Oleh: Thomas Utomo
Judul : Peta Rahasia Nehan
Pengarang : Maya Lestari Gf.
Penerbit : Indiva Media Kreasi
Cetakan : Pertama, Maret 2023
Tebal : 128 halaman
ISBN : 978-623-253-043-0
Manusia adalah homo fabulans atau makhluk penyuka cerita. Setiap hari, setiap kali ada kesempatan, manusia—entah anak-anak, remaja, maupun dewasa—gemar memproduksi, mengonsumsi, dan bertukar cerita. Melalui cerita, manusia dapat berbagi pengalaman, wawasan, ilmu, nilai kehidupan, dan sebagainya. Sebab itu pula, kitab suci—sebagian besar—isinya mengandung cerita, baik tentang orang-orang di masa lalu hingga di masa depan.
Tidak dapat dibandingkan dengan kitab suci, namun novel juga bisa jadi media untuk berbagi kemanfaatan melalui cerita. Seperti yang disebutkan dari hasil penelitian David McClelland dari Amerika Serikat, bahwa manusia yang sejak anak-anak intens menerima asupan cerita positif, akan tumbuh dewasa menjadi pribadi tangguh, berdaya dan berguna bagi sekelilingnya.
- Iklan -
Novel Peta Rahasia Nehan adalah salah satu media guna menggapai tujuan tersebut. Secara sinoptik, novel ini menceritakan tentang Nehan, anak laki-laki dengan autisme. Suatu hari, ia pergi dari rumah terlalu jauh hingga lupa jalan pulang. Pak Pilot—seorang polisi yang menemukannya—mengantarkan ia ke panti asuhan.
Di panti, Nehan tak sekalipun bicara. Ia hanya menggambar dan terus menggambar. Dwan, anak paling badung di panti, kesal melihat gelagat itu. Buku gambar Nehan dirampas, ditenggelamkan di bak air. Semua gambar Nehan, luntur, hilang. Ajaib, Nehan bisa menggambar ulang dengan urutan dan detail serupa.
Rosi, anak perempuan panti yang selalu memperhatikan Nehan, menemukan sesuatu di balik gambar-gambar itu. Goresan tangan Nehan bukan sekadar gambar. Ada maksud di balik itu. Ialah petunjuk mengenai jatidiri Nehan. Gambar-gambar itu adalah peta guna menyingkap identitas si anak pengidap autisme.
Rosi memaksa Dwan berkongsi dengannya guna memecahkan maksud dari goresan tangan Nehan. Untuk itu, mereka harus keluar dari panti, menempuh perjalanan jauh.
Petualangan pun dimulai; banyak hambatan, kebimbangan, kebingungan. Tapi Rosi, sang perintis petualangan, menolak menyerah. Meski sulit, ia tetap gigih berusaha, hingga pintu kebahagiaan terkuak.
Novel pemenang Kompetisi Menulis Indiva ini menjadikan anak-anak sebagai tokoh utama dan pahlawan bagi diri mereka sendiri. Orang dewasa—seperti Pak Pilot, Bu Saywa; pengurus panti asuhan, dan orang tua Nehan—hanya sebagai pelengkap saja.
Yang menyenangkan, pengarang novel Peta Rahasia Nehan, tidak cerewet menasihati dan menggurui pembaca dengan dogma baik-buruk. Pengarang membentangkan realitas, menunjukkan sikap dan pikiran tokoh-tokohnya. Dengan demikian, pengarang secara demokratis menyilakan pembaca menimbang, memikirkan, menentukan, mana yang baik, mana pula yang buruk, serta bagaimana cara terbaik menghadapinya.
Guna memahamkan pembaca awam mengenai apa itu autisme, pengarang tidak menguraikan pengertian gangguan perkembangan tersebut. Pengarang menceburkan pembaca dalam pengalaman berinteraksi dengan anak pengidap autisme (lewat Rosi dan Dwan) dan pengalaman Nehan (dari sudut pandang Elohan, manusia burung; yang merupakan fantasi Nehan dalam memandang dirinya sendiri).
Kalau pun ada ‘pengertian’ apa itu autisme, pengarang hanya menunjukkan perumpamaan mengenai cara kerja otak anak tersebut, “… seperti air mancur. Air mancur beda dengan air terjun. Air terjun adalah air yang jatuh dari atas. Air mancur adalah air yang menyemprot dari bawah. Otak kita bekerja seperti air terjun, sementara otak Nehan seperti air mancur. Air mancur bisa melompat tinggi sekali, lalu menyemprot ke mana-mana.” (hlm 37).
Lewat Peta Rahasia Nehan, pengarang mencoba menggali empati pembaca terhadap anak berkebutuhan khusus, pengidap autisme. Lewat bacaan ini pula, secara tersirat, pengarang mempengaruhi pembaca untuk bersikap inklusif di tengah keberagaman kondisi anak-anak—dan manusia pada umumnya.
*Thomas Utomo adalah guru SD Negeri 1 Karangbanjar. Menulis cerpen, novel, resensi, catatan perjalanan, dan sebagainya. Bermukim di Jalan Letnan Kusni nomor 10 RT 2 RW 6 Bancar Badhog Centre, Purbalingga, Jawa Tengah.