Oleh Anisa Rachma Agustina
Madrasah merupakan tempat belajar untuk peserta didik, mencerdaskan peserta didik serta mengembangkan bakat minatnya. Dalam sebuah madrasah peserta didik akan dikenalkan banyak hal baru, peserta didik akan dibimbing untuk menemukan kegemarannya dan akan diajarkan untuk menghargai sesama. Pendidikan di madrasah mengedepankan aspek pendidikan budi pekerti atau pendidikan akhlak, sehingga output yang diharapkan adanya keseimbangan antara kecerdasan dan pendidikan budi pekerti.
- Iklan -
Untuk terwujudnya keseimbangan pendidikan tersebut harus adanya kerjasama antara orang tua dan madrasah atau sekolah. Adanya sinergi antara keduanya akan mencetak generasi cerdas yang berakhlak. Saat di madrasah anak akan di ampu oleh guru, namun saat dirumah tugas belajar mengajar jatuh pada orang tua. Anak-anak generasi hebat lahir karena keuletan dan ketekunan orang tua dalam mengajarkan berbagai hal, maka dari itu menjadi orang tua bukan hanya menyiapkan perlengkapan sekolah, materi, pakaian yang layak, bekla, namun juga siap menjadi guru untuk anak-anaknya.
Setiap orang tua harus memiliki waktu khusus disela-sela kesibukannya, sekadar untuk menanyakan Pekerjaan Rumah (PR) kepada buah hatinya, atau sekadar belajar bersama dari hal sekitar. Jangan sampai karena kesibukan anda, anak anda terlantar sehingga kekurangan kasih sayang dan pengajaran. Anak bukan hanya membutuhkan materi dalam proses tumbuh kembangnya, namun juga membutuhkan kasih sayang yang tulus dari kedua orang tuanya.
Ibu adalah madrasah ula bagi buah hatinya berarti setiap anak yang lahir dan dibesarkan oleh ibunya akan mendapatkan pendidikan pertamanya dari ibunya. Maka dari itu sering terdengar bahasa ibu atau bahasa pertama anak adalah bahasa yang dituturkan ibunya. Karena ia sering mendengar dan meniru dari ibunya. Ibu bertanggung jawab memberikan pendidikan dan pengajaran terbaik untuk buah hatinya.
Menurut Buya Hamka penanggung jawab pertama dalam sebuah rumah tangga terletak di atas pundak ayah dan ibunya. Dalam artian tugas mendidik bukan hanya dibebankan kepada ibu saja, namun juga ayahnya. ayah dan ibu harus bersinergi untuk menciptakan pendidikan informal yang berkualitas untuk anak mereka. Orang tua adalah cerminan untuk buah hatinya, maka dari itu sebagai orang tua seyogyanya memberikan suri tauladan yang terbaik untuk buah hatinya.
Ibu memiliki peran penting dalam pembentukan karakter dan pribadi anak. Anak lebih sering menghabiskan waktu dengan ibunya ketika ayah bekerja. Ini yang dimaksud ibu adalah madrasah ula untuk buah hatinya. Pendidikan yang dimaksud bukan hanya pendidikan dalam aspek kognitif saja, namun juga aspek afektif dan psikomotorik peserta didik. Pendidikan yang diharapkan bukan hanya mencerdaskan otak namun juga mencerdaskan akhlak, kreatifitas, dan kemandirian.
Ibu Sebagai Madrasah Ula
Kesuksesan sebuah pendidikan tak lepas dari peran berbagai kalangan, dari lembaga pendidikan formal maupun pendidikan informal. Harus adanya sinergi antara pendidikan formal dan nonformal. Pendidikan utama untuk anak adalah pendidikan di rumah, dimana sebelum anak mengenal pendidikan formal anak terlebih dahulu belajar mengenal banyak hal dari orang tuanya.
Dalam hal ini ayah dan ibu memiliki tupoksi masing-masing untuk membentuk seorang anak cerdas dan berakhlak. Ibu memiliki peran besar dalam setiap tumbuh kembang sang buah hati. Dimulai dari mengandung selama semilan bulan, menyusui, merawat, dan memberikan pendidikan pertama untuk buah hatinya. Ibu adalah central kehidupan dalam rumah tangga. Pendidikan yang diajarkan oleh ibu untuk buah hatinya akan membentuk akhlak dan budi pekerti setiap anak.
