Oleh Anisa Rachma Agustina
Negara Kesatuan Republik Indonesia terbentuk akan berbagai ras, suku bangsa, dan agama. Mereka bersatu untuk mewujudkan sebuah negara yang merdeka dan berdaulat. Berbagai organisasi lahir membersamai perjalanan NKRI. Salah satunya nya adalah Nahdlatul Ulama, organisasi keagamaan ini lahir pada 31 Januari 1926. Lahirnya organisasi ini tak lepas dari peran para ulama besar yakni KH. Hasyim Asy’ari, KH. Wahab Chasbullah dan KH. Bisri Syansuri. Sebagai organisasi keagamaan NU juga mengedepankan aspek nasionalisme dan kemanusiaan.
Rasa nasionalisme kader nahdliyin mencapai titik puncak setelah ulama memfatwakan resolusi jihad pada tanggal 22 Oktober 1945. Inti dari resolusi jihad tersebut yakni kewajiban bagi para kader yang telah memasuki usia akil baligh untuk ikut mempertahankan kemerdekaan. (Saputra, 2019) KH Hasyim Asy’ari menyerukan bahwa melawan penjajah hukumnya fardhu ‘ain. Dengan seruan tersebut para santri memiliki semangat dan menyatukan kekuatan untuk mengusir penjajah dari bumi pertiwi. Dari tahun ke tahun Nahdlatul ulama membersamai NKRI untuk senantiasa maju dan berkembang.
- Iklan -
Nahdlatul Ulama sebuah organisasi keagamaan yang mendukung Pancasila sebagai dasar negara tanpa berpikir ingin mengganti dan mencederai pancasila. Indonesia terbentuk atas berbagai perbedaan suku, ras, dan agama. Penyatu dari semua perbedaan tersebut adalah Pancasila. Dalam sila pertama Pancasila yang berbunyi “ Ketuhanan Yang Maha Esa” makna mendalam yang terkandung dalam sila pertama tersebut. Bahwa Tuhan itu satu, kendari masyarakat indonesia memiliki agama yang beragam. Dari sana pula mewajibkan masyarakat Indonesia untuk memeluk suatu kepercayaan atau agama dalam kehidupannya.
Di masa Orde Baru NU menerima Pancasila sebagai asas tunggal, penegasan tersebut bermakna paham kebangsaan yang dikembangkan saat Orde Baru adalah nasionalisme yang memiliki sifat kultural yaitu nasionalisme yang menghargai perbedaan agama, tradisi, dan warisan budaya nusantara yang ada di setiap daerah di Indonesia.(Abdul Rahman, 2021) NU sebagai organisasi masyarakat Islam menunjukkan pada dunia bahwa Islam adalah agama yang ramah dan tak suka marah-marah.
Perlahan namun pasti citra Islam yang dipandang agama yang kaku dan intoleran mulai berubah. Islam adalah agama yang menebarkan cinta kasih dan tidak pernah mengajarkan kekerasan. Islam membawa kedamaian bagi pemeluknya, membawa semangat persaudaraan, keadilan, keselamatan. Itu adalah Islam yang ditampilkan oleh Nahdlatul ulama. Dengan berbagai perbedaan yang ada, selalu ada jalan tengah toleransi, menghargai pluralisme dan memberikan kesempatan kepada suku, ras, agama lain untuk membangun masyarakat beradab serta menjunjung tinggi nilai kemanusiaan.
Peran Nahdlatul Ulama Menangkal Radikalisme
Nahdlatul Ulama lahir sebelum Indonesia merdeka, NU hadir dalam setiap proses perjalanan Indonesia. Berbagai fenomena, konflik serta masalah yang dihadapi NKRI, Nahdlatul Ulama selalu membersamai. Berbagai organisasi ingin menghancurkan NKRI, menumbangkan Pancasila dan mencederai warganya. Propaganda, doktrin, bom bunuh diri, fitnah disebarkan untuk melancarkan aksinya. Para teroris berjuang mati-matian untuk mewujudkan cita-cita mereka, melakukan berbagai aksi untuk menyerang dan menyebar ketakutan kepada masyarakat.
