Oleh Irna Maifatur Rohmah
Anak merupakan aset berharga yang dimiliki oleh orang tua. Bagaimana tidak, kehadiran anak yang sangat dinantikan oleh sebagian besar orang tua menjadikan anak sangat berharga di mata orang tua. Harta dan nyawa pun bisa digunakan untuk mempertaruhkannya. Anak menjadi obat dari rasa lelah orang tua selepas bekerja seharian. Dengan adanya anak, rejeki menjadi lancar benar adanya sebab orang tua akan mengusahakan apapun untuk anak. Hal itu menjadikan usaha orang tua lebih keras. Jadi sebenarnya sebab usaha yang lebih saja sekaligus doa kepada yang maha kuasa. Bukan semata dengan usaha yang sama namun dengan mengusahakan lebih sebab kehadiran makhluk baru di kehidupannya.
Anak yang berharga memang bukan hal yang asing lagi di telinga kita. Dalam hubungan pernikahan, kehadiran anak sangat dinantikan. Apapun hal untuk menyambut kehadirannya dilakukan dengan antusias. Syukuran, memberi nama, memberikan pakaian, serta kebutuhan dasar lainnya dipersiapkan dengan maksimal. Kehadiran anak seharusnya menurunkan ego orang tua. Orang tua sepantasnya memberikan ruang yang bebas kepada anak. Langkah apa saja yang harus ditempuh orang tua? Berikut ini beberapa hal yang perlu diperhatikan oleh orang tua demi perkembangan anak.
Memberi ruang gerak pada anak.
- Iklan -
Anak-anak akan sangat aktif dan selalu mencari hal baru di sekitarnya. Entah di dalam rumah, halaman, atau di ruang publik. Misalnya di rumah tidak jarang anak memanjat jendela, memanjat almari, mendorong meja, membalik kursi, serta hal-hal yang tidak sesuai dengan kegunaannya. Sebagai orang tua, tidak baik jika langsung memarahi anak jika melakukan hal tersebut. Anak bukanlah orang dewasa dalam bentuk yang kecil. Anak-anak masih dalam tahap perkembangan dan pertumbuhan yang selayaknya diarahkan oleh orang tua, tidak langsung disalahkan dan dimarahi. Memang orang tua sayang kepada anak sehingga melarang ini dan itu. Namun hal tersebut, larangan, akan membentuk mental anak. Anak menjadi tidak percaya diri dan tidak mau mencoba hal yang baru ketika dewasa nanti. Berilah ruang untuk anak mencoba dan mengamati hal-hal baru. Jangan terlalu dikekang. Anak yang aktif menunjukkan perkembangan yang baik dan menjadi salah satu kecerdasan anak, sebab anak sudah dibelaki rasa ingin tahu sejak dini. Orang tua tidak sepantasnya mematikan sifat itu dengan melarangnya. Yang diperlukan anak yakni pantauan orang tua.
Konsisten adalah kunci.
Anak-anak hanyalah balita yang membutuhkan sosok orang tua untuk membantu mengendalikan emosinya. Anak-anak juga perasa. Pernah menjumpai anak tantrum ketika menginginkan sesuatu? Lalu orang tua langsung memberikan hal yang diminta anak, hanya karena malu anaknya tantrum. Cobalah konsisten dengan aturan yang orang tua terapkan. Jika memang boleh ya boleh kalo memang tidak ya tidak. Bukan karena anak menangis dan tantrum membuat orang tua membolehkan apa yang sebelumnya tidak boleh. Ingat kembali, anak masih butuh bimbingan orang tua. Senjata yang dimiliki anak ya itu, menangis. Orang tua harus tega demi kemajuan dan mental anak. Anak harus diajarkan konsistensi. Sekali tidak ya tidak. Bukan malah orang tau luluh dengan tangisan. Hal ini berguna untuk anak ketika dewasa nanti. Bahwa tidak semua harus dimiliki dan orang lain harus menyetujuinya. Adakalanya harus menerima kata tidak dan menerima kenyataan.
Beri ruang untuk menangis.
Menangis bukanlah aib. Anak-anak juga sudah memiliki perasaan. Sama seperti orang dewasa, kadang juga butuh nangis kan? Jangan melarang anak untuk menangis. Jatuh, sakit, nangis ya ngga papa. Itu wajar, kok. Mainannya hilang nangis ya ngga papa. Wajar, kan? Orang dewasa kalo kehilangan hal-hal yang dicintai aja nangis kan? Sama, yang dicintai anak-anak kan mainan. Wajar kalo mainannya hilang itu nangis. Jika dilarang nanti malah jadi ngga bisa melampiaskan emosinya. Gimana kalo terbawa sampai dewasa. Sakit, jadi sering memendam rasa. Sebaiknya orang tua mengarahkan emosi anak. Dengan menangis, beri ruang untuk menangis. Beri pelukan untuk menenangkan anak. Setelah anak sedikit tenang ajak diskusi terkait apa yang membuatnya menangis. Lalu beri pengertian tentang apa yang barusan dirasakan. Jadi anak paham dengan bermacam emosi yang dimilikinya.
Masa Anak-anak adalah bermain
Pernah melihat sekolah PAUD dan TK? Apakah melihat ketenangan di sana? Pasti ada saja yang di kelas berlarian, usil, dan tingkah-tingkah kecilnya. Ngga papa kok. Itu wajar. Emang masanya sedang bermain. Jangan khawatir nantinya ngga bisa diam dan tenang ketika masuk SD. Jadi mulai di TK dan PAUD sudah dipaksa tenang dan diam di kursi. Ternyata itu konsep yang tidak tepat. Dengan itu, ruang untuk bermain anak direbut oleh ego orang tua. Bermain merupakan hak anak. Anak akan terus menagih haknya. Jika di TK dan PAUD jatah bermainnya direbut, di SD nanti akan ditagih. Repot nanti di SD. Lebih baik maksimalkan jatah bermainnya di TK dan PAUD. Emang itu masanya anak-anak bermain kok, diselipi belajar, bukan monoton belajar. Jadi yang sabar aja kalo menghadapi anak-anak. Emang sedang berada di fase itu.
Demi perkembangan anak, orang tua sudah sepantasnya memberikan ruang yang bebas pada anak. Berikan hak anak-anak bukan menjadikan orang dewasa dalam bentuk mini.
-Mahasiswa semester akhir UIN Prof KH Saifuddin Zuhri Purwokerto