Oleh: Anisa Rachma Agustina
Penggiat Literasi Pena Aswaja INISNU Temanggung
Dekadensi disebut juga dengan penurunan atau kemerosotan. Di zaman yang semakin maju, banyak anak-anak yang sudah meninggalkan tradisi dan budaya. Mereka terbawa arus globalisasi sehingga terjadinya dekadensi moral pada anak. Menurunnya dekadensi moral anak membuat setiap elemen harus bahu membahu untuk dapat memperbaikinya. Anak adalah generasi penerus bangsa, maka dari itu menjaga moral anak adalah tugas orang-orang disekitarnya. Beberapa tahun yang akan datang anak-anak tersebut akan tumbuh menjadi manusia dewasa yang akan mengisi berbagai jabatan strategis.
Dilansir dari laman Tribun Banten.com VA gadis berusia 15 tahun yang berasal dari kota Bogor dijadikan pekerja seks komersial atau PSK online oleh seorang pria yang ia kenal di facebook. Kasus ini terbongkar ketika Satreskrim Polresta Bogor Kota mengungkapkan kasus prostitusi online yang ada di wilayah Bogor. Penawaran dan transaksi prostitusi oline ini menggunakan aplikasi MI Chat. (Tribun Banten, 03/05/2023)
- Iklan -
Satuan Reserse Narkoba Polres Purwakarta, Jawa Tengah baru-baru ini menangkap seorang remaja pengedar narkoba. RD seorang anak berusia 15 tahun, anak tersebut telah menjadi pengedar sejak usia 14 tahun. Selain menjadi pengedar RD mulai mengkonsumsi narkotika dengan jenis sabu sejak usia 13 tahun. Dalam proses penangkapan tersebut ditemukan 925 butir (obat terlarang) daftar G eximer, 740 butir tramadol, sekitar 200 butir trihexyphenidyl dari tangan tersangka. (Kompas.com, 15/03/2023)
Kondisi moral serta akhlak generasi muda telah ternodai. Berbagai problematika di kalangan remaja serta adanya dekadensi moral anak membuat orang tua, guru dan masyarakat harus bahu-membahu mengembangkan pendidikan karakter. Menurut Rosyida Nurul Anwar Pendidikan karakter adalah sebuah proses pemberian tuntunan kepada siswa untuk dapat mengembangkan sikap dan perilaku secara maksimal dan menyeluruh. (Rosyida, 2021) Pendidikan karakter bagi anak dapat diimplementasikan melalui pendidikan formal, informal, maupun non formal.
Dari berbagai elemen lembaga pendidikan akan menjadi sumbangsih pembentukan karakter pada siswa. Setiap elemen pendidikan pasti memiliki sebuah cara tersendiri untuk dapat menanamkan pendidikan karakter. Harapan dari penanaman pendidikan karakter tersebut adalah untuk membentuk karakter peserta didik yang mengedepankan akhlak mereka. Sehingga berbagai tindak kenakalan remaja dapat diminimalisir.
Salah satu metode pendidikan yang harus diterapkan kepada anak untuk mengatasi dekadensi moral adalah pendidikan Islam. Pendidikan Islam adalah sarana untuk memperbaiki dan mengarahkan pola tingkah laku manusia. Ketika anak diajarkan mengenai aturan-aturan dalam kehidupannya, maka ia akan memiliki remote control kepada dirinya sendiri. Ia tidak akan semena-mena melakukan berbagai aktivitas menyimpang, karena paham bahwa dalam kehidupannya ada sesuatu zat yang maha mengetahui yakni Allah SWT.
Penyebab Dekadensi Moral Anak
Faktor penyebab adanya dekadensi moral anak antara lain: Pertama, faktor ekonomi. Menilik kasus VA yang telah menjadi PSK di usia yang sangat dini serta RD yang menjadi pengedar narkoba di usia dini pula. Kondisi ekonomi yang tidak stabil serta tingkat gaya hidup yang berbanding terbalik dengan pendapatan orang tua akan membuat anak memilih jalan pintas. Untuk memenuhi standar hidup hedon/mewah dengan melaksanakanan penyimpangan yang dapat menghasilkan uang dengan cepat dan mudah. Kedua, Keluarga tempat tumbuh dan berkembang bagi anak adalah keluarga. Namun ketika mereka tidak mendapat kenyamanan yang diharapkan. Maka anak akan mencari kenyamanan di luar rumah. Maka dari itu pentingnya sebuah keluarga menghadirkan suasana nyaman bagi anak.
Ketiga, pendidikan. tingkat pendidikan seorang anak mempengaruhi adanya dekadensi moral. Seorang anak yang mengenyam pendidikan akan diajarkan bagaimana bersikap, akhlak yang sesuai serta bagaimana tata krama. Pendidikan ini anak dapat bukan hanya di lingkungan sekolah melainkan di berbagai lingkup seperti masyarakat serta tempat anak mengaji. Keempat, perkembangan teknologi. Kemajuan teknologi yang begitu pesat harus disikapi dengan sebaik-baiknya. Perkembangan teknologi ini dapat memberikan dampak negatif dan positif. Misalnya lahirnya berbagai aplikasi yang memudahkan para penggunanya misalnya: gojek, grab, shopee, tokopedia,dan beberapa aplikasi lainnya. Lahirnya berbagai aplikasi tersebut justru disalahgunakan oleh beberapa pihak. Aplikasi Mi Chat yang digunakan untuk mengirim pesan. Justru dijadikan untuk melaksanakan transaksi booking online wanita penghibur dan pria hidung belang.