Masih ingatkan terhadap Alm. Riyanto, anggota Banser yang meninggal dunia akibat ledakan bom di saat Misa Natal di Gereja Eben Haezer, Mojokerto, Jawa Timur. Dilansir dari CNN Indonesia kala itu 24 Desember 2000 Riyanto berpamitan kepada ibunya untuk menjaga pelaksanaan misa Natal di Gereja Eben Haezer, Mojokerto. Ia bertandang menggunakan seragam loreng yang sering dikenakan para Banser. Kala itu bertepatan dengan 20 Ramadhan 1421 hijriyah, ia berpamitan kepada ibunya untuk melakukan i’tikaf di masjid bersama teman-temannya selepas tugasnya usai.
Pukul 20.00 WIB ibu Riyanto mendengar kabar bahwa terjadi ledakan bom di Jalan Kartini Nomor 4, Kota Mojokerto, dan salah satu korbannya adalah Banser. Di lokasi kejadian ada salah satu jamaah yang menemukan tas tergeletak di bawah telephone umum di depan gereja. Ternyata tas tersebut berisi rangkaian kabel dan paku. Salah seorang polisi melihat dan sadar bahwa dalam tas tersebut berisi bom. Dengan spontan ia berteriak “Tiarap”. Hal itu membuat kerumunan orang yang berada di gereja kocar-kacir. Dengan sigap Riyanto dan Amir membawa dan memeluk tas tersebut menjauh dari kerumunan menuju arah selokan seberang gereja. “belum sempat masuk selokan, tas dilempar Riyanto ternyata meledak” ujar Amir, Banser yang saat itu bersama Riyanto di lokasi kejadian. Ledakan tersebut membuat tubuh Riyanto terpental sekitar 30 meter dari titik ledakan. (CNNIndonesia, 27/12/19)
Itu adalah salah satu kisah salah satu kader nahdliyin yang merelakan nyawanya demi kemanusiaan. Bom yang dibuat teroris yang ditujukan untuk menumpas jamaah yang sedang beribadah di malam misa Natal melainkan juga orang lain. Kisah pengeboman oleh kaum teroris nyatanya telah menebar ketakutan kepada masyarakat. Mereka selalu dibuat khawatir untuk melaksanakan berbagai aktivitas karena tujuan teroris adalah menumpas orang-orang yang tidak sepemahaman dengannya. Pembunuhan dengan cara demikian bukan hanya menitikberatkan pada target, melainkan semua orang yang melintas dan melewat di sana. Jadi tidak bisa dipastikan siapa saja yang akan menjadi target atau korban jiwa dari peledakan bom yang dilakukan kaum teroris.
Nahdlatul Ulama mengimplementasikan empat nilai kemanusiaan yang memiliki prinsip dasar sesuai dengan karakter masyarakat Indonesia. Pertama, tawazun (keseimbangan) prinsip keseimbangan ini termasuk atas penggunaan dalil ‘aqil yaitu dalil yang bersumber dari pikiran, maupun dalil naqli yakni dalil yang bersumber dari Al-Qur’an dan Hadist. Kedua, tasamuh (toleran), bermakna menghargai perbedaan dan setiap perbedaan termasuk prinsip hidup yang dipegang oleh orang lain.
Ketiga, tawasuth (moderat), NU berada pada tengah-tengah, sedang-sedang, tidak ekstrim kiri maupun ekstrim kanan tidak berpihak pada blok kanan maupun blok kiri. Keempat, i’tidal (adil) karena keadilan akan mendekatkan kita kepada ketaqwaan. Menjaga NKRI dari segala macam teror adalah tugas dan kewajiban setiap warga negara. Kita harus menciptakan negara yang aman dan tentram, supaya semua kegiatan kemanusiaan, pekerjaan, dan peribadahan bisa dilaksanakan secara aman, nyaman dan tentram.
-Penggiat Literasi Pena Aswaja INISNU Temanggung