DEMAK-Workshop yang dilaksanakan di awal tahun 2022 merupakan 50 persen awal dari keberhasilan dalam suatu kegiatan pembelajaran. Demikian disampaikan Plt. Kepala Dinas Pendidikan dan Kebudayaan (Dindikbud) Suhasbukit, S.H., M.M. dalam acara Peningkatan Kompetensi Guru PAI Se-Kabupaten Demak angkatan I di Aula Dindikbud Kabupaten Demak (26/1).
Pria kelahiran Solo ini menambahkan bahwa guru PAI sudah luar biasa. Meski demikian kegiatan workshop yang dilaksanakan sebanyak dua angkatan tersebut bisa menambah ilmu pengetahuan yang baru sehingga bisa meningkatkan kompetensi guru PAI. “Kita berharap ilmu yang didapat dapat disebarkan ke guru lain dan diterapkan ke peserta didik sehingga apa yang menjadi tujuan dari pemerintah pusat dan daerah tercapai. Peserta didik diharapkan ke depan menjadi orang terpilih baik agama, kehidupan sosial dan lainya,” ungkap Suhasbukit.
Bukit-panggilan akrab Suhasbukit berharap bahwa workshop yang dilaksanakan benar-benar dimanfaatkan oleh guru PAI peserta workshop karena tidak semua guru bisa mengikuti kegiatan tersebut. “Hari ini momentum luar biasa karena tidak semua guru bisa mengikuti kegiatan ini. Seperti di sepak bola kalau satu detik terlambat seorang striker menyundul bola maka tidak masuk menjadi gol. Karena itu momentum kegiatan workshop hari ini harus digunakan sebaik-baiknya. Karena itu silahkan materi yang disampaikan hari ini diserap dengan baik,” jelasnya. Dia berharap kegiatan ini diniati dengan baik sebagai ibadah maka Allah akan memberikan petunjuk.
Kegiatan ini diharapkan tidak hanya selesai di tingkat konsep dan materi semata tetapi harus ada kelanjutannya. Bukit berharap kegiatan ini akan dilakukan evaluasi dan tindaklanjut seusai kegiatan tersebut. “Semoga niat baik akan tercapai. Semua program bermuara kepada kebaikan kepada peserta didik, keluarga bangsa dan negara,” jelas Bukit.
- Iklan -
Pemateri lain dalam workshop tersebut H. Sugeng Riyadi, S.Pd., M.H. menyampaikan bahwa kurikulum prototipe kebijakan untuk membantu pemulihan pembelajaran. Menurut Pengawas di Dindikbud ini selama pandemi Covid-19 terjadi lost pembelajaran sehingga dibutuhkan upaya untuk mengatasi persoalan tersebut. “Pandemi menyebabkan learning lost numerasi dan literasi. Sebagian besar tidak bertemu dengan gurunya sehingga mengganggu pembelajaran,” tegasnya
Sugeng menjelaskan bahwa sebelum pandemi kemajuan belajar mencapai 129 poin untuk literasi dan 78 poin untuk numerasi. Setelah pandemi terjadi learning lost 6 bulan belajar hilang dan 5 bulan untuk literasi tingkat SD dan saya kira tidak jauh beda dengan untuk itu dibuat kurikulum yang disederhanakan,” ungkapnya.
Pria yang juga menjadi pelatih ahli di sekolah penggerak Kabupaten Demak ini menambahkan bahwa saat ini pemerintah memberikan tiga pilihan terkait kurikulum. Sekolah bisa memilih kurikulum yaitu kurikulum 2013, kurikulum darurat yang berasal dari K-13 yang sudah disederhanakan Kemendikbud dan kurikulum prototipe. Dalam kurikulum baru ini tidak ada kompetensi dasar (KD) tapi memakai istilah capaian pembelajaran (CP).
Untuk itu Koordinator Pengawas Dindikbud Demak itu mengharapkan sekolah mesti menentukan tujuan pembelajaran kemudian mengatur target apa yang mau dicapai di fase D untuk kelas 7, 8 dan 9. Untuk fase ini dikhususkan di tingkat satuan pendidikan SMP sederajat.
Dari CP itu kemudian sekolah menyusun tujuaan pembelajaran kemudian menentukan alur tujuan pembelajaran. CP sendiri disusun oleh Kemendikbud.
Dari tujuan pembelajaran ini kemudian dirinci oleh sekolah kemudian diurutkan menjadi alur tujuan pembelajaran (ATP) dan kemudian dibagi kelas 7 8 9 dan kemudian dibagi menjadi semester 1 dan 2 dibagi sesuai dengan kondisi masing-masing dan sesuai dengan kebutuhan siswa sehingga menjadi dibuat prototipe. Kurikulum prototipe digunakan oleh sekolah penggerak.
Kegiatan ini juga diisi oleh Mushonef S. Ag., M.Pd.I. Pelatih Provinsi PKB Kemenag. Pria yang juga menjabat sebagai Kepala SMPN 2 Mijen ini menjelaskan pentingnya ionvasi pembelajaran (Ionbel) bagi guru.
Pendidik bisa menyusun karya inovasi melalui beberapa karya diantaranya pengembangan, modifikasi dan penemuan baru di bidang PAI. Bidang yang bisa digarap guru PAI diantaranya karya seni, teknologi tepat guna maupun alat peraga yang sesuai,” jelas Plt. Kepala SMPN 3 Wedung ini.
Pemateri terakhir Syaekudin, S.Ag., M.Pd.I. menegaskan bahwa pengembangan keprofesian berkelanjutan (PKB) sangat penting. Dia meminta guru PAI harus bangga menjadi guru PAI. “Guru sebagai profesi harus mempunyai pengembangan.
Pola pikir harus berubah. Contohnya saya kan masih honorer, masih swasta dan lainnya. pikiran seperti itu pikiran yang sesat dan harus diluruskan. Kita harus bangga menjadi guru apalagi kita guru agama.,” tegasnya.
Pelatih Nasional Kemenag ini menegaskan bahwa ada praktik pembelajaran profesional yang meliputi perencanaan pembelajaran (pedagogik 1), pelaksanaan pembelajaran (pedagogik 2) dan penilaian pembelajaran (pedagogik 3), pengetahuan profesiaonal/Materi esensial PAI (profesional 1), pengembangan profesional/publikasi ilmiah (profesional 2), dan krya inovatif (profesional 3) yang harus dilatih dan tercatat di aplikasi Siaga.
Ketua MGMP PAI SMP Kabupaten Demak ini berharap semua guru PAI SMP di Kabupaten Demak agar siap menghadapi perubahan dan menjadi garda terdepan dalam menyikapi setiap perubahan dalam kurikulum.
Workshop Peningkatan Kompetensi Guru yang dilaksanakan oleh pengurus MGMP PAI SMP Kabupaten Demak berlangsung dalam dua angkatan yang masing-masing angkatan selama 4 hari dengan model in on on in. (AAM)