Oleh: Suroso
Sekarang ini dunia maya menjadi aset terbesar dalam menyuarakan berbagai keluh kesah, bahkan seringkali digunakan sebagai panggung untuk berdakwah. Kemudahan yang ditawarkan teknologi ini menjadikan manusia lebih cepat menyerap informasi dan mendapatkan berbagai pemahaman baru. Naasnya terkadang informasi yang disampaikan tidak sesuai dengan sesuai fakta atau kebenaran yang sebenarnya.
Seperti misalnya, adanya doktrin tentang al wala’ wal bara yang memberikan sebuah pemahaman bahwa manusia secara sadar diharuskan mengamini bahwa kualitas keimanan seseorang diukur dan ditentukan oleh komitmen dan kesetiaan dirinya dengan sesama muslim dan membenci non muslim. Pemahaman yang demikian ketika masuk dalam ruang maya dan di baca oleh orang-orang yang belum benar-benar matang dalam beragama dan berbangsa tentu akan mendoktrin dirinya menjadi manusia yang membenci non muslim.
Sedangkan ketika berkaca dalam sejarah serta hadits-hadits tidak pernah kita temukan Rasulullah Saw. dalam berdakwah menggunakan kekerasan, membenci, ataupun membunuh non muslim. Sebaliknya kita bisa menengok dalam piagam Madinah bagaimana Rasulullah membangun relasi baik dengan mereka yang tidak beragama Islam. Bahkan ketika kita meneladani cerita-cerita Rasulullah kita juga akan menemukan bagaimana beliau sangat sayang kepada orang Yahudi buta yang sangat membencinya dan menyuapinya setiap hari dengan baik dan santun.
- Iklan -
Keadaan ini seharusnya memberikan sebuah kesadaran, bahwa sesuatu yang disampaikan dengan tujuan kebencian tentu akan melahirkan kebencian juga, bahkan peperangan. Tetapi sesuatu yang disampaikan dengan kebaikan dan bertujuan untuk sebuah kebaikan, tentu manusia akan memberikan nilai positif di dalamnya. Pikiran dan hatinya akan menyadari bahwa agama hadir untuk menjadikan manusia saling mencintai dan menghormati, hingga mampu hidup berdampingan dengan rukun.
Ajaran demikianlah yang seharusnya termaktub dalam diri setiap manusia. Islam dijadikan sebagai agama terakhir karena diharapkan mampu menjadi agama yang santun dan bisa saling memanusiakan. Karena visi utama dari agama Islam ialah rahmatal lil alamin, rahmat bagi seluruh makhluk hidup. Sebagaimana yang diungkapkan Gus Mus. Bahwa masing-masing kita punya kelebihan dan kekurangan. Marilah saling melengkapi dan menyempurnakan untuk mencapai kebahagiaan yang sempurna, yaitu kebahagiaan kita bersama. Dan menghormati orang lain adalah bagian dari menghormati diri sendiri.
Prinsip yang demikian apabila dipertahankan dalam diri setiap manusia tentu menyadari bahwa hadirnya semua agama ke bumi ialah sebagai petunjuk jalan kebaikan. Apabila tindakan yang dilakukan melahirkan sebuah kebencian dan ketakutan terhadap manusia. Maka sejatinya itu bukanlah sebuah ajaran dari agama, melainkan hanya nafsu dan keinginan manusia yang salah menafsirkan dalam memahami ajaran keagamaan dianut.
Hal inilah yang kemudian menjadi alasan mengapa setiap kita diharuskan cerdas dalam memilih dan memilah mana asupan konten media yang mampu memberikan edukasi yang baik dan mendamaikan. Sebab, apabila konten yang ditawarkan berbaur provokasi tentu akan memberikan perpecahan dalam hidup berbangsa. Terlebih bangsa Indonesia memiliki latar belakang negara yang multicultural. Tentu akan sensitif apabila apa yang disampaikan di ruang maya berkaitan dengan agama, suku, sampai dengan etnis budaya yang sudah melekat di dalamnya.
Agama mengajarkan kebaikan, tidak ada agama yang menyuruh penganutnya untuk menjatuhkan sesama manusia. Bahkan, dalam al-Quran sendiri, banyak yang menjelaskan tentang sikap tolong menolong, toleransi, sampai dengan kerukunan dalam hidup bersama. Maka sebagai manusia beragama, tidak sepatutnya melakukan sebuah tindakan yang merugikan orang lain. Alangkah baiknya apabila sikap cinta dan kasih sayang senantiasa disuarakan. Agar seseorang bisa mengerti betapa pentingnya menjaga kebersamaan, dari pada menyakiti.
Kenyataannya hal yang terpenting dalam hidup sejatinya bukan tentang apa agama yang kita anut, tetapi bagaimana mengaplikasikan nilai kebaikan agama tersebut kepada orang lain. Sebab, sejatinya orang yang sudah berbuat baik kepada orang lain. Orang lain pastinya tidak akan bertanya apa agama yang dianut. Karena setiap kebaikan yang bisa memanusiakan tidak membutuhkan alasan untuk tidak di ikuti. Dan, inilah sebaik-baiknya manusia.
Untuk itu, cintailah bangsa Indonesia sejak dari jari jemari kita. Manfaatkan sosial media dengan sebaik mungkin. Gunakan tangan ini untuk menyebar pesan-pesan yang mendamaikan. Sehingga ketenangan dan kerukunan bisa selalu terjaga di bangsa Indonesia. Dan kita harus selalu ingat, bahwa bangsa ini besar dan merdeka bukan dari golongan tertentu. Melainkan hasil dari persatuan dan kesatuan dari setiap manusia-manusia yang hidup di tanah Pertiwi. Sudah seharusnya kita menjaganya.
-Mahasiswa UIN Sunan Kalijaga