Oleh Hamidulloh Ibda
Waktu saya kecil namanya Masa Orientasi Sekolah (MOS) atau Masa Orientasi Madrasah (MOM). Banyak juga sekolah dan madrasah membuat namanya sendiri. Di Lembaga Pendidikan Ma’arif NU PWNU Jawa Tengah dari dulu mengembangkan Masa Orientasi Peserta Didik (MOPDIK) yang juga dijadikan nama majalah. Ya, minggu-minggu ini semua peserta didik jenjang SD/MI sampai SMA/SMK/MA menggelar orientasi untuk peserta didik baru.
- Iklan -
Di bawah Kemendikbudristek pada sekolah bernama Masa Orientasi Pengenalan Sekolah (MPLS), dan di Kemenag pada madrasah bernama Masa Taaruf Siswa Madrasah (MATSAMA). Intinya sama, yaitu pengenalan lingkungan lembaga pendidikan bagi peserta didik baru.
Problem Peserta Didik Baru
Namun perlu kita pertegas, bagaimana desain MPLS dan MATSAMA yang bagus dan ideal? Sebab, di awal tahun pasti terdapat masalah bagi peserta didik baru. Hemat saya, terdapat sejumlah masalah umum yang sering dihadapi peserta didik baru. Sebab, mereka baru lulus pada jenjang berikutnya dan akan menginjakkan kaki di lembaga pendidika berikutnya.
Masalah pertama adalah soal lingkungan baru. Tentu hal ini peserta didik akan menghadapi kesulitan beradaptasi. Artinya, peserta didik baru mengalami kesulitan dalam beradaptasi dengan lingkungan sekolah yang baru, teman sekelas, dan aturan sekolah yang berbeda. Mereka perlu menghadiri kegiatan sosial di sekolah, seperti OSIS, IPNU-IPPNU, Pagar Nusa, untuk bertemu dengan siswa lain yang memiliki minat yang sama. Mengikuti orientasi sekolah dapat membantu peserta didik baru memahami tata tertib dan mengenal tenaga kependidikan di sekolah.
Kedua, adanya perbedaan budaya. Maknanya luas. Peserta didik baru yang pindah dari dusun, desa, daerah atau negara yang berbeda mungkin menghadapi tantangan budaya dan bahasa. Sekolah dan madrasah dapat memberikan dukungan melalui program pendampingan, kursus bahasa, atau kegiatan yang mempromosikan pemahaman antarbudaya. Menghormati dan menghargai keberagaman dapat membantu siswa baru merasa diterima dan terhubung dengan lingkungan sekolah dan madrasah.
Ketiga, problem rasa cemas dan kesepian. Peserta didik atau siswa baru bisa jadi merasa cemas atau kesepian karena belum memiliki teman dekat di sekolah. Penting untuk memberikan dukungan emosional kepada mereka dan mendorong mereka untuk berbicara dengan guru, konselor, atau pengawas sekolah yang dapat membantu mereka menyesuaikan diri. Mengajak siswa baru bergabung dalam kegiatan ekstrakurikuler atau olahraga juga dapat membantu mereka bertemu dengan teman sebaya.
Keempat, masalah prestasi akademik. Peserta didik baru bisa jadi mengalami kesulitan dalam menyesuaikan diri dengan kurikulum baru dan tuntutan akademik yang berbeda. Sarankan mereka untuk memanfaatkan sumber daya yang tersedia, seperti perpustakaan sekolah, tutor, atau guru yang siap membantu. Jika siswa mengalami kesulitan yang berkelanjutan, penting untuk berkomunikasi dengan guru atau staf sekolah untuk mencari solusi yang sesuai.
Kelima, adanya perundungan dan geng-gengan di sekolah dan madrasah. Meski jenjang SD/MI saat ini sudah mengenal peer group yang perlu dicari solusinya. Padahal, sekolah dan madrasah harusnya menjadikan wahana memperbanyak kawan, bukan memperbanyak lawan. Ini penting dan harus dipahami semua pendidik khususnya bagi Lembaga Pendidikan Ma’arif NU.
