Oleh: Fathorrozi
Judul Buku : Sejarah Lengkap Islam Jawa
Penulis: Husnul Hakim
Penerbit: Laksana
Cetakan: I, 2022
Tebal: 174 halaman
ISBN: 978-623-327-247-6
Akhir-akhir ini, nilai-nilai tradisi di tengah masyarakat Islam lambat-laun mulai mengikis. Yang terjadi malah sebaliknya, praktik keislaman seolah dipaksa untuk selalu sesuai dengan teks al-Quran dan hadis, tanpa melihat konteks sosial budaya di mana Islam tumbuh berkembang. Akhirnya, tuduhan bid’ah bagi masyarakat Islam yang menjalankan praktik keislaman dengan menyesuaikan tradisi dan budaya yang berlaku seringkali terjadi.
Buku Sejarah Lengkap Islam Jawa ini mengajak masyarakat Islam Indonesia untuk melihat kembali sejarah masuknya Islam ke tanah Jawa. Karena pada prinsipnya, berislam yang baik adalah sebagaimana dalam kaidah fikih yang artinya, “Melestarikan nilai-nilai lama yang baik dan menerapkan nilai-nilai baru yang lebih baik.” Hal ini, demi konsep berislam agar tidak menghilangkan tradisi, melainkan tetap melestarikannya.
- Iklan -
Senada dengan hal tersebut, dalam pengantarnya, H. Yaqut Cholil Qoumas (Menteri Agama Republik Indonesia) menyampaikan, Islam di Jawa tidak lepas dari kultur budaya Jawa. Corak keislaman dan kebudayaan yang saling beriringan dalam praktik masyarakat Jawa ini tidak hadir begitu saja, tetapi telah melalui proses panjang dalam sejarah hidup masyarakat Jawa.
Dalam buku ini, Husnul Hakim menulis sejarah Islam di tanah Jawa dalam 5 bab. Bab 1, mengurai dua gerakan Islamisasi di tanah Jawa (Islamisasi efektif dan non efektif). Pada bab 2, membahas Islam tradisi (model keislaman Jawa). Bab 3, mengupas genealogi Islam di Jawa Timur (Pra-Wali Songo dan Wali Songo). Sementara bab 4, mengenai genealogi Islam di Jawa Tengah. Sedangkan bab 5, tentang genealogi Islam di Jawa Barat.
Dengan membaca buku ini, kita mengetahui bahwa pada abad ke-10 upaya penyebaran agama Islam ke Nusantara pertama yang bersifat politis dilakukan oleh Sultan al-Gabah, salah seorang penguasa Persia dengan mengirim 20.000 keluarga muslim ke Pulau Jawa. Namun, dakwah itu gagal. Dari 20.000 keluarga muslim itu, akhirnya tersisa 200 keluarga. Sementara 1.800 keluarga lainnya dibunuh oleh penduduk pribumi.
Konon, Jawa kala itu dikuasai oleh jin, siluman, dan brekasakan. Sultan al-Gabah pun dikisahkan marah. Kemudian ia mengirim ulama, syuhada, dan orang sakti ke Jawa untuk membinasakan para jin, siluman, dan brekasakan penghuni Jawa itu. Para ulama sakti tersebut dipimpin oleh Syekh Subakir (Syekh Ja’far al-Baqir). Ia dikenal sebagai wali keramat dari Persia yang dipercaya oleh Sultan al-Ghabah menanam tumbal di sejumlah tempat di Pulau Jawa agar kelak pulau itu dapat dihuni oleh umat Islam. Tumbal yang dimaksud adalah rajah agar Pulau Jawa tidak lagi angker. Syekh Subakir akhirnya memasang tumbal tersebut di Gunung Tidar, Magelang, sebab di sana merupakan pusar Pulau Jawa (hlm. 14).
Buku karya Husnul Hakim ini penting dibaca oleh masyarakat yang ingin mengetahui alur sejarah masuknya Islam ke tanah Jawa, agar masyarakat Islam mampu memaknai keislaman dan kejawaannya sekaligus. Sehingga, masyarakat Indonesia, terlebih masyarakat Jawa, tidak berpikiran bahwa Islam itu harus berwajah Arab. Konsep semacam ini tentunya baik untuk dilestarikan, karena dengan begitu, nilai-nilai budaya pada masyarakat tidak akan hilang dengan adanya agama Islam. Pun corak Islam yang rahmatan lil alamin akan menemukan wajahnya di tengah-tengah masyarakat.
Tradisi dan kebudayaan Jawa sebelum kedatangan para wali penyebar Islam adalah tradisi dan kebudayaan Kapitayan dan Hindu-Buddha. Para Wali Songo tidak serta-merta menghapus tradisi dan kebudayaan Jawa itu, tetapi diasimilasikan dengan ajaran-ajaran dan nilai-nilai Islam. Bentuk tradisi dan kebudayaan dibiarkan bercorak Kapitayan dan Hindu-Buddha, tetapi isinya diubah menjadi ajaran-ajaran dan nilai-nilai Islam.
Islam model Wali Songo disebut sebagai Islam tradisi karena mengasimilasikan Islam dengan tradisi setempat. Jejak-jejaknya masih bisa kita lacak melalui kajian mengenai praktik-praktik sosio-kultural-religius umat Islam Indonesia, seperti adat kebiasaan masyarakat, seni dan budaya, sastra, falsafah hidup, pemerintahan, struktur sosial, dan aspek-aspek penyerapan bahasa Arab ke dalam bahasa setempat (hlm. 26).
Dengan demikian, Wali Songo bukan hanya menjadikan tanah Jawa sebagai wilayah Islam. Lebih dari itu, mereka menjadikan Jawa dan Nusantara bagian dari peradaban Islam dunia. (*)
*) Fathorrozi, alumnus Magister Manajemen Pendidikan Islam UINKHAS Jember, tinggal di Ledokombo Jember.