Oleh : M. Ikhwan Zakaria Al Faris
Sebentar lagi kita akan memasuki ajaran baru 2022/2023 untuk seluruh Lembaga Pendidikan baik umum maupun agama. Tentu sebagai orang tua kita akan memilih Lembaga yang terbaik bagi anak-anak kita supaya kelak menjadi anak yang sukses. Anak mempunyai hak mendapatkan pendidikan yang layak, agar dapat mengakses ilmu pengetahuan dan mengembangan daya pikirnya. Sebagaimana tercantum dalam UU Nomor 20 Tahun 2003 Tentang Sistem Pendidikan Nasional bahwa pendidikan adalah usaha sadar dan terencana untuk mewujudkan suasana belajar dan proses pembelajaran agar peserta didik secara aktif mengembangkan potensi dirinya untuk memiliki kekuatan spiritual keagamaan, pengendalian diri, kepribadian, kecerdasan, akhlak mulia, serta keterampilan yang diperlukan dirinya, masyarakat, bangsa dan negara. Pendidikan yang layak dengan cara mendidik yang baik adalah kunci utama membentuk karakter dan kepribadian anak.
Mencari ilmu menjadi kewajiban bagi setiap insan terlebih mencari ilmu agama. Seperti hadist Rosululloh SAW. Menjelaskan bahwa mencari ilmu itu hukumnya wajib bagi setiap muslim laki-laki maupun perempuan dari ia dilahirkan sampai ke liang lahat. Artinya bahwa tidak ada batasan bagi seseorang untuk mencari ilmu semuanya mempunyai kewajiban yang sama, sampai ia terkubur barulah gugur kewajibannya.
Syarat mencari ilmu supaya mendapatkan ilmu yang bermanfaat telah dijelaskan dalam kitab Alala yang biasa dikaji di pesantren, ada 6 syarat yang harus diperhatikan bagi pencari ilmu yaitu cerdas (berakal sehat), semangat, sabar, ada biaya, petunjuk guru dan waktu yang lama.
- Iklan -
Cerdas (Berakal Sehat)
Pada dasarnya anak merupakan manusia kecil yang mempunyai potensi besar yang harus terus dikembangkan, anak memiliki karakteristik tertentu yang khas berbeda dengan orang dewasa. Tidak bisa anak kecil dipandang secara menyeluruh perspektif orang dewasa. Mereka selalu aktif dan dinamis, sehingga seringkali seorang anak mempunyai keingintahuan yang tinggi. Dunia mereka adalah bermain dan bebas berekspresi. Yang mereka butuhkan adalah fasilitas untuk memenuhi hak-hak mereka, dengan berdasarkan pada norma-norma yang berlaku di masyarakat.
Cerdas di sini memiliki makna kemampuan untuk menangkap ilmu, bukan berarti harus mempunyai IQ tinggi. Asalkan akal mampu menangkap ilmu maka berarti sudah memenuhi syarat pertama ini, karena setiap manusia memiliki otak yang dapat berfikir dengan baik. Berbeda dengan orang gila yang memang akalnya sudah tidak bisa menerima ilmu. Kecerdasan seseorang pun dapat diasah atau dikembangkan sesuai dengan seberapa sering ia mengasahnya. Mengasah kecerdasan diimbangi dengan ikhtiar belajar yang sungguh-sungguh, sehingga ia dengan giat mempelajari berulang ilmu yang telah didapatkan. Maka syarat mendapatkan kecerdasan pada poin pertama ini adalah dengan rajin ia mau belajar ilmu yang telah didapatkan, walaupun harus mengulang seribu kali.
Semangat
Semangat mempunyai makna bersungguh-sungguh dibuktikan dengan ketekunan, mencari ilmu tanpa adaya kesemangatan dan ketekunan tidak akan menghasilkan apa-apa. Segala bidang keilmuan jika ingin bermanfaat maka harus dipelajari berulangkali dengan tekun. Apalagi berbicara soal ilmu matematika misalnya, maka kita harus betul-betul teliti dalam menghitung hasil akhir. Didalam ilmu agama juga demikian, salah harokat saja dapat merubah makna suatu kata. seperti pepatah mengatakan batu yang keras saja dapat dihancurkan oleh tetesan air yang terus menerus menghantamnya. Hal ini memberikan kita gambaran bahwa akal manusia jika terus menerus ditempa oleh ilmu yang sedikit demi sedikit maka akan pandai juga. Kunci yang paling utama adalah semangat pantang menyerah sampai dengan mendapatkan cita-cita yang kita impikan.
Seorang ilmuwan penemu lampu pijar bernama Thomas Alva Edison tidak akan berhasil menciptakan lampu pijar yang sekarang kita gunakan jika selama percobaannya ke 3 ia menyerah begitu saja. Ketika ia gagal maka mencoba lagi, Ketika ia terjatuh maka bangkit lagi, semangat itulah yang membuat bang Thomas berhasil menemukan penemuan yang bermanfaat bagi seluruh manusia dipenjuru dunia.
