Oleh Ahmad Hamid
Istikamah adalah nama dari kakak saya yang pertama, eh bukan itu maksudnya!
Istikamah adalah kata yang berasal dari Bahasa Arab yang mempunyai arti lurus. Istikamah adalah usaha untuk selalu menjaga perbuatan yang bagus, seperti ibadah, secara konsisten dan tidak berubah-ubah. Sedangkan dalam ( KBBI) Kamus Besar Bahasa Indonesia, istikamah adalah sikap teguh pendirian dan selalu konsekuen.
Istikamah adalah kata-kata yang sering kita dengar dalam kehidupan sehari-sehari, baik istikamah dalam hal ibadah atau dalam kegiatan apapun.
- Iklan -
Ucapannya memang begitu ringan di mulut, tetapi praktiknya memang luar biasa sulit. Contohnya, ini pengalaman pribadi, ketika mengunjugi suatu majlis pengajian dalam rangka peringatan maulid Nabi Muhammad Saw. kemarin. Seorang kyai bercerita tentang umat nabi Muhammad yang mau dimasukkan ke dalam neraka, umat tersebut dikawal oleh beberapa ajudan, tetapi ajudan disini bukan ajudan dari Perdi Sambo ya! Ini ajudannya adalah para malaikat yang tidak pernah sedikitpun menolak perintah dari dari rajanya yaitu Allah Swt. kala itu, nabi Muhammad sedang bersama dengan Nabi Adam, Nabi Adam berkata kepada nabi Muhammad, bahwa ada umat beliau yang akan dimasukkan ke dalam neraka. Maka seketika nabi Muhammad menghampiri umatnya. “Wahai malaikat kenapa engkau membawa umatku, mau dimasukkan kemana umatku?” Tanya Nabi Muhammad. kemudian malaikat menjawab “Mau dimasukkan ke neraka!”. Kemudian nabi melarang umatnya untuk dimasukkan ke dalam neraka. Tetapi malaikat bersikukukuh melaksanakan perintah dari Allah Swt. Sekali lagi malaikat tidak bisa menolak perintah dari atasannya.
Kemudian datang suara yang terdengar begitu keras, yang intinya, Allah saja tidak pernah menolak apa yang diucapkan oleh kekasihnya yaitu Muhammad Saw. kenapa para malaikat menolak? Akhirnya para malaikat melepaskan tawanannya.
Kemuadin umat tersebut kembali ke mizan, untuk ditimbang amal kebaikan dan keburukannya, tetapi lagi-lagi amal umat tersebut lebih berat buruknya dibanding amal baiknya, diulang lagi hasilnya tetap sama, kemudian nabi Muhammad membawa sesuatu yang digenggam di tangannya, kemudian diletakkanlah geggaman tersebut di atas amal baiknya, seketika amal baiknya lebih berat dibanding keburukannya. Umat tersebut terheran-heran dengan kejadian tersebut, dan bertanya “Tadi apa yang engkau genggam wahai Nabi?” Kemudian Nabi menjawab “Itu adalah sholawat untukku yang engkau ucap selama di dunia”
Dari kisah tersebut, setelah saya pulang dari maulid, saya begitu antusias selalu membaca sholawat, dalam satu hari hampir sepuluh ribu. Dan saya juga membeli tasbih baru, tasbih digital. Tetapi setelah jalan beberpa minggu, sholawat beserta tasbihnya hilang entah dimana? Astagfirullah…
Nah disini yang namanya istikamah baru teruji, begitu juga dengan menulis. Menulis sebenarnya adalah hal yang paling menarik. Karena apa saja yang dirasa, dilihat, dinikmati, di sekeliling kita, intinya yang paling hangat bisa dijadikan sebagai api yang berkobar sekaligus mewakili perasaan dari si penulis. Tapi sayangnya setelah menikmati kadang ada timbul rasa malas, malas untuk menulis, malas menguraikan ide atau malas dengan berbagai macam bumbu alasan.