Desain MPLS dan MATSAMA
Desain MPLS dan MATSAMA yang ideal sebenarnya sudah kami sajikan di tiap terbitan Majalah MOPDIK. Namun setidaknya, desain pada MOPDIK bisa dikembangkan oleh semua sekolah dan madrasah pada umumnya karena sudah ada pedoman atau juknis dari kementerian, dinas, atau Kantor Kementerian Agama di masing-masing daerah.
Setidaknya, MPLS dan MATSAMA harus benar-benar mengenalkan dua hal, yaitu pada aspek fisik dan pembelajaran di lembaga pendidikan tersebut. MPLS dan MATSAMA perlu mengenalkan bangunan sekolah atau madrasah. Artinya, lingkungan sekolah biasanya terdiri dari bangunan utama yang mencakup kelas, aula, perpustakaan, laboratorium, kantor administrasi, dan ruang guru. Beberapa sekolah juga memiliki fasilitas olahraga seperti lapangan sepak bola, lapangan basket, musala, masjid, kantin, dan lainnya.
Selanjutnya adalah ruang kelas. Dalam pembelajaran, ruang kelas adalah tempat di mana siswa belajar dan berinteraksi dengan guru dan teman sekelas. Biasanya terdapat meja dan kursi untuk siswa serta papan tulis atau proyektor untuk keperluan pengajaran.
Ruang guru juga harus dikenalkan bahkan juga ruang kepala sekolah/madrasah. Ruang guru adalah tempat di mana para guru dapat berkumpul, berkolaborasi, dan mempersiapkan materi pengajaran. Ruang guru biasanya dilengkapi dengan meja, komputer, dan sumber daya pendidikan lainnya. Perlu juga siswa baru dikenalkan dengan kantor administrasi sebagai tempat di mana para staf sekolah, termasuk kepala sekolah dan staf administratif, bekerja. Siswa dan orang tua dapat mengunjungi kantor ini untuk keperluan administratif seperti pendaftaran, pengambilan surat, atau berkonsultasi dengan staf sekolah.
Selain itu juga perpustakaan. Dalam hal ini, perpustakaan adalah tempat di mana siswa dapat mengakses berbagai buku, majalah, dan materi referensi lainnya untuk membantu belajar dan penelitian. Biasanya ada staf perpustakaan yang siap membantu siswa dalam mencari sumber daya yang mereka butuhkan.
Perlu juga pihak sekolah mengenalkan laboratorium. Sekolah seringkali dilengkapi dengan laboratorium ilmiah, seperti laboratorium kimia, fisika, atau biologi. Di sinilah siswa dapat melakukan eksperimen dan praktikum untuk memperdalam pemahaman mereka tentang konsep-konsep ilmiah.
Penting juga untuk memahami aturan dan kebijakan sekolah yang berlaku, termasuk jadwal pelajaran, kebijakan absen, tata tertib sekolah, dan prosedur keselamatan. Dalam konteks ini, setiap sekolah dan madrasah memiliki lingkungan yang unik, jadi pastikan Anda juga menghubungi pihak sekolah untuk mendapatkan informasi yang lebih spesifik mengenai lingkungan dan kegiatan di sekolah yang Anda tuju.
Pembelajaran bagi Peserta Didik Baru
Dalam pembelajaran untuk peserta didik baru tentu berbeda dengan peserta didik lama. Artinya, mengajar peserta didik baru memerlukan pendekatan yang baik untuk membantu mereka beradaptasi dengan lingkungan belajar baru. Pertama, guru harus mengenali peserta didik baru. Melalui mengenal peserta didik baru secara individu, guru perlu mendalami gaya belajar, karakter, dan kecenderungan mereka. Guru perlu melakukan pancingan melalui pertanyaan tentang minat mereka, hobi, dan pengalaman sebelumnya di sekolah. Hal ini akan membantu pendidik dalam memahami kebutuhan dan preferensi belajar mereka.
Kedua, melakukan orientasi. Dalam hal ini, guru harus melakukan orientasi khusus untuk peserta didik baru. Jelaskan aturan dan harapan sekolah, jelaskan jadwal pelajaran, dan tunjukkan lokasi ruang kelas, perpustakaan, ruang istirahat, dan fasilitas lainnya. Guru harus membantu siswa memahami bagaimana semuanya berfungsi.
