat tuntutan pekerjaan, studi, atau tanggung jawab lainnya mungkin mencari joki sebagai solusi cepat.
Keempat, tekanan atau tuntutan kinerja. Mahasiswa, peneliti, atau akademisi seringkali menghadapi tekanan untuk memproduksi sejumlah besar artikel ilmiah dalam jangka waktu yang singkat. Dalam situasi ini, beberapa orang mungkin merasa tergoda untuk menggunakan jasa joki agar terlihat produktif tanpa benar-benar melakukan pekerjaan yang diperlukan.
Kelima, kendala bahasa asing yang buruk. Bagi peneliti atau mahasiswa yang bukan penutur asli bahasa yang digunakan untuk publikasi ilmiah, menulis artikel dalam bahasa yang benar dan terstruktur bisa menjadi tantangan. Beberapa mungkin memilih menggunakan jasa joki yang mahir dalam bahasa tersebut.
Keenam, desakan ekonomi atau keuangan. Ini muncul bukan dari sang “pelanggan” atau “pengguna jasa”, melainkan dia adalah joki sendiri. Ya, beberapa individu mungkin memilih untuk menggunakan jasa joki karena kesulitan keuangan. Joki mungkin menawarkan bantuan dengan imbalan uang, dan orang-orang yang membutuhkan uang ekstra dapat merasa terdorong untuk menerima tawaran tersebut.
Ketujuh, kompetisi sengit. Lingkungan akademik sering kali sangat kompetitif. Untuk bersaing dengan orang lain dan mendapatkan pengakuan, beberapa individu mungkin cenderung menggunakan jasa joki untuk memastikan kualitas dan kuantitas publikasi mereka.
Kedelapan, kurangnya etika. Beberapa orang mungkin tidak memiliki pemahaman yang cukup tentang etika penelitian dan publikasi ilmiah. Mereka mungkin tidak menyadari bahwa menggunakan joki untuk menulis artikel adalah bentuk pelanggaran etika yang serius.
Kesembilan, memang ada niat. Kondisi apapun, jika orang mau belajar dan serius menulis pasti tidak ada niat dan melakukan “pembelian” atau “pemesanan” artikel kepada joki. Sebab, menulis bagi mahasiswa, dosen/akademisi, dan peneliti ya memang tugasnya itu. Jadi bukan sesuatu yang berat dan sangat berat ketika dilaksanakan dengan keseriusan.
Menggunakan joki dalam penulisan artikel ilmiah adalah tindakan tidak etis dan melanggar standar integritas akademik. Publikasi ilmiah harus mewakili penelitian, pemikiran, dan upaya penulis asli, dan tindakan seperti ini dapat merusak integritas penelitian dan kontribusi intelektual.
Apa Bisa Berhenti?
Menghentikan perjokian dalam penulisan artikel adalah langkah penting untuk memastikan keakuratan, keandalan, dan kredibilitas konten yang Anda hasilkan. Kita harus berpikir ulang ketika mau membeli artikel atau memesan artikel dari joki. Harus berpikir panjang dan harus memperhatikan sejumlah aspek agar kita terhindar dari praktik perjokian tersebut.
Pertama, kurang dan bunuh niat membeli artikel dari joki. Hukum pasar memang ketika ada supply and demand ya praktik perjokian itu berjalan terus, terus berjalan. Namun, apa kita akan hidup dari praktik gelap dan praktik haram tersebut?
Kedua, ikutilah lokakarya, worksop, seminar, pelatihan dan pendidikan untuk meningkatkan kemampuan menulis Anda. Sekarang banyak kok pelatihan penulisan artikel di Scopus dengan cara online. Tingkatkan kemampuan literasi informasi Anda dengan mengikuti pelatihan atau kursus terkait penulisan dan penelitian. Ini akan membantu Anda mengembangkan keterampilan yang diperlukan untuk menghindari perjokian dalam penulisan Anda.
Ketiga, lakukanlah riset serius dan mendalam agar nanti artikel Anda memang bagus. Lakukan penelitian menyeluruh sebelum mulai menulis artikel. Pastikan Anda memahami topik secara mendalam dan mengumpulkan informasi dari sumber-sumber terpercaya.
Keempat, cross-checking. Ya, selalu verifikasi informasi dari beberapa sumber yang berbeda sebelum memasukkannya ke dalam artikel. Ini membantu mengonfirmasi kebenaran informasi dan mencegah kesalahan.
Kelima, perhatikan rujukan, sitasi atau kutipan. Saat Anda mengutip informasi dari sumber lain, selalu sertakan rujukan yang jelas. Ini membantu pembaca untuk melacak sumber asli dan memeriksa informasi lebih lanjut.
Keenam, gunakan sumber bereputasi dan terpercaya. Pilih sumber-sumber yang memiliki reputasi baik dalam bidang tersebut. Jurnal akademis, publikasi resmi, dan situs web yang dioperasikan oleh lembaga terkemuka cenderung lebih dapat diandalkan daripada blog pribadi atau situs yang kurang dikenal.
Ketujuh, verifikasi sumber. Pastikan sumber informasi yang Anda gunakan adalah kredibel dan dapat diandalkan. Periksa reputasi dan kredibilitas sumber tersebut sebelum memasukkan informasi dari sana ke dalam artikel Anda.
Kedelapan, buang dan hindari informasi meragukan. Jika jenengan merasa ragu tentang kebenaran suatu informasi, lebih baik untuk tidak menyertakannya dalam artikel Anda. Menghindari spekulasi dan informasi yang tidak dapat diverifikasi sangat penting.
Kesembilan, edit, edit, edit, edit, dan koreksi. Pokoknya jangan malas mengedit tulisan sendiri. Setelah menulis artikel, luangkan waktu untuk melakukan edit dan koreksi. Periksa setiap klaim dan informasi yang disajikan untuk memastikan akurasi dan kebenaran.
Kesepuluh, pentingkan etika akademik. Jangan copy paste, jangan plagiat. Intinya itu. Tetap berpegang pada prinsip-prinsip etika akademik, seperti memberikan informasi yang seimbang, menghindari konflik kepentingan, dan memberikan kejelasan tentang status informasi yang shahih di dalam artikel.
Ketika Anda bisa memaksimalkan potensi diri, insyaallah bisa tembuh ke jurnal Scopus. Sebab, saya sendiri awalnya ya biasa-biasa saja. Maksudnya, yang penting submit. Selamat mencoba.
-Penulis adalah reviewer di Pegem Egitim ve Ogretim Dergisi (Pegem Akademi Yayıncılık Turki, terindeks Scopus Q4) (2023-sekarang), reviewer Cogent Education (Taylor & Francis, Britania Raya, terindeks Scopus Q2) (2023-sekarang), reviewer Journal of Ethnic and Cultural Studies (Florida Gulf Coast University Amerika Serikat, terindeks Scopus Q1) (2023-sekarang), reviewer Journal of Learning for Development (JL4D) terindeks Scopus Q3 yang dikelola Commonwealth of Learning Canada (2023-sekarang), reviewer International Journal of Information and Education Technology (IJIET) Scopus Q3 (2023-present), reviewer International Journal Ihya’ ‘Ulum al-Din (2023-sekarang), reviewer IJSL: International Journal of Social Learning (2023-sekarang), dan Editorial Board Members in Global Synthesis in Education (GSE) (2023-sekarang).