Oleh Siti Nur Lailatul Azizah
Islam adalah agama penyempurna yang datang sebagai pembawa rahmah dan cinta bagi seluruh umat manusia. Dikatakan begitu, karena hampir semua syariatnya selalu mengedepankan ibadah vertikal (seperti, shalat, zakat, puasa, dan haji) dan menyeimbangkan ibadah horizontal (seperti sedekah, infaq, dan lain sebagainya). Jadi, keduanya ibarat paket balance yang mengandung nilai spiritual dan sosial. Bahkan, salah satu diantara ibadah horizontal yang luas paling cangkupannya ialah sedekah.
Dalam penerapan sedekah, tidak hanya dibatasi dengan materi. Namun, bisa berupa immateri seperti senyuman ramah, ucapan baik maupun amal shaleh dan kebaikan lainnya. Sehingga ibadah ghairu mahdhah ini bukan hanya dikhitobkan bagi yang kaya saja, namun menjamak bagi siapapun, dimanapun, dan kapanpun seseorang itu berpijak maka ia dianjurkan untuk mengamalkannya. Oleh karenanya, beberapa hal itu juga sangat relevan dengan sabda Nabi Saw. yang disebutkan dalam Kitab ‘Arbain Nawawi karya Al-Imam al-Allamah Abu Zakaria Muhyiddin an-Nawawi pada hadis ke-25.
Yang mana dalam hadis tersebut mengungkapkan secara detail tentang khazanah Islam mengenai tindakan sedekah yang bisa dilakukan dalam kebaikan bentuk apapun. Apalagi perbuatan sedekah ini bisa tempuh melalui jalan tasbih, takbir, tahmid, tahlil, amar ma’ruf dan nahi munkar, maupun orang yang memenuhi syahwatnya pada jalan yang halal. Dari jikalau dilihat dari kandungan pokok dari hadis tersebut juga menunjukkan bahwa sedekah bisa menjadi sebuah pintu perantara untuk semua amal kebaikan. Sehingga, sedekah yang dimaksud, tidak hanya dikhususkan bagi orang yang bergelimang harta saja, tetapi bagi siapapun sangat dianjurkan melakukannnya.
- Iklan -
Menukil dari penjelasan Mufassir Kontemporer, Quraisy Syihab. Beliau menguraikan banyaknya hikmah positif yang didapat dalam kandungan sedekah. Hal ini selaras dengan firman Allah Swt. Al-Baqarah ayat 261, bahwa Allah Swt. mengibaratkan bahwa orang yang rajin bersedekah sama dengan petani yang menanam butir benih, dimana dari setiap benih itu tumbuh tujuh butir benih, lalu dari tujuh butir benih itu bisa menghasilkan seratus butir benih lagi dan seterusnya. Sesungguhnya hanya atas kehendak-Nya teori perumpamaan ini terjadi. Inilah firman Allah Swt. yang menunjukkan betapa hebatnya kebaikan yang didapat setelah melakukan sedekah.
Adapun peristiwa yang menjadi behind of scene atau asbabul nuzul dari ayat ini, lantaran bersandingan dengan kedermawanan Utsman bin Affan dan Abdurrahman bin ‘Auf yang rela mengeluarkan seluruh hartanya untuk perang Tabuk. Sampai-sampai Allah Swt. memberikan perumpamaan yang menakjubkan bagi orang yang menafkahkan hartanya untuk agama Allah. Selain itu, Syekh Nawawi Al-Bantani dalam kitabnya Tanqihul Qoul juga menyebutkan fadhilah lain dari amalan sedekah ini, diantaranya:
Sedekah bisa menjadi alat mencegah perkara su’ul khatimah.
Sedekah yang dilakukan bii sirri dapat menjauhkan dari murka Allah Swt. dan menjadi perisau dari api neraka.
Sedekat mampu menjadi tameng menolak bala’ dan hidup kita lebih barokah, dan lain sebagainya.
Adapun mengenai tatacara pengamalan sedekah, Imam Al-Ghazali juga menguraikan secara detail dalam risalahnya Al-Adab fid Din tentang beberapa adab yang harus dilakukan, “Adab orang bersedekah, yaitu: hendaknya memberikan sedekah sebelum diminta, tidak diketahui orang (lain) ketika memberikan, menjaga kerahasiaan setelah memberikan, bersikap ramah terhadap orang yang memintanya, tidak menjawab dengan penolakan, hendaknya menjawab dengan suara lirih ketika menolak, menghindari sikap bakhil, memberikan apa yang diminta atau menolaknya dengan penolakan yang baik; jika iblis la’natullah menghalanginya dengan membisikkan bahwa sesungguhnya si peminta tidak berhak menerima, maka hendaknya ia tidak menarik kembali apa yang telah diberikan Allah sebagai nikmat sedang peminta itu berhak atasnya.”
Dari pemaparan diatas, dapat disimpulkan bahwa sedekah merupakan bentuk implementasi rasa syukur kepada Allah Swt. yang harus dilakukan secara lillah. Hal ini sesuai dengan dawuh beliau, Umi Najihah (Pengasuh PP. Sunan Ampel Kota Kediri) saat ngaos kitab Al-Hikam, “Setiap amal shalih hendaknya disegerakan atas dasar lillah dan jangan berprinsip pada teori kausalitas (sebab akibat)”. Inilah stressingnya, bahwa rezeki yang Allah Swt. berikan mengandung hak orang lain. Jadi kasarannya, jika kita ingin sirkulasi rezeki kita lancar maka kita harus ikhlas menyalurkan harta yang bukan yang bukan milik kita. Caranya yaitu dengan rajin bersedekah. Sebab, selain untuk memperkuat keimananan, sedekah juga menjadi penggambaran bahwa Islam adalah agama sosial yang menjunjung tinggi nilai empati dan toleransi.
Wallahu Wa’lam Bisshowab
-Penulis adalah Alumni MANPK Jombang- Pegiat Komunitas Pena PeKa Denanyar, Santri PP. Sunan Ampel Kota Kediri, dan Mahasiswa IAIN Kediri