Oleh Abdul Aziz, M.Pd
Dalam sebuah hadits disebutkan bahwa salah satu dari 3 amal yang tidak terputus pahalanya meski kita sudah meninggal dunia adalah ilmu yang bermanfaat. “Jika seseorang meninggal dunia maka terputuslah amalannya kecuali tiga perkara (yaitu) sedekah jariyah, ilmu yang bermanfaat, atau doa anak yang saleh.” (HR. Muslim)
Apa itu ilmu yang bermanfaat? Ilmu yang manfaaat adalah ilmu yang bisa menghantarkan pemiliknya pada ketakwaan kepada Allah swt. Ada juga yang mengatakan bahwa Ilmu yang bermanfaat adalah ilmu yang kita berikan kepada orang lain dan orang itu mengamalkannya. Sehingga saat orang lain mengamalkan ilmu yang kita berikan maka pahalanya akan terus mengalir kepada kita yang sudah memberikannya.
Malik bin Anas r.a. berkata,
- Iklan -
“Ilmu bukan dengan periwayatan yang banyak, ilmu (yang bermanfaat) hanyalah cahaya yang dipancarkan oleh Allah ta’ala di dalam hati.”
Nabi Muhammad saw. berpesan bahwa semakin bertambah ilmu seseorang, semakin bertambah pula ketakwaan atau hidayahnya:
Barang siapa yang bertambah ilmunya tapi tidak bertambah hidayahnya, maka ia akan semakin jauh dari Allah swt. (HR. Ad-Dailamiy)
Imam Al-Ghazali dalam Bidayatul Hidayah menjelaskan secara rinci ciri-ciri ilmu yang bermanfaat, yaitu ilmu yang mampu menambah rasa takutmu kepada Allah, menambah kebijaksanaanmu, menambah rasa makrifat dengan beribadah kepada Tuhanmu, meminimalkan kecintaanmu terhadap dunia, dan menambah kecintaanmu kepada akhirat, membuka pandanganmu atas perbuatan jelekmu, hingga kau dapat menjaga diri dari hal itu dan membebaskanmu dari tipu daya setan
Dengan demikian bisa ditarik simpulan bahwa ilmu yang bermanfaat adalah ilmu yang mampu mendekatkan kepada Allah swt., ilmu yang mampu menjadikan orang yang berilmu menjadi lebih baik lagi, dan ilmu yang mampu memberikan kebaikan/kemanfaatan untuk orang sekitarnya.
Jamak kita temui orang dengan pendidikan tinggi, gelar berjejer, prestasi yang membanggakan, namun ilmu yang dimiliki belum mampu membawanya untuk lebih dekat kepada Tuhan. Ilmunya tidak bisa memberikan kemanfaatan kepada orang lain, dan ilmunya tidak dapat menjadikan dia lebih bijaksana. Maka, dengan demikian ilmu yang dimiliki orang tersebut bisa dikatakan belum bermanfaat.
Namun sebaliknya, sering kita menemukan orang yang tingkat pendidikannya standar, gelarnya juga tidak banyak atau bahkan tidak bergelar, prestasi juga biasa-biasa saja namun ilmu yang dimilikinya mampu membawanya lebih dekat kepada Tuhan, ilmu yang dimilikinya mampu memberikan manfaat kepada sesamanya, dan ilmu yang dimilikinya mampu menjadikan ia lebih bijaksana dari sebelumnya. Maka bisa dikatakan inilah ilmu yang bermanfaat bagi pemiliknya.
Lantas bagaimana caranya agar kita mendapatkan ilmu yang bermanfaat?
Ada beberapa hal yang perlu diperhatikan agar kita mendapatkan ilmu yang bermanfaat. Diantaranya adalah:
Pertama, adalah ikhlas dalam menuntut ilmu. Yaitu menuntut ilmu dengan niat semata-mata karena perintah Allah untuk menghilangkan kebodohan. Hilangkan jauh-jauh dari benak kita bahwa menuntut ilmu itu karena ingin mendapatkan kekayaan atau urusan duniawi.
Kedua, menghargai ilmu. Sebab, bila tidak menghargai ilmu maka ilmu tersebut tidak akan menjadi bermanfaat. Banyak hal yang dapat kita lakukan dalam upaya menghargai ilmu, di antaranya yaitu menghargai guru yang menyampaikan ilmu tersebut, menghargai tempat di mana kita belajar, dan kemudian mempelajarinya dengan sungguh-sungguh.
Ketiga, adalah riyadhah atau tirakat. Melakukan usaha-usaha batiniah seperti puasa senin kamis, dzikir, menjaga diri dari kemaksiatan, dan lain sebagainya. Hal ini bertujuan untuk membersihkan diri kita sehingga kita bisa menerima ilmu dengan baik. Dalam hal ini kita bisa menengok keluh kesah imam syafi’i terkait hal tersebut.
شَكَوْت إلَى وَكِيعٍ سُوءَ حِفْظِي فَأَرْشَدَنِي إلَى تَرْكِ الْمَعَاصِي وَأَخْبَرَنِي بِأَنَّ الْعِلْمَ نُورٌ وَنُورُ اللَّهِ لَا يُهْدَى لِعَاصِي
“Aku pernah mengadukan kepada Waki’ tentang jeleknya hafalanku. Lalu beliau menunjukiku untuk meninggalkan maksiat. Beliau memberitahukan padaku bahwa ilmu adalah cahaya dan cahaya Allah tidaklah mungkin diberikan pada ahli maksiat.”
Keempat, adalah taat peraturan sekolah dan taat atas perkataan guru. Bilamana tidak mentaati peraturan sekolah dan perkataan guru, maka nantinya akan memiliki keberanian untuk melanggar terhadap peraturan yang lebih besar. Maka dari itu peraturan yang ada harus ditaati dengan baik.
Kelima, berdoa memohon kepada Allah agar diberi ilmu yang bermanfaat dunia dan akhirat.
اللَّهُمَّ انْفَعْنِي بِمَا عَلَّمْتَنِي وَعَلِّمْنِي مَا يَنْفَعُنِي وَزِدْنِي عِلْمًا الْحَمْدُ لِلَّهِ عَلَى كُلِّ حَالٍ وَأَعُوذُ بِاللَّهِ مِنْ حَالِ أَهْلِ النَّارِ
Ya Allah, berilah manfaat terhadap apa yang telah Engkau berikan kepadaku. Ajarkan kepadaku sesuatu yang bermanfaat bagiku dan tambahkanlah kepadaku ilmu. Segala puji hanya milik Allah pada setiap kondisi (bahagia atau pun susah) dan aku berlindung kepada Allah dari perbuatan penduduk neraka.
Semoga kita dimudahkan dalam menuntut ilmu dan diberikan kemanfaatan atas ilmu yang telah kita raih. Karena ilmu yang bermanfaat itulah yang mampu menghantarkan pemiliknya mendapatkan pahala yang terus mengalir sekalian ia telah wafat.
-Guru SD Islam Al Azhar 8 Kembangan Jakarta Barat, Anggota LP Maarif NU Tangsel