Oleh Isna Nur Isnaini
Bagi orang tua yang mempunyai anak sekolah di pondok pesantren pasti merupakan kebanggan dan menaruh harapan besar putra putrinya akan mendapat pendidikan terbaik. Pengetahuan agama yang diajarkan di pondok sangat penting bagi putra putri sebagai bekal untuk menjalani kehidupan bermasyarakat, hidup di dunia dan akhrirat.
Ketika sang anak meminta izin untuk ikut berorganisasi di pondok pesantren, banyak orang tua yang merasa bingung. Apakah harus mengizinkan atau melarang dan meminta putra putri untuk lebih fokus dalam belajar. Sebenarnya seberapa penting bagi santri untuk ikut aktif dalam berbagai kegiatan dan organisasi?
Agar tidak salah dalam mengarahkan putra putri yang ingin ikut berbagai kegiatan, sebaiknya orang tua juga memahami seberapa penting dan apa manfaatnya bagi santri. Pondok pesantren sebagai lembaga pendidikan menyediakan berbagai fasilitas, termasuk organisasi internal yang bisa diikuti oleh santri.
- Iklan -
Ada yang bersifat harus diikuti dan yang pilihan, artinya santri boleh ikut atau pun tidak. Sebagai bahan pertimbangan bagi orang tua untuk memberikan izin atau tidak, berikut manfaat berorganisasi bagi santri.
1. Membangun rasa percaya diri
Banyak anak yang mampu menunjukkan prestasi secara mandiri namun belum tentu berahsil ketika harus bekerja sama. sedangkan ketika terjun di masyarakat atau dunia kerja nanti, mereka tidak akan bekerja sendiri tetapi harus berinteraksi dengan orang lain. demikian juga ketika memutuskan untuk menjadi wirausahawan, dalam menjalankan usahanya akan berhubungan orang lain.
Rasa percaya diri yang tinggi sangat penting agar anak bisa berbaur dalam lingkungan dan berperan aktif baik dalam bidang kemasyarakatan maupun pekerjaan. Bekal selama aktif di organisasi bisa membantu dan mendorong anak untuk meningkatkan rasa percaya diri.
2. Melatih memecahkan masalah
Tidak sedikit orang tua yang melarang anaknya ikut dalam berbagai kegiatan organisasi karena menganggap hal tersebut hanya akan mengundang masalah. Sebenarnya hal ini tidak selalu salah. Pasalnya selama aktif berorganisasi anak-anak memang berpotensi untuk bertemu dengan berbagai persoalan, baik ketika menjalankan program kerja maupun pada saat berinteraksi dengan pengurus lain.
Namun hal ini justru penting dan dapat membawa dampak positif. Anak-anak akan terlatih problem solving atau memecahkan masalah yang dihadapi. Ini bisa memicu daya pikirnya untuk lebih kreatif, mandiri dan berusaha keras menyelesaikan masalah yang dihadapi. Pengetahuan dan pengalaman ini sangat penting untuk mendewasakan pola pikir anak selama menjadi santri dan sebagai bekal ketika terjun di masyarakat.
3. Menumbuhkan jiwa leadership
Ketika anak sudah selesai pendidikan dari pondok, nantinya akan kembali dan berinteraksi dengan masyarakat dengan segala macam tatanannya, termasuk berorganisasi. Anak yang pengalaman dalam organisasi selama berada di pondok maka jiwa kepemimpinan atau leadership-nya akan muncul dan terpupuk.
Dengan demikian pada saat kembali ke rumah dan berinteraksi dengan masyarakat sudah siap. Bekal ilmu agama yang diperoleh selama berada di pondok pesantren akan mudah diamalkan dan diajarkan kepada orang lain jika anak mempunyai jiwa kepemimpinan karena bisa dengan cepat diterima dan memberikan pengaruh baik.
