Oleh: Lulu Afita Adiniah, Iska Nur Septianti, Neli Musfiqoh
Di pertengahan Maret 2020, kami para pelajar sangat senang mendengar kabar libur dua minggu secara tiba-tiba. Para guru mengatakan semua akibat wabah baru dari China yang mulai menyerang Indonesia. Siapa sih, yang nggak senang kalau dengar kata libur? Pastinya senang pakai banget, dong.
Seiring berjalannya waktu, pemerintah semakin memperketat aturan sebagai upaya menghindari bahaya wabah yang dikenal dengan nama COVID-19, kalau sekarang akrab disapa Corona. Aturannya ketat, tetapi pelaksanaannya longgar dan terkesan bebas. Karena wabah itu pula banyak akibat yang ditimbulkan, seperti dalam dunia pendidikan di Indonesia misalnya.
- Iklan -
Gimana nih liburan dua minggu kalian? Kebablasan ya? Yang awalnya hanya dua minggu jadi dua bulan terus jadi enam bulan, eh sekarang kebablasan jadi dua tahun. Liburan apa hibernasi, tuh? Lama banget.
Rasanya baru kemarin daftar sekolah, kok sudah tiba-tiba ujian kelulusan? Dapat apa saja selama dua tahun belakangan? Gimana perasaan kalian nggak bisa ketemu teman? Lebih sakit dari nggak ketemu sama gebetan? Atau lebih sakit selalu ditagih tugas sama wali kelas? Banyak nanya.
Untuk kalian yang mendekati masa kelulusan, pestanya gimana? Katanya masa-masa sekolah menengah itu paling indah, indah apanya kalau semua serba virtual. Sekarang pacaran juga virtual, btw itu darling atau daring?
Ngomong-ngomong tentang daring, sudah tahu belum “daring” itu artinya apa? Belum tahu? Coba tanya Google. Yah, kelamaan daring jadi otaknya Google mulu, nih.
Yang selama ini kita tahu istilah daring biasa dikenal dengan online. “Pembelajaran Daring” aritnya pembelajaran yang dilakukan secara online. Nah, selama ini kita bersekolah secara online atau daring. Segala macam materi, soal, ataupun kuis diakses melalui aplikasi online lewat ponsel atau laptop.
Kalian sadar nggak kalau Sekolah Daring telah merubah dunia pendidikan di Indonesia? Sudah jelas sekali pembelajaran berubah drastis dari yang awalnya tatap muka menjadi tatap layar. Sudah tak diragukan lagi kalau banyak dampak yang disebabkan oleh adanya pembelajaran daring ini. Apa saja, sih? Enggak usah tanya Brainly melulu biar otak kalian nggak terlalu instan.
Pembelajaran daring tidak hanya merubah sistem pendidikan di Indonesia, tetapi juga merubah kepribadian para pelajar, loh. Merubah kepribadian, maksudnya apa?
Pertama, bagi sebagian orang, pembelajaran daring memang lebih terkesan enjoy, praktis, menghemat tenaga dan ongkos. Mengerjakan pekerjaan bisa sambil rebahan, ngopi, dan nonton televisi. Betul sekali. Namun dampak seperti itu bagi para pelajar menjadi sedikit mengkhawatirkan. Mengapa? Karena sebagian siswa yang bermalas-malasan akan semakin menyepelekan tugas. Mereka terkesan kelewat santai. Bukan santai di pantai, tapi santai berujung lalai.
Dilansir dari artikel retizen.republika.co.id menyampaikan bahwa, metode belajar baru yang sangat tiba-tiba. Remaja dipaksa melihat gawai dan laptop delapan jam. Selebihnya masih digunakan untuk mengerjakan tugas-tugas dari sekolah. Akhirnya kesehatan mental remaja terganggu sehingga kemampuan siswa memahami materi berkurang dan semangat menyelesaikan tugas yang diberikan guru menurun. Bahkan sekarang joki tugas tersebar dimana-dimana dengan upah mulai Rp 1000,00 per lembar. Hal yang ditakutkan di masa depan adalah semakin banyak pelajar yang tidak memiliki kerpercayaan diri atas kemampuannya karena sudah terdidik cukup lama dengan keadaan tersebut. Kalau pemuda sudah kehilangan rasa percaya dirinya, bagaimana bisa dia akan membanggakan negaranya?
