Oleh Idammatussilmi
Tidak dipungkiri, banjir arus globalisasi yang telah melanda Indonesia mengakibatkan terkikisnya identitas bangsa. Masyarakat lebih bangga, lebih percaya diri, dengan identitas ala budaya luar yang terus menghampiri. Gaya hidup, cara berkomunikasi, fashion dan moral yang semakin berubah, menjadi sebuah tantangan bagi bangsa. Namun, yang sangat ironi perubahan-perubahan tersebut akan berdampak pada aspek agama. Apalagi, saat ini arus globalisasi diimbangi dengan kamujuan teknologi yang semakin canggih. Perubahan-perubahan yang terjadi menimbulkan berbagai polemik yang ditimbulkan semakin kompleks. Sehingga, hal tersebut menjadikan suatu tantangan besar bagi NU sebagai salah satu organisasi keagamaan terbesar di negara ini.
Perubahan yang terus membanjiri dapat diterima dengan mudah oleh siapapun, di manapun dan kapanpun. Hal tersebut dikarenakan mereka dapat mengetahuinya lewat transformasi gawai baik dalam bentuk berita, video, meme, dan gambar. Identitas warga NU terlihat sudah semakin terkikis mulai dari tindak-tanduk yang semakin luntur, penggunaan bahasa yang kurang sopan, kurangnya bersosialisasi bermusyawarah dan bersengkuyung terhadap warga di lingkungan tempat tinggal.
Jika kita lihat, masyarakat sekarang lebih senang dalam menonjolkan identitas yang telah diterima dari luar. Masyarakat lebih bangga dan percaya diri mengekspos identitas ala-ala barat dibandingkan dengan identitas sebagai warga NU sendiri. Beberapa orang yang beranggapan bahwa jika kita tidak modern dengan menonjolkan hal-hal baru yang sedang hits maka ia akan dikatakan kuno, ndeso, tidak gaul dan kurang aptudate, atau sering disebut dengan GAPTEK (gagap teknologi) dan KUPER (kurang pergaulan).
- Iklan -
Nah, bagaimana jika kita memang tahu akan perubahan, namun tidak mengeksposnya apakah sesungguhnya orang itu gaptek atau kuper? No…, no… anggapan tersebut tidak sama sekali. Kepribadian setiap orang itu berbeda-beda, ada yang gampang mengikuti, ada yang sudah tahu namum tidak terburu-buru untuk mengikuti, ada yang tahu tapi tapi malas dan tidak mau mengikuti, ada juga yang tidak tahu sama sekali. Namun, akibat dari pergaulan yang sekarang semakin bebas menjadikan perubahan semakin mudah di ikuti dan di tiru. Sehingga, saat ini, identitas NU juga sudah mulai berkurang.
Lalu, bagaimana cara membendung warga NU untuk menunjukan identitas NU?
Memegang Teguh Prinsip NU
Peran NU dalam melihat realitas sosial dan budaya yang saat ini terjadi, yaitu dengan memegang prinsip NU. Dari awal NU sudah memegang kuat akan prinsip al muhafadzatu ‘alal qadimis shalil wal akhdzu bil jadidil ashlah yang memiliki arti bahwa menjaga tradisi dan mengambil secara bijak dan berhati-hati terhadap nilai-nilai baru yang lebih bermanfaat untuk umat.
Nah, dari prinsip tersebut sebagai warga NU dituntut harus mampu memilih dan memilah kebudayaan baru dengan mengambil nilai-nilai yang berguna bagi umat dengan tanpa meninggalkan identitas NU sendiri. Perinsip tersebut menjadikan kita bangga sebagai warga NU karena organisasi ini sangat moderat mampu menerima hal-hal baru luar dengan tanpa menjudge bahwa sesuatu dapat dikatakan jelek, salah, haram, kafir dan sebagainya. Dengan memegang teguh karakter dari NU yaitu toleran (tasamuh), moderat (tawasuth), dan berimbang (tawazun). Sehingga, nilai-nilai Islam yang dikembangkan oleh warga NU dengan khsanahnya mampu menjadikan inspirasi dan motivasi bagi warga NU untuk bisa beradaptasi dengan budaya baru.
Menguatkan Moderasi dengan identitas NU
Identitas NU menjadi cerminan warga masyarakat NU dalam menunjukan perilaku, keyakinan dan sikap dalam menjalankan kehidupan bermasyarakat. Sehingga orang yang melihat dapat mengetahui, dan memahami identitas yang dimiliki sebagai warga NU. Identitas NU memiliki beberapa bentuk diantaranya: (1) sikap yaitu menonjolkan adab dan sikap tawadhu’ baik bagi keluarga, teman, tetangga, guru, kiyahi ataupun kepada tanah air. (2) kegiatan yang meliputi tradisi keagamaan seperti ambengan, suronan, sadranan, rebu pungkasan dll. (3) amalan yaitu serangkaian bacaan-bacaan yang dikerjakan dalam kegiatan beribadah seperti, tahlil, yasinan, istighosah, dzibak, berjanji dan lainnya.
Berbagai macam identitas NU yang dapat menonjokan kecirikhasan warga NU mendorong masyarakat dalam menguatkan moderasi beragama. Serangkaian kegiatan yang dilakukan, misalnya pada saat kegiatan tahlilah kegiatan yang dilakukan menonjolkan sikap kepedulian, kerukunan, kebersamaan dengan tanpa adanya unsur kebencian, dan kekerasan di dalamnya. Selain itu, kegiatan yang menunjukan identitas warga NU ini dilakukan dengan hati yang suci dengan selalu ingat kepada Allah Swt.
Lalu, mengapa kita harus malu dengan identitas NU? Sedangkan ormas-ormas lain mampu menonjolkan identitasnya dengan menumpahkan jiwa dan raganya?
– Guru MI Najmul Huda Kemloko