4. Membantu anak untuk berani tampil di depan umum
Sebagai seorang santri, banyak tugas yang menuntutnya untuk berani tampil di depan umum. Seperti ketika setoran hafalan kepada kiai di depan santri lain, saat berlatih menyampaikan ceramah atau tausyiah dan kegiatan lainnya.
Tidak sedikit yang secara teori menguasai dan mampu menyampaikan pendapat serta memiliki pengetahuan yang cukup, namun karena tidak mempunyai keberanian berbicara di depan umum, kemampuan tersebut hilang. Aktif berorganisasi bisa menjadi salah satu cara untuk memupuk keberanian tampil di depan umum
5. Memupuk rasa tanggung jawab
Setiap pribadi harus bertanggung jawab terhadap diri sendiri dan lingkungan. Pengalaman berorganisasi, menyelesaikan tugas kepengurusan serta berperan sebagai panitia dalam berbagai kegiatan bisa menumbuhka rasa tanggung jawab yang tinggi.
Sikap ini bisa terus terbawa hingga dewasa dan berada di lingkungan masyarakat. Setiap individu harus mempertanggungjawabkan semua yang dilakukan. Begitu juga sebagai santri. Rasa tanggung jawab tersebut bisa lahir dari karakter pribadi maupun dipupuk dengan mengikuti berbagai kegiatan di lingkungan pondok.
6. Membangun jaringan
Pertemanan dan persaudaraan merupakan modal yang penting untuk menata masa depan. Begitu juga bagi seorang santri. Jaringan yang kuat antar santri maupun alumni bisa mendukung dalam berbagai kehidupan yang dijalankan setelah selesai pendidikan di pondok pesantren.
Santri yang aktif dalam berbagai kegiatan organissai akan mudah dikenal oleh teman seangkatan, kakak dan adik tingkat, alumni dan pengurus pondok. Dari hubungan ini tidak menutup kemungkinan akan mendapatkan banyak kesempatan dalam mengembangkan karir dan mengabdikan ilmunya di masyarakat.
Kekhawatiran orang tua kepada putra putrinya di pondok pesantren yang ingin aktif dalam berbagai oraganisasi memang tidak salah. Tujuan utama orang tua mengirim anaknya ke pesantren adalah untuk menimba ilmu, karena itu tidak heran jika banyak yang memintanya agar fokus dan tidak sibuk dengan berbagai kegiatan lain.
Namun sebagai orang tua harus bijaksana. Kesuksesan anak tidak hanya dipengaruhi oleh bekal ilmu formal saja. Pengalaman dan kemampuannya dalam bidang lain, termasuk berorganisasi juga bisa menjadikannnya lebih mudah sukses.
Karena itu tidak ada salahnya mengizinkan, bahkan mendorong anaknya untuk aktif dalam berbagai kegiatan positif, termasuk berorganisasi agar lebih membuatnya dewasa dan bisa sebagai bekal ketika bekerja dan terjun ke masyarakat.
Tugas alumni pesantren cukup banyak. Bukan hanya harus peduli kepada kehidupan pribadinya, namun ada tanggung jawab besar untuk mengamalkan ilmunya dan menerapkannya di lingkungan. Untuk itu perlu bekal dan kemampuan dalam berinteraksi dengan masyarakat yang cukup. Salah satunya bisa diperoleh dengan aktif berorgansiasi selama menuntut ilmu di pondok pesantren.
-Ditulis oleh Isna Nur Isnaini. Isna begitu ibu dua anak ini dipanggil adalah mantan bankir yang saat ini menjadi content writer. Tulisannya sudah terbit di berbagai media online dan cetak dengan berbagai tema, mulai dari parenting, tips, kesehatan, cerpen, cerita humor dan lainnya. Wanita lulusan Universitas Negeri Sebelas Maret ini tinggal di Kalioso, Karanganyar, Jawa Tengah. Isna bisa dihubungi di FB: Isna Nur Isnaini dan Instagram: Isna_Nurisnaini.