Oleh: Rimatul Ulya
Tradisi merupakan salah satu tali penghubung oleh nenek moyang untuk anak cucu bangsa. Di dalam tradisi pula terdapat adat istiadat berupa nilai-nilai budaya, norma-norma, hukum, serta aturan yang saling berkaitan antara satu dengan yang lainnya, menjadi satu sistem peraturan, dan budaya yang mengatur tindakan atau perbuatan manusia dalam bersosial. Tradisi juga diartikan sebagai kepercayaan secara turun temurun yang harus dijaga dan di lestarikan.
Di Indonesia sendiri terdapatnya beribu-ribu tradisi dari berbagai lingkup atau asal daerah. Salah satu tradisi warisan dari nenek moyang yang berkembang di seluruh nusantara, khususnya di Jawa yaitu tradisi Tumpengan.
Tumpengan merupakan tradisi warsan yang bersifat simbolis “ungkapan rasa sykur” maupun ritual “memuji atas segala limpahan rezeki dari Tuhan”.
Tumpeng sendiri memiliki makna khusus yang telah mendarah-daging antara hubungan manusia dengan Tuhan “hablumminnallah”, manusia dengan manusia ”hablummimannas” serta manusia dengan alam “hablumminnalam”.
Tumpeng berasal dari sebuah ungkapan atau kiasan dengan bahasa jawa yaitu “yen metu kudu mempeng”. Singkatan/ungkapan dari kiasan tersebut berarti ketika keluar harus sungguh-sungguh semangat.
- Iklan -
Tumpeng sendiri merupakan olahan makanan yang berbahan baku nasi yang berbentuk kerucut yang diletakkan di tengah wadah tampah yang dialasi daun pisang dan sekitar nasinya diberi sayuran dan lauk pauk lain khas jawa.
Olahan nasi yang disajikan umumnya berupa nasi kuning, nasi uduk, nasi gono, dan nasi putih biasa maupun nasi putih asin. Karena beragam jenis nasinya, maka kegunaanya juga berbeda.
Isi nasi tumpeng
Dalam tradisi jawa, nasi tumpeng kuning biasanya dibuat untuk memperingati hari ulang tahun, nasi tumpeng gono dibuat atas rasa syukur telah khatam dalam membaca al-Quran, nasi uduk atau nasi putih biasa dan nasi putih asin dibuat untuk slametan wiwit sawah dan lain sebagainya. Lauk pauk yang biasa hadir di sajian tumpeng juga beragam, contohnya adalah ayam, sayur urap, telur, cabai merah dan sebaginya.
Lauk pauk dalam tumpeng memiliki makna sendiri sebagai wujud doa kita kepada yang maha kuasa. Yang pertama adalah ayam, dalam hal ini masyarakat diharapkan untuk menjauhkan diri dari sifat ayam yang cenderung sombong, egois, dan menyela pembicaraan.
Kedua, yaitu telur yang digambarkan sebagai manusia yang memiliki kesamaan fitrah, telur rebus yang dimasak dan dikupas kulitnya menunjukkan bahwa segala sesuatu yang akan dilakukan butuh perencanaan sehingga terjalin dengan sempurna.
Ketiga, sayur urap yang terdiri atas beragam macam sayur yang terdapat di dalam sayur urap, seperti kangkung yang memiliki makna melindungi, bayam menyimbolkan sentosa, tauge memiliki makna tumbuh, kacang panjang memiliki makna pemikiran masa depan, bawang merah menyimbolkan pertimbangan yang matang, dan bumbu urap yang memiliki makna hidup. Selain itu tumpeng biasanya dihiasi dengan cabai merah. Cabai merah tersebut memiliki makna yang melambangkan api sehingga dapat memberikan penerangan dan banyak manfaat bagi masyarakat.
Ketiga isi dari tumpeng yang berupa ayam, telur dan sayur merupakan inti lauk pauk dari nasi tumpeng. Varian selain dari tiga lauk pauk tersebut boleh dimasukkan ke nasi tumpeng, karena sifat dari nasi tumpeng tersebut tidak kaku akan lauk pauknya.
Moderasi beragama dengan tumpengan
Melestarikan tradisi di masyarakat merupakan salah satu upaya memoderasi agama untuk mengindarkan agama dari radikalisme dalam praktek beragama. Karena di dalam moderasi beragama tersebut menjunjung tinggi toleransi antara manusia satu dengan manusia lain.
Upaya dalam melaksanakan moderasi beragama khususnya dalam konteks tradisi beragama salah satunya yaitu dengan tradisi tumpengan. Tradisi tumpengan tersebut merupakan tradisi yang sangat familiar di semua kalangan masyarakat.
Tradisi tumpengan sendiri dilaksanakan di berbagai kegiatan penting, seperti peringatan maulid nabi, kenduri, momongi, acara ulang tahun, syukuran rumah, dan berbagai kegiatan lainnya. Dan hampir disetiap kegiatan besar pasti dilaksanakan tumpengan terlebih dahulu. Tumpengan tersebut dilaksanakan atas dasar rasa syukur akan anugerah yang telah diberikan Tuhan YME untuk kesejahteraan umatnya.
Walaupun asal mula tumpeng dari peninggalan agama Hindu karena agama hindu lebih dahulu masuk ke Indonesia daripada agama Islam, tetapi seiring berjalannya waktu dan masyarakat muslim yang semakin banyak, maka tradisi tumpengan tetap dilaksanakan sebagai kewajiban kita akan warisan tradisi, tetapi isi kegiatannya tetap diubah menurut syariat Islam.
Perubahan tersebut meliputi pembacaan tahlil, doa-doa syukur kepada Allah SWT dan sebagainya. Maka dari itu, kegiatan tumpengan dilaksanakan oleh masyarakat beragama Islam dan masyarakat non Islam. Contohnya pada kegiatan slametan momongi, peserta kegiatan tersebut terdiri dari masyarakat Islam dan non Islam.
Hal tersebut berefek positif bagi kehidupan sosial bermasyarakat. Semakin sering mereka melaksanakan kegiatan bersama, maka rasa persaudaraan dan mengasihi antara sesama manusia bisa terlaksana. Kehidupan negatif seperti acuh tak acuh, membenci mereka yang tidak sama ras, agama, sosial, tingkat bersosialisasi rendah dan sebagainya akan berkurang.