Temanggung, Maarifnujateng.or.id – Guru Madrasah Ibtidaiyah (MI) perlu membuat modul ajar sendiri karena lebih tahu kedalaman dan keluasan materi, dan kebutuhan peserta didik di akar rumput. Hal itu disampaikan dosen Program Studi Pendidikan Guru Madrasah Ibtidaiyah (PGMI) Fakultas Tarbiyah dan Keguruan Institut Islam Nahdlatul Ulama (INISNU) Temanggung Hamidulloh Ibda, Rabu (25/1/2023).
Hal itu terungkap dalam Workshop bertajuk “Menjadi Guru Berkualitas dan Berkarya dengan Hipnoteaching dan Mahir Literasi” di MI Salafiyah Prapak Kranggan Temanggung yang terlaksana atas sinergi Kelompok Kerja Madrasah (KKM) dan Kelompok Kerja Guru (KKG) MI Kecamatan Kranggan, Kabupaten Temanggung.
“Mengapa harus menyusun modul ajar sendiri? Karena pastinya modul, diktat, atau buku LKS tidak sesuai kebutuhan siswa, terlalu luas, terlalu dangkal, materinya tidak relevan, bahkan tidak sesuai konteks di dalam kelas,” kata Ibda.
Pihaknya membeberkan, pendidikan harus menulis. “Karena tidak ada orang besar tanpa tulisan, sebagai wahana aktualisasi, wujud pengabdian, investasi ide, menjaga tradisi ilmiah, menghidupkan budaya riset, dan dicatat dalam sejarah,” beber Wakil Rektor I INISNU Temanggung tersebut.
- Iklan -
Lalu menulis apa? Kata Ibda, ia menjelaskan ada dua jenis karya tulis. “Pertama artikel populer, kedua adalah artikel ilmiah yang dipublikasikan di jurnal, prosiding seminar, modul, modul ajar, diktat, buku daras, buku teks, dan lainnya,” papar Ibda.
Pjs Direktur Utama Lembaga Penyiaran Publik Lokal (LPPL) Temanggung TV tersebut menegaskan dua jenis modul yaitu modul untuk kurikulum 2013 dan modul ajar Kurikulum Merdeka. “Modul itu merupakan perangkat ajar yang digunakan guru untuk melaksanakan pembelajaran dalam upaya mencapai Profil Pelajar Pancasila dan Capaian Pembelajaran. Modul ajar merupakan penjabaran dari Alur Tujuan Pembelajaran dan disusun sesuai dengan fase atau tahap perkembangan murid,” kata dia.
Pengurus Lembaga Pendidikan Ma’arif NU PWNU Jawa Tengah tersebut menegaskan terdapat sejumlah genre modul. “Karakteristik modul pertama itu harus memperhatikan essence, yaitu berisi intisari semua materi pelajaran, lalu simpel yaitu ditulis dengan singkat dan padat, independent yaitu ditulis sendiri oleh guru, dan user friendly alias menggunakan bahasa yang mudah dipahami peserta didik,” tutur dia.
Sedangkan karakteristik modul kedua, yaitu Self Instruksional yang intinya Membantu siswa belajr mandiri secara sistematis (materi, ilustrasi, latihan, bahasa komunikatif, instrumen penilaian, feedback,referensi), self contained atau materi tersaji dalam satu kesatuan modul yang utuh, stand alone atau Berdiri sendiri (lengkap) tidak bergantung pada media/bahan ajar lain, adaptif atau dinamis sesuai dengan perkembangan zaman dan ITE, dan user friendly atau mudah dipahami dan digunakan.
Pihaknya juga secara rinci mencontohkan struktur modul, contoh, dan template untuk dijadikan bahan menulis guru setelah ada tindak lanjut. Selain Hamidulloh Ibda, kegiatan itu menghadirkan narasumber Kepala Kankemenag Temanggung, Kasi Penmad Temanggung, Ketua KKM Kranggan, Fuzna Marzuqoh, Kak Ridho (Muhamamd Ridho Muttaqin). Kegiatan yang bertempat di MI Salafiyah Prapak ini diikuti guru MI Salafiyah Prapak, MI Muhammadiyah Klepu, MI Ma’arif Asmaul Husna Klowok, MI Miftahul Huda Ngropoh, dan MI Miftakhul Huda Bengkal.
Di akhir workshop, secara resmi Kepala Seksi Pendidikan Madrasah Kankemenag Temanggung Akhmad Sugijarto menutup kegiatan dan dihadiri, Ketua KKM Kranggan M Subhan Habibi, perwakilan penerbit CV. Cendekia Utama dan semua peserta. (Adm)