Oleh: Untung Wahyudi
Judul: Buku Saku Keluarga Berkah
Penulis: K.H. Mahsun Muhammad, M.A.
Penerbit: Qaf
Cetakan: Pertama, Desember 2022
Tebal: xv + 220 Halaman
ISBN: 978-623-6219-42-3
Memiliki keluarga bahagia adalah impian setiap orang. Setiap manusia berharap bisa mempunyai keluarga yang dilimpahi dengan keberkahan, kebahagiaan, dan ketenteraman yang senantiasa membuat anggota keluarga betah bercengkerama di dalamnya.
Bisakah kita membangun keluarga yang sarat dengan berkah sebagaimana diidamkan banyak orang? Sebuah keluarga yang tidak sekadar menampakkan kebahagiaan di dunia maya, sebagaimana sering kita tonton di sejumlah medsos. Tetapi, kebahagiaan yang benar-benar datang dari keluarga yang bisa memberi contoh bagi banyak orang.
- Iklan -
Buku Saku Keluarga Berkah yang ditulis KH. Mahsun Muhammad ini mengajak siapa saja untuk lebih dalam belajar bagaimana membangun sebuah keluarga idaman yang penuh dengan kebahagiaan dan keberkahan. Dalam buku ini, penulis memaparkan berbagai hal tentang kehidupan keluarga. Mulai pranikah, hingga mendidik anak agar menjadi generasi yang cerdas dan bermoral.
Penulis menjelaskan dalam pendahuluan buku ini, bahwa hidup berpasangan adalah sebuah fitrah. Manusia dilahirkan dengan jenis kelamin berbeda untuk saling melengkapi dan hidup di bawah naungan keluarga yang diridhai Allah Swt. Karena itu, baik laki-laki maupun perempuan, sama-sama mempunyai tanggung jawab dan peran sebagaimana kodratnya.
Laki-laki, sebagai pemimpin keluarga harus bisa bertanggung jawab dengan biduk rumah tangga yag dijalaninya. Begitu juga perempuan. Sebagai istri dari suami dan ibu dari anak-anaknya, kaum perempuan harus bisa menjadi pribadi yang bisa mendidik anak-anak dengan baik.
Memang, tidak ada makhluk yang sempurna. Baik laki-laki maupun perempuan, sama-sama memiliki kekurangan. Ketika mereka bersatu dalam bingkai pernikahan, maka harus bisa saling melengkapi kekurangan masing-masing. Segala macam permasalahan dalam rumah tangga harus bisa diselesaikan dengan baik, tanpa harus bertikai berkepanjangan yang kemudian berujung dengan perceraian. Jika hubungan pernikahan masih bisa diselamatkan, seberat apa pun masalah yang menimpa, harus bisa dicarikan solusinya.
Memahami Tujuan Pernikahan
“Kamu kapan nikah? Teman sekelasmu sudah pada gendong anak, lho…,” salah satu pertanyaan sensitif yang kerap dilontarkan oleh banyak orang pada seorang lajang ini kadang membuat orang sakit hati. Ada yang menyikapinya dengan tenang dengan jawaban yang santai. Tapi, tak sedikit yang meresponsnya dengan frontal dan amarah yang meradang.
Memang, berbicara tentang jodoh, tak seorang pun yang bisa menerkanya. Hal ini berkaitan dengan kesiapan seseorang untuk memutuskan berumah tangga. Karena itu, setiap orang harus bisa memahami tujuan pernikahan itu sendiri. Jangan sampai seseorang menikah karena tidak kuat dengan “gojlokan” atau “perundungan” yang provokatif. Atau, karena tuntutan keluarga yang selalu menyuruhnya untuk segera berumah tangga.
Dalam buku ini, penulis juga memaparkan apa saja tujuan pernikahan. Allah Swt. mensyariatkan pernikahan untuk beberapa kepentingan, di antaranya kepentingan yang bersifat individu dan masyarakat. Makanya, setiap orang harus mengetahui tujuan-tujuan pernikahan.
Beberapa tujuan pernikahan antara lain, menikah karena bentuk ketaatan kepada Sang Pencipta. Anjuran menikah juga dijelaskan dalam Al-Quran sebagaimana firmah Allah Swt. dalam surat An-Nisa ayat 3: “Maka kawinilah wanita-wanita (lain) yang kamu senangi).
Tujuan lain yang sifatnya individu adalah dalam rangka memelihara kemaluan, menundukkan pandangan dan memenuhi kebutuhan biologis dengan cara legal dan halal. Dan, yang tak kalah penting adalah menikah untuk ketenangan jiwa (hlm. 45).
Jika sudah paham tentang tujuan pernikahan, biasanya seseorang sudah siap untuk mengarungi kehidupan rumah tangga. Keraguan atau kekhawatiran yang biasanya menghantui akan sirna seiring dengan keyakinan kuat bahwa tujuan menikah dalam rangka menjalankan sunnah Nabi. Dengan begitu, keluarga yang penuh berkah, sebagaimana diidamkan banyak orang, akan bisa dimiliki oleh sepasang suami-istri yang sudah siap memasuki gerbang pernikahan. Lahir batinnya sudah mantap melangkah menuju pernikahan yang penuh berkah.
*) Untung Wahyudi, lulusan UIN Sunan Ampel, Surabaya