Bogor – Pendidikan Islam Inklusif adalah pilihannya, bukan Pendidikan Islam Luar Biasa (MLB). Mengapa?, karena lebih manusiawi, azas kesetaraan, lebih menghargai, fleksibel dan lebih mendidik. Dengan pendidikan inklusif ibaratnya, beli satu dapat lima. Artinya dengan komitmen penguatan pendidikan inklusif pada madrasah, maka masuk di dalamnya ada pendidikan ramah anak, pendidikan berwawasan gender, anti kekerasan seksual, multicultural dan moderasi beragama. Demikian disampaikan Direktor KSKK madrasah, Moh. Isom, ketika memberikan sambutan dan arahan atas nama Dirjen Pendis Kemenag RI, dalam rangka pembukaan kegiatan konsinyering peta jalan pendiikan madrasah inklusi di Bogor.
Moh. Isom berharap roadmap ini ditingkatkan tidak hanya untuk madrasah dan direktorat GTK, namun sebagai roadmap pendidikan Islam inklusif di tingkat Ditjen Pendidikan Islam. Dengan demikian akan menjangkau layanan pendidikan inklusif di Perguruan Tinggi Keagamaan Islam (PTKI), pada layanan Pendidikan Agama Islam (PAI) pada sekolah, dan juga layanan pada Pendidikan Diniyah dan Pondok Pesantren.
Beliau melanjutkan, bahwa layanan pendidikan islam yang inklusif tidak boleh seperti proyek. Harus dipikirkan keberlangsungan dan keberlanjutan serta partisipasi semua pihak. Karena itu roadmap pendidikan madrasah inklusi ini menjadi sangat penting, agar semua tersinergi. Harus dirinci dalam bentuk turunan berupa kegiatan dan penganggaran yang jelas dan terukur. Ini tugas kita semua. Imbuhnya.
Lebih jauh, Moh. Isom menambahkan, bahwa penanganan pendidikan Islam inklusif bukanlah sekedar urusan sarana prasarana, fasilitas, dan kecukupan regulasi yang mengaturnya, namun lebih penting adalah urusan ketulusan hati.
- Iklan -
“ Mari kita tumbuhkan semangat, ketulusan dan cara pandang kasih sayang ‘bi ainir rahmah’ kepada para guru, dosen, dan pejabat kependidikan terkait. Inilah yang harus diperhatikan oleh pendidikan Islam. Bahkan layanan pendidikan inklusif bagi kita adalah amanat keagamaan, bagian dari ibadah kepada Allah SWT”. Imbuhnya.
Di akhir sambutannya, Moh. Isom menyapaikan terima kasih dan penghargaan setinggi-tingginya kepada tim penyusun roadmap ini. Terima kasih disampaikan kepada para naggota tim antara lain; Ibu Ro’fah dari UIN Sunan Kalijaga DIY, Hanu Asrohah dari UIN Sunan Ampel Surabaya, Syihabudin dari UIN Maulana Hasanudin Banten, Suprianto Ketua Forum Pendidik madrasah Inklusi Pusat (FPMI), Sahidin dari UIN Walisanga Semarang, dan Maskanah Pengawas Madrasah kabupaten Bogor, serta anggota dari direktorat KSKK Madrasah dan GTK.
Siti Sakdiyah, koordinator tim roadmap madrasah inklusi melaporkan, bahwa kegiatan ini merupakan rangkaian kegitan panjang penyusunan roadmap madrasah inklusi. Kali ini konsinyering untuk menyelaraskan antar direktorat di bawah Direktorat Jenderal Pendiikan Islam Kementeraina Agama RI.
Hadir dalam pertemuan ini adalah utusan dari direktorat KSKK Madrasah, direktorat GTK, Direktorat Pendidikan Tinggi Keagamaan Islam (PTKI), Direktorat Pendidikan Diniyah dan Pondok Pesantren dan Kesekretariatan Dirjen Pendis. Kegiatan ini juga melibatkan perwakilan dari Balitbang Kemenag RI dan Pusdiklat Kemenag RI. Tentu saja melibatkan Tim Penyusun Roadmap.Tim penyusun roadmap terdiri dari para praktisi, akademisi, perwakilan organisasi pemerhati inklusif, pengawas madrasah dan lemaga mitra pembangunan (Inovasi). (ImamBk)