Oleh Nurul Izzah
Sebelum bulan Ramadan, terdapat bulan Sya’ban di mana umat muslim memperingati setiap malam yang ke 15, yang sering disebut sebagai malam Nisfu Sya’ban. Imam Al Ghozali RA menyebutnya sebagai malam penuh syafaat atau pertolongan, dan ampunan. Untuk itu, di malam ini dianjurkan untuk memperbanyak amal, meminta maaf kepada Allah swt. dan sesama manusia agar jikalau ada pertikaian segera tertuntaskan sebelum Ramadan tiba.
Bulan Sya’ban merupakan bulan istimewa karena menjadi bulan pembekalan melakukan amalan sebagai persiapan diri agar saat bulan Ramadan terlatih dan lancar dalam melaksanakan amal sholih. Ada beberapa dalil hadits yang bersifat dhaif (hadits yang dinisbahkan kepada Rasulallah, tetapi perawi haditsnya lemah hafalan atau kredibilitasnya atau ada sanad yang terputus) dan hasan (hadits yang tidak bertentangan dengan hadits lain dan al quran, informasinya jelas, dan memiliki lebih dari satu sanad) terkait Nisfu Sya’ban. Walaupun haditsnya ada yang dhaif, tetapi tetap boleh diimplementasikan dengan tujuan mendapatkan pahala.
Dalil-dalil nisfu sya’ban diantaranya Pertama, termaktub dalam kitab sunan Ibn Majah juz 1 halaman 444 “Dari Ali bin Abi Thalib ia berkata, “Rasulallah Shollallahu ‘Alaihi Wasallam bersabda: Apabila malam nisfu Sya’ban, shalatlah di malam hari dan berpuasalah di siang hari. Sesungguhnya Allah swt. turun ke bumi pada saat itu ketika matahari terbenam.”” Kedua, terdapat dalam hadits riwayat at Thabrani dalam al-Kabir dan Ibnu ‘Adi dari Utsman bin Abi al-‘Ash “Rasulallah Shollallahu ‘Alaihi Wasallam bersabda: Sesungguhnya rahmat Allah mendekat pada hamba-Nya di malam nisfu Sya’ban, maka Allah mengampuni orang yang meminta ampunan, kecuali pelacur dan penarik pajak.” Ketiga, Hadits yang diriwayatkan oleh Daruquthuni dalam as-Sunnah dan Ibnu Khuzaimah dalam at-Tauhid “Rasulallah bersabda: Rahmat Allah swt. turun di malam Nisfu Sya’ban, maka dari itu Allah akan mengampuni semua orang kecuali orang yang masih ada kebencian dalam hati kepada saudaranya dan orang yang menyekutukan Allah swt.” Keempat, hadits yang diriwayatkan oleh Al-Hafidz Ibnu hajar “Rasulallah bersabda: Sesungguhnya Tuhan kalian melihat di malam nisfu Sya’ban kepada hamba-Nya, maka Ia memberi ampunan kepada mereka semua kecuali orang yang menyekutukan Allah dan memutus tali persaudaraan.”
- Iklan -
Dari keempat hadits tersebut dapat disimpulkan bahwa memang benar adanya jikalau malam nisfu Sya’ban bisa di isi dengan amalan-amalan sholih, seperti shalat tasbih, shalat hajat, shalat taubat, puasa bulan sya’ban, serta meminta ampunan kepada Allah swt. dan sesama umat manusia. Sesungguhnya amalan di dunia adalah bekal menuju akhirat kelak.
Dalam quran surah Al Ahzab ayat 56 terdapat perintah untuk membaca sholawat, “Sesungguhnya Allah dan para malaikat-Nya bershalawat untuk Nabi. Wahai orang-orang yang beriman! Bershalawatlah kamu untuk Nabi dan ucapkanlah salam dengan penuh penghormatan kepadanya.” Ayat ini dapat dikaitkan dengan istimewanya malam Nisfu Sya’ban, sebab pada malam itu Allah swt. turun ke bumi dengan para malaikat-Nya. Sesungguhnya kesempatan besar agar doa terijabah dengan segera.
Malam nisfu Sya’ban sebagai malam yang istimewa, pastinya terdapat keutamaan di dalamnya. Ada beberapa keutamaannya yang diamalkan oleh Rasulallah Shollallahu ‘Alaihi Wasallam, yakni Rasulallah mengerjakan puasa sunah dengan batas satu atau dua hari sebelum menunaikan ibadah puasa di bulan Ramadan, amalan di bawa naik kepada Allah swt., sholawat pada Nabi Muhammad, persiapan sebelum bulan Ramadan, bulan terakhir qada puasa Ramadan, diijabah oleh Allah semua permintaan, pengampunan dosa dan kesalahan, serta pahala yang melimpah. Para Ulama mengibaratkan puasa sunnah di bulan Sya’ban sebagai rawatibnya Ramadan.
Dengan menjalankan amalan-amalan pada malam Nisfu Sya’ban ada hikmah yang bisa dipetik, yakni ibadah bisa menjadi lebih rajin, merekatkan persaudaraan, bertaubat, terbiasa membaca al quran, serta terbiasa bersholawat kepada Nabi Muhammad.
Oleh sebab itu, tuntaskan pertikaian pada sesama umat manusia di bulan Sya’ban dengan meminta maaf sebelum bulan suci Ramadan tiba. Diterima atau tidaknya urusan belakang, yang terpenting sudah berniat untuk merekatkan tali persaudaraan. Sejatinya, Allah Subhanahu Wa Ta’ala tidak bersama dengan orang-orang yang mempunyai rasa kebencian di bulan Sya’ban.
– Penulis adalah Mahasiswa UIN Walisongo Semarang