Oleh Irna Maifatur Rohmah
Pengabdian adalah suatu perbuatan baik yang dapat berupa pikiran, pendapat, atau tenaga sebagai wujud cinta, kesetiaan, kasih sayang, hormat, atau suatu ikatan tertentu yang dilakukan secara ikhlas. Singkatnya pengabdian merupakan suatu sikap yang apik sebagai wujud suatu ikatan dengan dilandasi rasa ikhlas. Pada dasarnya semua makhluk yang ada khususnya manusia merupakan abdi dan sudah sepantasnya mengabdikan diri pada tuannya. Entah keluarga, negara, agama, harta, pesantren, dan lain sebagainya.
Di dalam pendidikan pesantren pun tak dapat dipungkiri adanya pengabdian. Sangat kental dan menjadi salah satu bagian yang tidak bisa dilepaskan, bahkan sebagian datang ke pesantren dengan tujuan pengabdian.
Lalu bagaimana pengabdian di pendidikan pesantren?
Pesantren merupakan suatu lembaga pendidikan yang dibangun dengan hati. Katanya, sesuatu yang berasal dari hati akan sampai ke hati. Maka tak heran jika di dalamnya ditemukan hati lain yang mengagumkan. Salah satunya pengabdian, yang hanya bisa dilakukan dengan rasa dan hati, logika tak kuasa menjangkaunya.
- Iklan -
Perkembangan pesantren tak bisa lepas dari seluruh komponen pembangun di dalamnya, salah satunya santri, sebutan bagi seseorang yang menimba ilmu di pesantren. Dari berbagai lapisan santri, satu di antaranya memilih jalan pengabdian. Mengabdikan diri kepada pesantren dengan sumbangsih berupa tenaga, pikiran, maupun pendapat. Semua dilakukan dengan, ikhlas, tanpa mengharapkan lebih dari pihak pesantren.
Aksi dari pengabdian dapat dilihat dengan kasat mata, seperti menyumbang tenaga dengan membantu pembangunan pesantren, membersihkan rumah yai, dan lainnya yang melibatkan tenaga. Bagaimana tidak? Kegiatan mengaji sama dengan santri lain namun setelahnya masih ada tanggung jawab lain, pengabdian. Namun dari mereka tidak ada keluhan yang berlebihan, hanya sebatas mengeluh pun sangat jarang. Semua itu karena apa yang mereka lakukan didasari dengan rasa cinta yang besar sehingga lelah dan keluh tak terlihat. Padahal tenaga mereka dikuras untuk mengabdikan diri, melayani, meladeni dan memberikan perlakuan terbaik baik pada Yai maupun keluarganya. Tak jarang kata-kata pedas atau sindiran hinggap di telinga mereka. Namun itu hanya dijadikan hiasan saja tanpa dimasukkan di hati. Hati mereka telah dipenuhi rasa cinta pada pengabdian.
Program, ide, kurikulum, dan lainnya yang menyokong berjalannya pendidikan di pesantren tak bisa dilepaskan dari sosok di balik suatu program. Pendapat yang telah disusun dan dipikirkan matang-matang menimbang berbagai hal diajukan pada pihak yang berwenang dengan tujuan memperbaiki sistem yang ada tak kalah membutuhkan nutrisi otak yang cukup banyak. Tidak hanya semalam muncul dengan rapi dan terstruktur, bermalam-malam dengan mengorbankan jatah istirahat demi tersusun program yang ciamik. Lagi-lagi hal ini dilakukan dengan rasa cinta yang agung sehingga mengalahkan keluh yang hendak keluar dari bibir manusia.
Di zaman yang tak hentinya berkembang dalam IPTEK, membuat pesantren terus meng-upgrade komponen-komponennya agar tetap eksis dalam dakwah. Mengikuti perkembangan merupakan salah satu ikhtiar agar tidak tergulung peradaban dan lenyap. Namun survive untuk mempertahankan eksistensi di zaman ini dan terus mengikuti perkembanga. Maka, kini tak menjadi hal yang mengherankan jika akun-akun pesantren merayap di dunia maya. Sebagian besar telah mencapai ranah ini. Hal ini pula ada sosok-sosok di balik layar yang terus mengudarakan bendera pensantren. Tentu tidak hanya dengan leha-leha, scrool-srool layar saja, namun butuh pemikiran-pemikiran kreatif dan mental tahan banting demi mempertahankan eksistensi pesantren. Stop bilang itu hal yang gampang! Memeras isi kepala tidak semudah memeras cucian baju!
Dari yang sudah dipaparkan, semuanya memiliki dasar yang sama yaitu rasa cinta yang besar pada pesantren. Hal ini bisa terwujud karena pendidikan pesantren itu sendiri. Pendidikan yang diterapkan merupakan pendidikan melalui tingkah sehingga lebih mudah masuk dan meresapi diri santri. Selain itu pendidik yang memiliki akhlakul karimah secara tidak langsung mempengaruhi batin santri yang menjadikan santri meniru sikap-sikap baik seorang guru, salah satunya dalam bentuk pengabdian.
Hal ini tercipta sebab pendidik mendidik dilandasi hati ikhlas dan tulus untuk membimbing dan mengarahkan santri pada hal yang lebih baik. Sentuhan halus itu membuat ketenangan santri dan meminimalisir pemberontakan dalam diri santri. Seperti yang telah dituturkan di awal, sesuatu yang berasal dari hati akan sampai ke hati pula. Bersihnya hati pendidik di pesantren menimbulkan hati yang jernih pula pada santri, sehingga rasa cinta, kasih sayang, hormat, kesetiaan, dan ikatan lain dengan pesantren mengalahkan rasa lelah dan pedih dalam sebuah pengabdian.
Dalam pengabdian ini tidak ada harapan yang berorientasi pada dunia. Namun mereka tak merasa kekurangan dengan apa yang didapatkan di sana meskipun terkadang tidak masuk dalam logika. Apa yang mereka dapatkan selalu diterima dengan rasa syukur sehingga keluhan-keluhan tidak kuasa melewati bibir mereka. Itu semua berkat pengabdian yang dilakoninya.
-Penulis berpendidikan di UIN Prof Dr KH Saifuddin Zuhri Purwokerto