Kelima, lemahnya iman. Keimanan seseorang berpengaruh terhadap perilaku dan tingkah lakunya. Maka dari itu lemahnya iman seseorang akan membuatnya berperilaku sesuai dengan yang ia inginkan. Tanpa memikirkan dosa maupun dampak yang akan terjadi. Hal ini yang memicu penurun dekadensi moral pada seseorang. Keenam, kurangnya kontrol terhadap diri sendiri.
Peran TPQ Sebagai Solusi Dekadensi Moral Anak
Anak adalah seseorang yang butuh navigasi, ia selalu butuh arahan dari orang terdekatnya. Maka dari itu setiap orang yang telah bersedia dan diamanahi menjadi orang tua, memiliki kewajiban mendidik dan mengarahkan anak menuju hal-hal baik. Sebuah kenakalan yang dilakukan oleh seorang anak tidak boleh serta merta menyalahkan anak dalam satu pihak. Harus ada intropeksi dari pola asuh dan kebiasaan yang diterapkan. Dengan demikian akan lebih seimbang dan dapat dicari solusinya.
Orang tua harus membuat jadwal yang jelas bagi anak, supaya anak tidak menghabiskan waktunya hanya untuk bermain. Misal buatlah jadwal sehabis sekolah untuk melakukan aktivitas bermanfaat seperti mengaji. Pilihlah lembaga pendidikan Al Qur’an yang memadai bagi tumbuh kembang dan pembelajaran anak. Taman pendidikan Alquran adalah salah satu tempat paling ideal untuk mengenalkan anak berbagai pelajaran agama.
Pendidikan agama sebagai benteng dari segala problematika yang ada salah satunya adalah dekadensi moral anak. Coba bandingkan anak yang menghabiskan waktu sorenya di TPQ dengan anak yang menghabiskan waktu hanya untuk bermain. Anak yang mengaji di TPQ memiliki waktu yang lebih terarah dan bermanfaat. Maka dari itu melihat berbagai problematika yang ada, kenakalan remaja yang begitu kompleks orang tua harus mulai paham dengan situasi dan kondisi. Dengan demikian untuk para orang tua yang belum memasukkan putra-putrinya ke TPQ hendaknya disegerakan.
Adapun peran TPQ sebagai solusi dekadensi moral anak antara lain: Pertama, TPQ adalah rumah pendidikan akhlak yang sangat tepat bagi anak untuk menuntut ilmu agama. Akhlak adalah komponen terpenting dalam sebuah pembelajaran. Akhlak juga sebagai pondasi bagi sebuah kehidupan. Anak yang memiliki akhlak yang baik, maka tidak akan berperilaku semena-mena. Ia akan berjalan sesuai dengan kaidah yang telah agama atur.
Kedua, TPQ sebagai tempat bersosialisasi ramah anak. di TPQ anak akan bertemu dengan berbagai macam dan berbagai karakter santri lainnya. Dengan demikian ia akan lebih bisa membaur dan dapat memahami berbagai karakter anak lainnya. Bertemanlah dengan penjual minyak wangi, maka kita akan ketularan wanginya. Sebuah circle pertemanan dapat menentukan kebiasaan, pola hidup dan tutur kata. Seorang anak yang setiap hari mengaji di TPQ akan bertutur kata santun dan sopan seperti rekan dan gurunya, akan berakhlak baik, dan senantiasa berlomba-lomba dalam kebaikan.
Ketiga, TPQ memiliki peran membangun karakter bagi pribadi anak. Pendidikan karakter bukan hanya diterapkan pada lembaga pendidikan formal di sekolah. TPQ adalah pelengkap dari pendidikan karakter bagi anak. Saat pagi pendidikan karakter anak dapat di sekolah, dan ketika anak mengaji di TPQ. Ia akan mendapatkan pendidikan karakter pula di TPQ. Implementasi pendidikan karakter yang pasti ada di TPQ adalah religiusitas, hal ini berkaitan erat dengan agama. Dan pembelajaran di TPQ nyaris 100% mengkaji mengenai agama.
Keempat, dalam pembelajaran di TPQ setiap hari santri berhadapan satu persatu dengan ustad dan ustadzahnya. Dalam kegiatan belajar membaca Al-Quran setiap santri selalu dihadapkan dengan ustad dan ustazahnya setiap kali mengeja huruf hijaiyah. Hal ini juga menjadi bonding antara guru dan santri. Sehingga terbentuk kedekatan emosional antara guru dan santri. Itu merupakan peran TPQ sebagai solusi dekadensi moral anak.