Ketiga, guru mengadakan kegiatan pengenalan. Guru perlu menyediakan waktu khusus untuk kegiatan pengenalan, misalnya ziarah kubur, tahlilan, istigatsah, dan lainnya. Ini membantu siswa baru berinteraksi dengan siswa lain dan mempercepat proses integrasi mereka.
Keempat, menciptakan lingkungan yang nyaman. Guru harus memastikan peserta didik merasa aman dan nyaman di lingkungan belajar baru. Tunjukkan kepedulian dan perhatian kepada mereka. Guru perlu membuat suasana yang inklusif dan ramah agar peserta didik merasa diterima dan didukung.
Kelima, guru perlu memberi tahu rekan sekelas. Teknisnya, guru memberitahu siswa lain tentang kehadiran peserta didik baru dan dorong mereka untuk menyambut dengan hangat. Guru perlu meminta mereka untuk membantu peserta didik baru dalam mengenali lingkungan sekolah, menunjukkan jadwal pelajaran, dan menjelaskan materi yang telah diajarkan.
Keenam, guru harus menjalin komunikasi yang efektif. Guru harus memertahankan dialektika komunikasi yang terbuka dengan peserta didik baru dan dorong mereka untuk bertanya jika ada yang tidak mereka mengerti. Maka guru harus memberikan umpan balik secara teratur dan positif untuk memotivasi mereka.
Keenam, perlu penyediaan panduan dan bahan ajar yang jelas. Hal ini untuk masing-masing jenjang tentu berbeda antara SD/MI, SMP/MTs dan SMA/SMK/MA. Maka guru perlu memberikan panduan dan bahan ajar yang terstruktur dan mudah dipahami. Pastikan peserta didik baru memahami tujuan pembelajaran dan langkah-langkah yang harus diambil untuk mencapainya.
Ketujuh, guru perlu melakukan variasi metode pembelajaran. Sangat lebih baik dalam konteks ini, guru menerapkan sejumlah model dan metode pembelajaran yang menarik, seperti PBL, PJBL, atau metode ceramah, diskusi kelompok, presentasi, atau proyek yang relevan dengan Kurikulum Merdeka. Hal ini membantu siswa baru terlibat aktif dalam proses pembelajaran dan menemukan gaya belajar yang paling sesuai bagi mereka.
Kedelapan, guru memberikan bimbingan dan dukungan. Ketika peserta didik baru menghadapi kesulitan, berikan bimbingan dan dukungan ekstra. Ajarkan mereka strategi belajar yang efektif dan bantu mereka mengatasi hambatan yang mungkin mereka temui.
Kesembilan, guru perlu mengajak sowan ke kiai, para sepuh, atau ziarah kubur ke pendiri sekolah/madrasah. Ini penting. Tidak hanya bagi sekolah di bawah naungan Lembaga Pendidikan Ma’arif NU, namun baiknya di semua sekolah/madrasah. Dengan mengenal dan kenal kepada para kiai, dan ulama, tentu siswa akan mengenal lebih dekat bahwa mereka adalah pendiri, dan siswa merasa punya beban atau tanggungjawab untuk meneruskan perjuangannya melalui belajar dengan sungguh-sungguh.
Selain itu, guru harus melakukan pemantuan perkembangan. Sangat disarankan, bahwa guru harus selalu memantau perkembangan peserta didik baru dan identifikasi area yang perlu ditingkatkan. Berikan umpan balik konstruktif dan dorong mereka untuk terus berkembang.
Desain MPLS dan MATSAMA ini sangat akan lebih baik ketika guru melakukannya secara mandiri dan disesuaikan dengan kearifan lokal di masing-masing sekolah/madrasah. Tanpa kesan yang baik pada saat MPLS dan MATSAMA, tentu peserta didik akan kurang semangat untuk belajar sampai ia lulus. Semoga peserta didik di Indonesia khususnya yang belajar dan memilih di sekolah dan madrasah di bawah naungan Lembaga Pendidikan Ma’arif NU bisa sukses dan lulus dengan hasil belajar maksimal, berkarakter Aswaja Annahdliyah, dan bermanfaat bagi nusa dan bangsa. Amin.
– Penulis adalah Dosen dan Wakil Rektor Bidang Akademik dan Kemahasiswaan INISNU Temanggung, Pimred Majalah MOPDIK.