Kedua, suasana tempat belajar juga mempengaruhi kesehatan mental kita, seperti keluarga yang tak peduli pada proses pembelajaran. Kadang kita diminta menjaga adik saat ibu memasak atau bahkan melakukan pekerjaan rumah. Disini kita tidak lagi memiliki batas antara waktu belajar dan waktu membantu orang tua. Alhasil kita sulit membedakan kegiatan mana yang harus diutamakan dan mudah kehilangan fokus karena semua tuntutan dari sekolah dan rumah tercampur.
Ketiga, ketergantungan akan Google untuk menyelesaikan ujian. Hal ini bukanlah tidak mungkin dilakukan para pelajar. Sebab dengan sistem pembelajaran daring materi hanya dituangkan dalam bentuk file atau video yang susah dipahami. Di sisi lain, kita membutuhkan naluri seorang guru yang tidak bisa didapat saat di rumah. Guru mempunyai cara untuk membuat siswanya paham dengan mata pelajaran yang dipelajari. Dengan Google, jawaban jadi lebih simple. Cerdas dengan cara yang pintas.
Karena kelewat santai pula sikap disiplin para pelajar menurun drastis. Tidak semua siswa memang, namun bagi yang tidak pandai mengatur waktu antara bermain dan belajar akan sulit untuk disiplin. Menjadi ambisius bukan berarti harus terus serius, santai bukan berarti tidak ada sesuatu yang harus dikerjakan. Ada kalanya serius dan santai bisa kompak jika kita pandai menyeimbangkan.
Meski belajar dengan cara daring memang mudah, bukan berarti bisa disepelekan. Pendidikan di Indonesia sudah tertinggal jauh dari negara maju di luar sana, mau ngejar pakai apa kalau generasi mudanya terlalu santai? Apalagi kecanduan game di gawai. Bisa-bisa negara ini terbengkalai.
Penulis
LULU AFITA ADINIAH, lahir di Banyumas, 21 Desember 2005. Aktivitas sehari-hari sebagai pelajar di SMK Ma’arif NU 1 Cilongok dengan mengambil jurusan Otomatisasi dan Tata Kelola Perkantoran (OTKP). Tergabung dalam organisasi OSIS dan Club Menulis di sana yang bernama Wela Literacy. Hobi menulis puisi dan memiliki beberapa prestasi di bidang tersebut yaitu Juara 1 Lomba Cipta Puisi di Universitas Amikom Purwokerto dan Juara 2 Membaca Puisi tingkat Kabupaten Banyumas. Kini ia tinggal di Desa Sawangan, Kecamatan Ajibarang, Kabupaten Banyumas. E-mail : luluafita1234@gmail.com Instagram : @luluafita12_
ISKA NUR SEPTIANTI, lahir di Banyumas, 24 September 2006. Aktivitas sehari-harinya sebagai pelajar di SMK Ma’arif NU 1 Cilongok dengan memilih jurusan Otomatisasi dan Tata Kelola Perkantoran (OTKP); Mengikuti kegiatan Ekstrakurikuler Wela Literacy di sekolahnya; juga membentuk pribadi disiplin serta bertanggung jawab dengan bergabung dalam organisasi OSIS. Kesibukan dalam lingkup sekolah yang ia jalani tidak menghambat hobinya dalam menulis, meskipun belum banyak karya yang ia hasilkan setidaknya dia bisa menyalurkan hobinya dengan menulis cerita di Aplikasi wattpad. Kini tinggal di Jingkang, Manuksiung Rt. 05 Rw. 08 Kec. Ajibarang – Banyumas. E-mail : iskanurseptianti@gmail.com .
NELI MUSFIQOH, Lahir di Banyumas, 5 April 2005. Aktivitas sehari-hari sebagai pelajar SMK Ma’arif NU 1 Cilongok. Dan tergabung dalam club Wela Literacy. Mempunyai hobi memasak dan menulis. Ia tergabung dalam antologi Quotes berjudul Sabda Aksara dan antologi Cerpen berjudul Nirmala Cinta Bunda. Instagram : @nelimsfiqohhh545.