kalau saya sendiri mungkin lebih ke belum bisa membagi waktunya, antara pekerjaan, keluarga, dan tidak ada waktu istirahat karena ada istilah ” ora obah ora mamah” tapi sebenarnya semua itu hanya alibi semata, karena faktor kurang istikamahnya yang paling nyata diantaranya adalah:
- Bad mood
Bad mood adalah bahasa keren ya! kalau bahasa orang awam seperti saya adalah suasana hati yang sedang tidak enak. Kemudian muncul pertanyaan bukankah perasaan tidak enak atau bad mood tadi, bisa dijadikan sebagai bahan atau ide untuk menulis sesuatu? Iya betul sekali, Anda tidak salah. Tetapi dengan keadaan yang demikian, keadaan yang semrawut di pikiran, tulisan tidak akan berjalan dengan lancar dan hanya akan mandek di tengah jalan, tanpa mengalami klimak yang sangat memuaskan. sampun pahaman njih sampai sini? Hehe..
Bad mood itu, bayak faktornya diantaranya adalah yang sudah berkeluarga misal, bisa saja dari keluarga itu sendiri, anak yang rewel, istri rewel, tuntunan ini dan itu, pekerjaan itu dan ini, usaha sampingan yang tidak pernah jebul, atau terkendala modal, atau punya modal tetapi binggung mau usaha apa, inilah sumber dari segala sumber permasalahan tulis- menulis bisa jadi amburadul seperti isi kasur zaman bahoela.
- kurang percaya diri.
Banyak yang suka menulis, tetapi tulisan tersebut hanya dijadikan sebagai bahan “rawatan” tidak pernah dipublikasikan karena takut tulisannya jelek, takut salah, takut sama netizen, karena tahu sendiri hari ini dasyatnya jempol-jempol para netizen, salah sedikit saja, saat menulis bisa keluar keringat dingin kita. Inilah yang hambat penulis awal seperti saya untuk terus berkembang dan menelurkan banyak karya.
- tidak punya tempat nyaman.
Iya, untuk sebagian orang yang sudah mahir dalam menulis. Dimana saja, kapan saja, di kantor, di angkutan umum, bahkan di WC adalah tempat yang nyaman untuk menulis, bercerita dengan ide, angan dan kenyataan. Namun sekelas orang awam hal tersebut belum masuk, mereka harus punya tempat nyaman, sepi dari gangguan kalau bisa malah di tengah hutan. Tapi tidak sebegitunya ding..intinya butuh tempat yang tenang, nyaman dan mendukung, padahal tempat tersebut sulit di temukan oleh penulis awam. Akhirnya gagal di tengah jalan, macet ditanjakan dan kalau sudah demikian sulit untuk mulai lagi, akhirnya mundur, mundur dan terus mundur.
- Terlalu tinggi angan-angan
Bukan rahasia umum lagi, banyak kita dengar tentang kisah tokoh-tokoh sukses dan terkenal hanya karena tulisan-tulisannya. Tidak jarang pula penulis awal, baru sekali, dua kali menulis punya cita dan angan-angan ingin segera terkenal dan masyhur, tidak semudah itu kawan. Al hasil karena lama dan kelamaan, boro-boro terkenal masuk redaksi saja sulitnya bukan main. Apalagi hanya membayangkan manisnya saja, dengan honor yang fantastis, bombastis jangan dulu..kalau itu terjadi alhamdulilah kalau tidak ya akhir kata..malas menulis dan akhirnya berjalan di tempat saja.
- Pengetahuan yang kurang banyak.
Penulis yang andal, adalah penulis yang sesibuk apapun pasti selalu meluangkan waktunya untuk belajar, untuk membaca, karena dengan membaca kita bisa membuka wawasan, membuka sesuatu yang tertutup dan sebagainya. Nah dari sini..kalau penulis hanya ingin menulis, tidak mau belajar, tidak mau membaca karya orang, maka musibah akan datang menimpa. Karena membaca dan menulis adalah satu kesatuan yang tidak bisa dipisahkan.
Dan masih banyak banyak lagi faktor-faktor lain yang bisa tidak istikamah dalam menulis.