Setiap anak yang lahir ke duania bagaikan selembar kertas putih yang masing kosong tanpa coretan, dan ilmu, pengetahuan maupun pengalamannya di dapat dari orang-orang disekitarnya dari orang tua khususnya ibu yang menjadi madrasah ula bagi buah hatinya. Maka dari itu tanggung jawab pendidikan ada di pundak ibu. Seorang yang mengasuh dan membesarkan buah hatinya 24 jam selalu sigap membantu balitanya ketika membutuhkan bantuan.
Peran ibu amat kursial dalam pendidikan akhlak sang buah hati. Dari sini kita dapat menarik benang merah, bahwa banyak orang-orang sukses dalam segala bidang tak lepas dari giat dan tekunya seorang ibu mendidik dan mencetak generasi cerdas. Peran ibu mencerdaskan anak-anaknya yang kelak akan menjadi generasi pewaris dan penerus bangsa.
Maka dari itu jangan meremehkan peran perempuan dalam segala aspek. Menjadi wanita karier atau menjadi ibu runah tangga adalah sebuha pilihan. Setiap perempuan berhak menentukan pilihannya, dan semua pilihan itu tetap hebat. Setiap ibu pasti akan memberikan yang terbaik untuk buah hatinya, mulai dari pakaian, makanan hingga pendidikan.
Apabila seorang ibu memperhatikan pendidikan anaknya maka itu sebagai bekal dan sumbangsih seorang perempuan untuk memajukan bangsanya. Maka dari itu pentingnya seorang perempuan mengenyam pendidikan hingga setinggi-tingginya, setiap anak berhak lahir dari rahim para ibu cerdas. Para ibu yang kelak akan memberikan berbagai macam pembelajaran untuk buah hatinya.
Urgensi Pendidikan Akhlak untuk Buah Hati
Pendidikan akhlak adalah upaya pendidikan yang bukan hanya memiliki orientasi pada perkembangan otak, namun juga mengedepankan perkembangan akhlak para peserta didik dalam tercapainya sebuah pendidikan. Seorang yang memiliki akhlak baik tidak akan semena-mena dalam bertindak, dan akan memperlakukan orang dengan baik pula. Akhlak menjadi poin penting dalam sebuah pendidikan untuk bekal setiap anak.
Sebelum anak mengenal dunia luar, lingkungan, sekolah maupun madrasah ajarkan pendidikan akhlak terlebih dahulu sebagai bekal untuk mereka dalam memasuki setiap fase kehidupan. Pendidikan itu bisa dimulai dari hal kecil seperti: pertama, ajarkan anak untuk menjalankan kewajibannya sebagai seorang muslim, seperti mengerjakan shalat, menunaikan zakat, berpuasa, mengaji. Ajarkan anak untuk patuh terhadap perintah Allah dan menjauhi setiap larangan-Nya.
Kedua, ajarkan perkataan-perkataan baik kepada buah hati, supaya anak anda terbiasa mengucapkan hal-hal baik. Jangan sekali-kali menggunakan kata kasar di depan anak. Anak adalah mahluk yang sangat suka meniru, maka dari itu usahakan berkata baik di lingkungan rumah. Misalnya ajarkan anak menggunakan kata “tolong” atau “minta tolong” ketika hendak menyuruh atau meminta sesuatu. Ini adalah hal sederhana yang kelak akan sangat bermanfaat untuk kehidupannya.
Ketiga, ajarkan anak untuk menghargai orang tua dan menyanyangi yang lebih muda. Keempat, ajarkan untuk selalu bersyukur terhadap nikmat Allah. Kelima, ajarkan untuk saling tolong menolong. Itu merupakan beberapa pendidikan akhlak dasar untuk membentuk generasi hebat dan cerdas. Generasi hebat dan cerdas serta berakhlakul kharimah dimulai dari ibu yang cerdas, maka dari itu untuk kalian para perempuan tetaplah belajar dimanapun dan kapanpun untuk mempersiapkan generasi hebat, cerdas dan berakhlak untuk Indonesia yang lebih maju.
– Mahasiswa Prodi PAI, Penggiat Literasi Pena Aswaja INISNU Temanggung