Oleh Irna Maifatur Rohmah
Guru merupakan profesi yang tidak tersingkirkan oleh waktu. Keberadaan guru sejak keberadaan manusia sampai berakhirnya dunia (mungkin) tidak akan pernah hilang. Salah satu sebabnya yakni selalu adanya keberadaan manusia yang membutuhkan bimbingan atau belajar terkait apa saja yang ada dalam kehidupan sehari-hari. Sesederhana apapun, kebutuhan bimbingan dan arahan selalu diperlukan. Meski entah namanya yang berubah atau masih sama, guru.
Keberadaannya yang tak terhapus oleh waktu, menuntut guru untuk mengikuti perkembangan zaman. Buku panduan, referensi, dan sebagainya yang menjadi panduan guru harus di-update beberapa kurun waktu tertentu. Sebab, seiring perkembangan zaman sistem sosial dan juga adat baru akan berubah. Sehingga, sebisa mungkin guru mengupdate penyampaian pembelajaran agar diterima oleh anak-anak. Misalnya pada 10 tahun lalu menggunakan metode A sangat efektif namun sekarang belum tentu efektif sebab sumber daya manusia yang berbeda dengan kondisi yang berbeda pula. Ditambah lagi semakin ke sini akses untuk mendapatkan informasi tidak sesulit dahulu. Jadi pasti ada faktor lain yang berubah pula.
Oleh karenanya, guru harus pandai memahami kondisi siswa dengan solusi yang mengiringinya. Singkatnya, guru tidak seharusnya monoton dalam melaksanakan pembelajaran. Seperti pada beberapa hal berikut:
- Iklan -
Guru harus update kondisi terkini dan tidak malas untuk membaca. Sebagai sosok yang berada di garda terdepan pendidikan bangsa, sepantasnya mengikuti perkembangan yang diamali oleh anak-anak. Dengan itu, pembelajaran yang dilakukan dapat linear dengan zaman dan memudahkan siswa untuk menerimanya. Hal ini dapat dilakukan dengan membaca jurnal penelitian, buku terbaru dan berita update dari hal-hal yang berkaitan dengan siswa atau anak. Maka, menjadi guru bukannya berhenti membaca dan belajar. Namun proses yang tidak pernah berhenti. Guru juga harus terus belajar menghadapi siswa dengan karakter dan kondisi yang beragam. Oleh karenanya, membaca menjadi solusi untuk mengatasinya.
Kreatif dan mengembangkan pembelajaran yang sesuai dengan kondisi siswa. Perkembangan sosial dan lingkungan siswa sudah pasti akan mempengaruhi sudut pandang siswa dalam pembelajaran. Cara yang monoton dan sama akan membuat siswa bosan dan meninggalkannya. Sebab itulah guru semestinya kreatif untuk mengembangkan pembelajaran di kelas. Guru mengawinkan beberapa konsep pembelajaran menjadi hal baru sehingga siswa tidak mudah bosan dan meningkatkan rasa ingin tahu siswa. Hal ini juga bisa dengan membuat siswa tidak terasa sedang melakukan pembelajaran dengan materii tertentu.
Memahami psikologi anak. Siswa yang notabane-nya masih anak-anak butuh perhatian dari orang dewasa. Oleh karenanya, guru harus memahami psikologi anak agar bisa memposisikan diri sehingga siswa nyaman dan tidak merasa terintimidasi. Di sisi lain, dengan mengetahui psikologi anak, guru bisa mengambil sikap tanpa melukai psikis anak.
Terbuka dengan siswa. Menjadi orang tua di sekolah, nyatanya tidak mudah. Dengan jumlah siswa yang ratusan bahkan ribuan, guru harus memahami satu per satu. Hal ini tidak bisa dicapai jika guru tidak terbuka dengan siswa. Melihat kuantitas siswa, waktu luang guru tidak cukup untuk mendekati satu per satu siswa. Oleh karenanya, untuk efektifitas guru harus terbuka kepada siswa sehingga siswa tidak canggung untuk meminta bantuan atau sekedar menceritakan kondisinya kepada guru. Dengan itu, siswa yang harus aktif untuk menjumpai guru dan guru harus menyambut dengan baik kehadiran siswa.
Menggunakan teknologi untuk menyampaikan pesan-pesan tertentu. Perkembangan teknologi memudahkan sendi-sendi kehidupan. Tak lain dalam pendidikan. Melalui kemudahan akses teknologi, guru pun harus bisa menggunakan kemudahan yang ditawarkan oleh teknologi. Sehingga dapat mengefesiensi waktu dan biaya. Meskipun teknologi memiliki kelemahan terhadap rasa, namun guru tetap terjun langsung. Jadi teknologi hanya sebagai media saja. Bukan sepenuhnya menggantikan.
Menggunakan story telling. Bercerita menjadi hal yang dinantikan anak-anak, siswa. Siswa terkadang senang jika guru bercerita daripada menjelaskan materi. Sepanjang apapun cerita guru bisa dipastikan siswa memperhatikan dan tidak mengantuk. Namun, waktu yang diberikan bisa habis untuk bercerita. Maka dari itu, guru mestinya bisa menggabungkan materi pembelajaran dengan cerita. Singkatnya guru memberikan materi dengan metode story telling atau bercerita. Sehingga siswa tidak terasa sedang diberi materi namun dalam bentuk cerita. Hal ini dapat dilakukan untuk efektivitas pembelajaran.
Itulah beberapa hal yang dapat dilakukan oleh guru agar tidak monoton dalam melaksanakan pembelajaran. Di sisi lain guru juga menjadi belajar metode lain yang sebelumnya belum pernah dipraktekkan. Dengan beberapa hal di atas, siswa menjadi tidak canggung dan dapat menerima apa yang disampaikan oleh gru.
– Irna Maifatur Rohmah, Penulis tinggal di Banyumas, pendidikan UIN Prof Dr KH Saifuddin Zuhri Purwokerto, Pondok Pesantren Nurul Iman Pasir Wetan, Karanglewas, Banyumas