Saya menulis yang demikian bukan bermaksud mengurui ya! Karena saya yakin Anda jauh lebih berpengalaman dari pada saya, saya hanya sedikit berbagi saja, hehe.mudah-mudahan bermanfaat.
Lanjut..setelah mebaca beberapa faktor tadi tentang hambatan menulis untuk pemula maka mari saya dan Anda semua perbaiki:
- Mood
Perasaan hati yang kurang menguntungkan kadang datang setiap waktu tanpa diundang, kita harus bisa menerima itu..sedih boleh, susah juga boleh tidak ada yang melarang. Tetapi seperti roda dong tidak dibawah terus, jangan lama-lama berhenti, sebentar saja, lanjut menulis jika mood sudah baik. lansung lawan dan gaspol ketika perasaan sudah mulai stabil..ini waktunya kita lawan ego kita dengan menulis.
- perbaiki niat.
Menulis adalah kebiasaan para ulama, tidak disebut ulama kalau belum menulis. Penulis adalah penyelamat ilmu, meskipun ilmu saya belum seberapa setidaknya kita ada niat, dan Allah tahu kita ada dipihak yang mana. Seperti Imam Syafi’i yang mensifati orang yang tidak menulis dengan ” kebodohan” dan misal diantara kita punya sedikit ilmu lalu membiarkannya tanpa menulis, itu juga bisa disebut kebodohan. Disitu niat adalah utama, jadikan menulis sebagai media dakwah dan mencari keridaan dari Allah Swt. Itu Puncaknya. Karena jika kita punya tujuan yang mulia maka yang sulit akan teras mudah yang malas akan tergugah. Karena jika kita-kita yang tidak bergerak, maka akan banyak tulisan-tulisan yang berterbangan dari penulis-penulis yang tidak bertanggung jawab yang akan membenturkan dan mengadu domba bangsa kita.
- Carilah waktu yang baik.
Menulislah ketika hati tentram, semisal wudhu dulu sebelum menulis, insyaAllah dengan kita suci dan bersih maka jiwa akan bersih, jika sudah bersih maka karya yang akan dihasilkan akan bersih, hasil bersih, semua bersih dan berjalan sesuai dengan keinginan.
Karena kemudahan ada campur tangan dari yang Maha Kuasa, sementara yang Maha Kuasa, Maha bersih dan mencintai segala sesuatu yang bersih.
- Eliminasi distraksi.
Ganguan sering terjadi saat genting-gentingnya. Mulailah berdamai dengan gangguan tersebut. Minimal matikan dulu sementara media sosial, HP, dan lain-lain fokus ke tulisan. Tinggalkan permasalahan pekerjaan, hutang piutang fokus sejenak, mulailah menulis sesuai perasaan, tuangkan dalam kata, frasa dan barisan, jangan lupa sruput kopi hitam dan gudang garam kemudian baca berulang-ulang udah pas kah tulisannya? Kalau sudah ucapkan alhamdulillah!
- cari alasan mengapa harus menulis.
Dengan menulis, kita sudah membaca dan belajar, dengan demikian secara sadar atau tidak sadar dengan menulis kita sudah memperkaya diri dengan pengetahuan. Dengan tulisan bagus dan bermanfaat maka secara tidak langsung kita sudah bisa bermanfaat untuk orang lain.Bisa kita tempel di meja kerja kita “sebaik-baik manusia adalah yang paling bermanfaat untuk orang lain”
Itulah sedikit motivasi untuk diri ini, diri yang mulai malas untuk menulis dan belajar, karena musuh terberat dalam hidup ini bukanlah siapa-siapa tetapi diri kita sendiri. Motivasi terbaik lahir bukan dari orang lain, tetapi motivasi lahir dari dalam diri kita sendiri. Siapa diri kita, tidak ada yang tahu, kecuali diri kita sendiri.
Akhirnya marilah kita belajar bersama, maju bersama, senyum Bersama, dakwah bersama, manfaat bersama, degan menulis dan dengan karya ” Uraa”..
-Ahmad Hamid, Guru di SD Al Madina Wonosobo