Oleh Sam Edy Yuswanto*
Judul Buku : Diary orangtua
Penulis : Vida Robi’ah Al-Adawiyah
Penerbit : Indiva Media Kreasi
Cetakan : I, Maret 2022
Tebal : 248 halaman
ISBN : 978-623-253-085-0
Orang tua, baik ayah maupun ibu, memiliki peran dan tanggung jawab yang sama dalam hal mendidik anak-anaknya. Anak adalah amanah yang diberikan Tuhan pada orangtua yang harus dirawat dengan baik. Tak sekadar mendapatkan pengasuhan secara fisik saja tapi juga berhak atas pendidikan sebagai bekal mengarungi kehidupan. Terlebih pendidikan agama yang akan membuat anak memahami ajaran agamanya dengan baik.
“Saya sangat percaya bahwa anak sebagai anugerah sekaligus ujian bagi orangtua yang telah diberi amanah. Sebagai amanah karena akan diminta pertanggungjawabannya oleh Allah, maka kita tidak bisa merawat dan mendidiknya seadanya, tanpa ilmu tanpa rencana, menyayanginya tanpa batas, dan membiarkannya lepas bebas,” ungkap penulis dalam kata pengantar buku genre parenting ini.
- Iklan -
Menjadi orangtua berarti kita diberi amanaH seumur hidup untuk terus belajar seiring dengan tumbuh kembang anak-anak kita. Dalam doa-doa kita, kita mohon agar diberikan anak-anak yang salih, menjadi qurrota a’yun, dan menjadi pemimpin bagi orang-orang beriman. Sungguh, bukan sebuah doa yang sederhana, dan bukan tidak mungkin pula dengan usaha seadanya untuk menjadikannya terwujud (hal 42).
Ketika seorang anak mulai beranjak remaja, orangtua dituntut lebih ekstra hati-hati dalam menjaganya. Bekali anak dengan pendidikan agama yang mumpuni, sebagai benteng pergaulan dengan teman-temannya yang tentunya memiliki karakter yang sangat beragam. Dengan pendidikan agama, diharapkan anak dapat mengerti dan memahami tentang hal-hal yang boleh dilakukan dan yang tidak boleh untuk dilakukan.
Dalam buku terbitan Indiva Media Kreasi ini, penulis memberikan beberapa poin yang bisa membantu para orangtua bersiap mengawal anak-anak yang tengah memasuki masa ranum atau remaja. Pertama, kita harus mengenal karakter umum remaja seperti: mereka tidak akan suka dijatuhkan harga dirinya, mereka ingin kita mendukung mereka, ingin didengarkan, ingin diberi batasan (jadi tidak selalu benar jika mereka benar-benar ingin bebas). Remaja juga ingin kita ‘melawannya’ dalam perdebatan dan suka jika kita peduli dengan masalah-masalah mereka. Mereka ingin orangtuanya memiliki alasan yang tepat mengapa melarang ini dan menyarankan itu. Remaja juga sebenarnya membutuhkan pertolongan kita saat tertimpa masalah.
Kedua, orangtua harus membekali diri dengan keterampilan komunikasi. Komunikasi efektif dengan remaja di antaranya dapat diawali dengan empati yang jujur dan tanpa menghakimi. Dengarkan masalah mereka dengan sepenuh hati, hindari langsung mencecar dan menyalahkan, apalagi di depan banyak orang. Dengan cara ini, anak-anak remaja kita akan tetap kembali pada kita, bukan mencari teman curhat yang lain. Humor juga dapat menjadi sarana berkomunikasi yang efektif dengan anak. Kita, para orangtua mungkin selalu terlihat tegang dan menyebalkan bagi anak-anak kita. Kita jarang bercanda, tertawa, dan membuat lelucon-lelucon. Mungkin selera humor yang baik dan proporsional bisa lebih efektif untuk menegur dan memberi masukan.
Ketiga, membantu mereka memiliki imunitas diri. Remaja kita tidak mungkin kita kunci di rumah. Mereka berteman, bertemu banyak orang, dan mereka tidak mungkin steril dari pengaruh baik dan buruk. Kecemasan kita sebagai orangtua pun tidak boleh berlebihan terhadap pengaruh negatif dari luar. Singkatnya, bantu remaja kita memiliki imunitas diri, tahan terhadap pengaruh buruk.
Keempat, membantu mereka menemukan potensi positif. Masa praremaja, remaja awal, dan dewasa awal adalah masa penuh energi. Kematangan biologis, perubahan-perubahan fisik dan psikologis, kadang membuat para remaja kita bingung, gelisah, dan galau. orangtua dan guru sangat berperan untuk mengawal mereka menemukan potensi positif dalam diri mereka dan memberikan alternatif-alternatif kegiatan positif untuk menyalurkan energi mereka. Tawarkan pada mereka hobi yang ingin dikembangkan, cari tahu info tentang klub hobi, atau les keterampilan (life skill di luar pendidikan formal). Menyalurkan hobi dan berkompetisi sehat akan mengalihkan remaja dari penyimpangan dan kegiatan negatif.
Kelima, membantu mereka menemukan teman dan komunitas yang sehat. Dan, keenam, doakan mereka. Ekspresikan doa itu di depan mereka. Hal ini penting, agar mereka mengerti bahwa orangtuanya mendoakannya setiap saat. Insya Allah dengan doa-doa kita, anak-anak akan lebih taat kepada Allah dan orangtuanya.
Terbitnya buku genre parenting ini sangat layak dijadikan sebagai salah satu referensi yang sangat berharga bagi para orangtua dalam memberikan pendidikan yang tepat bagi putra-putrinya. Semoga usai membaca buku ini, para orangtua menjadi lebih termotivasi untuk selalu berusaha menjadi orangtua yang selalu dirindukan oleh anak-anaknya. Wallahu al’am bish-shaawab.
***
*Sam Edy Yuswanto, penulis lepas mukim di Kebumen.