Sabar
Perjalanan mencari ilmu tidaklah mudah dan instan, kita harus melewati beberapa cobaan dan ujian. Orang yang mencari ilmu adalah orang yang mencari jalan lurus menuju pencipta-Nya. Syaitan sangat membenci dan akan terus mengganggu pada pencari ilmu, semakin banyak orang yang tidak berilmu, maka syaitan akan mudan menyesatkan manusia. Hal ini dibuktikan dengan waktu yang sama akan dapat dirasakan berbeda Ketika mengerjakan ibadah dengan mengerjakan diluar ibadah atau urusan duniawi. Seseorang akan lebih nyaman dan terasa singkat Ketika bermain hp dibandingkan dengan membaca Al Qur’an. Seseorang akan terasa asyik dan singkat Ketika bermain game dibandingkan dengan membaca buku pelajaran. Berjam jam akan kuat dan bertahan lama Ketika bermain hp dibandingkan dengan hanya menggunakan waktu 1 jam untuk belajar. Belajar akan terasa membosankan dan mengantuk jika dikerjakan hanya dengan waktu 1 jam dibandingkan dengan bermain ponsel.
Semua itu adalah bentuk cobaan dan ujian, belum lagi Ketika gagal dalam satu kali ujian bagaimana perasaan kita? Pasti akan galau dan menyerah. Dalam poin sabar disini kita harus melawas dan menghadapi segala bentuk cobaan maupun ujian. Jika kita melihat seorang santri pasti akan diuji banyak hal, mulai dari tidak betah di pondok pesantren karena jauh dari orang tua, diberikan penyakit kulit, sampai dengan diuji oleh pelajaran yang semakin lama akan terassa sulit dan berat. Apalagi di pondok pesantren identik dengan metode menghafal. Jika kita tidak sabar maka kita tidak akan lulus dari ujian yang kita hadapi. Dalam sebuah makolah islam disebutkan Ash shabru yu’iinu ‘alaa kulli amalin yang artinya Kesabaran membantu setiap pekerjaan. Jika kita menginginkan ilmu bermanfaat maka bersabarlah.
Biaya
Manusia hidup tidak terlepas dari kebutuhan, kebutuhan dapat diperoleh dari biaya yang kita keluarkan. Tidak terkecuali orang yang menuntut ilmu, maka perlu beberapa biaya yang harus dikelurkan meliputi kebutuhan pokok makan dan minum, sandang dan papan, maupun biaya Pendidikan selama ia menuntut ilmu disuatu instansi. Pemenuhan kebutuhan biaya tersebut tentunya menjadi bagian dari tanggung jawab kita sebagai orang tua.
Petunjuk Guru
Ilmu tidak dapat diterima secara langsung oleh akal manusia tanpa adanya perantara penyampai dalam hal ini adalah guru. Guru adalah seseorang yang berilmu dan menyampaikan ilmu kepada orang yang membutuhkan. Sebagai seorang murid atau santri tentunya jika menginginkan mendapatkan ilmu manfaat, makai ia harus memperhatikan petunjuk yang disampaikan guru. Guru yang tepat adalah yang mempunyai sanad keilmuan secara jelas, dari mana ia mendapatkan ilmu, siapa gurunya secara terperinci dapat kita ketahui. Dengan demikian kita akan terbebas dari kesalahan penafsiran.
Kita bisa melihat sejarah penurunan wahyu dan penyampaiannya kepada para sahabat, betapa Nabi setiap bulan puasa menyimakkan Al Qur’an kepada jibril dan sebaliknya, kemudian Nabi menyampaikan kepada para sahabat, sahabat menyampaikan kepada para tabi’in, lalu para tabi’in menyampaikan pada tabi’i at-tabi’in dan seterusnya kepada ulama salaf,lalu ulama kholaf, lalu ulama mutaqoddimin lalu ulama muta’akhirin dan seterusnya sampai pada umat sekarang ini, jadi ilmu yang kita terima sekarang ini adalah ilmu yang bersambung sampai Nabi dan sampai kepada Allah subhanahu wa ta’ala. Jadi sangat jelas sekali bahwa orang yang belajar harus lewat bimbingan seorang guru. guru yang bisa menunjukkan apa yang dikehendaki oleh sebuah pernyataan dalam sebuah ayat atau hadis atau ibarat kitab salaf, karena tidak semua yang tersurat mencerminkan apa yang tersirat dalam pernyatan.
Lama
Orang belajar harus mempunyai target dan waktu untuk memahami ilmu cukup lama. Setelah mendapatkan target pun tidak lantas berhenti mencari ilmu. Dalam tingkatan kelas belajarpun ada jenjangnya dan setiap jenjang mempelajari ilmu yang berbeda. Mulai dari PAUD dan TK ditempuh selama 2 tahun, jenjang SD 6 tahun, SMP dan SMA 6 tahun. Lantas apakah setelah SMA selesai semua ilmu sudah dikuasai? Tentunya belum selesai kita harus melanjutkan ke jenjang perguruan tinggi, S1 samaai dengan S3. Jika kita menyelesaikan Pendidikan ilmu umum maka kita baru menguasai bidang keilmuan satu jurusan saja, belum tentang ilmu agamanya. Maka Ketika berbicara soal ilmu tidak akan habis kita selesaikan walaupun kita kejar sampai dengan tutup usia.
Kemampuan seseorang apabila diasah terus menerus pasti akan mendapatkan hasil yang maksimal. Jangan mengharapkan akan mendapatkan ilmu yang bermanfaat apabila sudah merasa cukup Ketika baru belajar satu tahun. Syarat yang 6 ini harusnya menjadi pedoman bagi kita semua dalam menuntut ilmu baik ilmu agama maupun umum.
– Guru SMP Ma’arif NU 03 Tarbiyatut Tholibin Berbasis Pesantren