ATAS NAMA MALAM
atas nama malam
kupanggil para pejalan
“pulanglah, rumah dan
sunyinya akan menidurkanmu
dengan tenang.”
pada jalan yang benderang
kusebut segala riuh
“tenanglah, ajak mereka
agar mencintai rumah
segala melelapkan resah.”
ah! atas nama malam
tak ada yang bisa mengubur
para pejalan kalau tak
kembali ke rumah. “maka
rayulah untuk melupakan
semua perjalanan.”
AKU TELAT PULANG
ternyata malam tanpa mata
tak dilihatnya angkaangka
yang kusebut waktu. aku
melesat keluar dari jam
dari jalan pulang yang
menandai malam; wangi
kafe, aroma minuman makin
menggoda,
- Iklan -
“maaf aku telat pulang,
mungkin jelang pagi tiba
di rumah,” katamu
-biarkan pintu kubuka
untuk angin datang dan pergi-
SEBAGAI RAMALAN
kautulis kematianmu sendiri
seperti catatan malaikat untuk
hari, jam, menit, detik hadirnya
maut. dan aku baru tahu setelah
benar terjadi
sebagai ramalan;
begitu nyata: teramat benderang
maut terbang-melayang di atas
kepala
jalan lurus menuju ke …
DI TANAH RAJA YANG DIPAGARI DEWA
kiranya puisi yang mengantarku
ke tanah raja ini. para dewa
memagari kerajaan. aku bisa
masuk amat mudah, tapi sulit
untuk keluar. seperti tersesat
dalam belukar, liku jalanjalan;
mantra penjaga istana membius
dan aku lupa jalan kembali
pagar dari tubuh para dewa
semakin membenamkan diriku
ternyata, aku baru tahu, puisi
menuntunku masuk ke sini
tapi tak memberi tahu pintu
untuk kutinggalkan tanah ini
– para dewa membangun pagar
agar yang datang tak keluar –
di tanah raja yang dipagar
para dewa, aku hanya bisa
mengaminkan setiap cerita…
2019/2020
LELAKI YANG KUJUMPAI DI JALAN
lelaki yang kujumpai di jalan
tadi, sesungguhnya adalah bayangku
kelak. tertatih ketika memilih trotoar
ataukah badan jalan. agar sampai
di rumah. selamat
ia, lelaki yang kusapa di jalan tadi
sesungguhnya suaraku yang lalu
berjalan gegas dari satu kotak
ke kotak lain. trotoar warnawarni,
duduk di kursi. saat langit malam
yang terang amat dekat di mataku
terbuka dan panjang. ini jalan
untukku ke masa datang, kataku
membatin. betapa aku tidak tahu
rupa masa depan; jalan yang
memberi pengembara agar
berhitung
dan aku tak cakap menghitung
selain menempelkan bayangku pada
lelaki yang kutemui di jalan tadi;
dekat halte. tanpa gerak…
2019/27 Oktober 2021
***
*Isbedy Stiawan ZS, kelahiran Tanjungkarang, Lampung, dan sampai kini masih menetap di sana. Ia menulis puisi, cerpen, esai, dan karya jurnalistik. Lebih dari 40 buku puis dan cerpen tunggal telah diterbitkan sejak 1984, baik penerbit besar maupun indie. Buku sastra terbarunya adalah Kau Kekasih Aku Kelasi, Masih Ada Jalan Lain Menuju Rumahmu, Tersebutlah Kisah Perempuan yang Menyingkap Langit (Teras Budaya, 2021), Buku Tipis untuk Kematian (basabasi, Oktober 2021), Mendaur Mimpi Puisi yang Hilang (Siger Publisher, 2022), Nuwo Badik: Dari Percakapan dan Perjalanan (Siger Publisher, 2022), Masuk ke Tubuh Anak-Anak (Pustaka Jaya, 2022).