Oleh Idammatussilmi
Guru MI ELPIST Temanggung
Eksistensi arab pegon saat ini sudah mulai luntur, hal tersebut dikarenakan sudah banyak pesantren yang tidak mengharuskan penggunakan aksara pegon dalam mendalami kembali naskah-naskah nusantara. Jika kita flashback lagi Arab pegon merupakan tulisan sebagai saksi yang berperan dalam sejarah perkembangan Islam di Indonesia. Arab pegon ini menjadi sarana untuk mentransfer ilmu agama dengan perantara tulis menulis. Penerapan tulisan Arab pegon pada saat perkembangan Islam di Indonesia ini dilakukan untuk mengurangi adanya perubahan dan penyimpangan. Oleh karena itu, literasi Arab pogon ini sangat perlu untuk dikembangkan salah santunya dengan penerapan kurilum di pesantern maupun di madrasah.
Huruf pegon ini berasal dari lafal Jawa Pegon, yang artinya sebuah penyimpangan. Penyimpangan yang dimaksud di sini merupakan tulisan yang menyimpang dari literatur jawa maupun literatur dari Arab. Pengembangan tulisan Arab pegon ini banyak diterapkan di pesantren-pesantren salafi dalam penjelasan isi dari kitab kuning. Arab pegon atau arab Jawi ini merupakan sebuah tulisan yang menggunakan huruf hijaiyah atau huruf arab yang dalam praktik pengucapannya menggunakan bahasa Jawa atau bahasa daerah lain yang dapat menggunakannya. Arab pegon ini bukan hanya diterapkan di pulau Jawa saja melainkan di luar Jawapun juga ada yang menggunakannya, misalnya di Sumatra yang yang disebut dengan pegon Arab Melayu (Ensiklopedia NU, NU Olline).
- Iklan -
Adapun beberapa hasil karya yang menggunakan tulisan Arab pegon ini meliputi suluk dari sunan Bonang, hikayat raja-raja Pasai, Risalah Tasawuf Hamzah Samsuri dan masih banyak lagi. Beberapa karya dari para ulama dulu yang berbentuk kitab-kitab Jawi dan Pegon banyak ditemui konsep, ekspresi, adat, atau kebiasaan yang khas dnegan Nusantara. Akan tetapi, hal tersebut kemudian menjadi bagian dari khazanah peradapan Islam. Adapun dalam mengadopsi tersebut dilakukan sepanjang tidak bertentangan dengan prinsip-prinsip dasar ortodoksi Islam.
Mempelajari kitab kuning dalam pesantren ada berbagai jenisnya. Mengenai isi dalam kitab kuning ini terbagi menjadi 2 yaitu 1) kitab kuning yang berisi kelompok ajaran sebagaimana dalam al-Qur’an maupun Hadist, penafsiran dan interpretasi ulama Islam terhadap ajaran dasar tersebut. 2) kitab kuning yang berisi hasil perkembangan Islam dalam sejarah seperti Lembaga kemasyarakakatan, kebudayaan, metode keilmuan, termasuk ijtihad dan hasil pemikiran dari para ulama.
Dari uraian di atas menunjukan bahwa arab pegon merupakan bentuk dari identitas ulama nusantara yang perlu untuk dilestarikan agar peserta didik mudah dalam mendalami, memahami dan mengamalkan ilmu kepada generasi penerusnya. Oleh karena itu, MI Elpist Temanggung menerapkan kurikulum lokal diluar kurikulum nasional yang telah ditetapkan pemerintah. Penerapakan kurikulum pegon ini diharapkan agar peserta didik dapat mengatahui identitas asli Islam Nusantara terhadap tulisan pegon yang digunakan sebagai sarana penyebaran ilmu agama. Selain itu, peserta didik dalam mengamalkan ilmunya dapat mengetahui dasar ilmu yang sebenarnya dan jelas perolehan ilmunya, sehingga peserta didik mengetahui sumber keilmuan yang didapatnya di tengah-tenagh gemparan manusia berlomba-lomba mengunggulkan akal fikirnya tanpa pengetahui sanad keilmuanya yang jelas.
Pengenalan budaya tradisi Islam Nusantara dengan Arab Pegon
Pengenalan budaya dapat kepada peserta didik dapat dilakukan dengan berbagai bentuk kegiatan baik dari penerapan pembiasaaan, pemberian materi tambahan, metode, media dan lain sebagainya sesuai kebutuhan dari masing-masing Lembaga Pendidikan. MI Elpist Temnggung dalam mengenalkan budaya tradisi NU menggunakan penerapan kurikulum lokal pegon. Penerapan kurikulum ini dilakukan peserta didik agar tetap dapat menerapkan dan mempraktikkan tulisan pegon di tengah zaman serba modern ini. Adapun pengaruh dari penerapan tradisi literasi arab pegon bagi peserta didik yaitu; 1) dapat mengetahui simbol-simbol dari warisan Islam Nusantara. Aksara pegon ini merupakan legistimasi yang telah dibangun oleh ulama-ulama terdahulu dalam menguatkan identitas nya sebagai masyarakat Islam. 2) peserta didik mengetahui symbol budaya sebagai umat Islam khusunya warga NU, bahwa arap pegon ini sebagai identifikasi komunikasi antar individu ataupun antar anggota kelompok yang memiliki trasa saling memiliki dan daling membagi tradisi, bahasa, warisan dan norma yang sama.
Kurikulum Arab Pegon strategi pengkaderan NU
Penerapan kuriukulum arab pegon diterapkan dari semua jenjang baiuk dari kelas 1 sampai kelas 6. Adapun dalam penerapan kegiatan penulisan Arab pegon ini dilakukan secara bertahap sesuai dengan tahapan dan tingkat kemampuan peserta didik. Pada tahapan kelas rendah penerapan Arab pegon ini masih pada tingkatan dasar yaitu peserta didik masih pada tahapan pengenalan huruf baik dengan kegiatan membaca ataupun menulis. Sedangkan untuk penerapannya di kelas tinggi peserta didik sudah diberikan beberapa kitab sehingga peserta didik sudah dapat mengapliksikannya baik dengan membaca ataupu menulisnya dengan sendiri. Hal tersebut sesuai dengan harapan sekolah agar peserta didik selama menempuh jejang pendidikan dasar dapat memperoleh pengetahuan khusunya Arab pegon dalam mengkaji isi dari beberapa kitab-kitab warisan ulama nusantara. Adapun beberpa kitab kuning yang diterapkan di MI ELPIST meliputi alala, aqidatul ‘awam, ahlakul banain, safinatunnajah dll.
Penerapan kurikulum pegon ini dilakukan agar dapat menjadikan bekal peserta didik dalam melanjutkan Pendidikannya di pesantren. Oleh sebab itu, peserta didik yang masuk pesantren sudah tidak asing lagi dengan penggunakan Arab pegon dan dapat mengikuti dan memahami isi pelajarannya. Peserta didik dalam mempelajari dan sekaligus mengamalkan tulisan Arab pegon ini diharapkan dapat menjadi kaderirasi NU yang baik dan dapat membumikan tradisi, identitas NU di masa yang akan datang.