Cermin
Aku belum sempurna menemukan hidupku
Barangkali alasan ini menjadikanku masih betah duduk di depan cermin setiap pagi
Sambil memandangi bola mata yang tetap memberi harapan baru
berdoa agar hari ini Allah masih dipanggil oleh hati
Kuyakinkan diri, bahwa dari cermin segala yang nampak akan berkata dengan bahasanya menjelaskan wajahku siapa.
Sampai ada orang yang telah menjadikanku cermin. Aku pasti akan selalu bercermin di pagi hari setelah membuka jendela dan membiarkan angin menerpa wajahku.
Karangtengah, 2021
Hujan di Malam Minggu
Kupandangi hujan turun di malam minggu
Ada yang lebih gigil dari pada tubuh
Yaitu waktu
Dia terjepit di antara kesibukan
- Iklan -
Kesibukanku terbuat dari tubuhku yang membaca al Quran dan
Membaca diri dengan nurani ba’da maghrib
Tapi kini diisi dengan makan malam
Sebab perut lebih menuntut
Aku membiarkan hujan di malam minggu
Menggigilkan kebiasaanku yang hari ini hilang
Kucipta surga baru dengan dzikir
Di dapur ibu
2021
Di Balik Selimut
Aku terlalu lama berada dibalik selimut dininabobokan rasa hangat
Sibuk bertualang dari kenangan menuju masa depan yang masih hanya terkaan
Selimut telah menutupi ceritaku yang seperti perempatan jalan dengan lampu lalu lintas mati
Dan orang akan melihat hidupku baik-baik saja
Di dalam selimut
Tapi di sini, aku masih melukis doa sendiri
Mengikuti instruksi hati
Maka biarkan aku sebentar lagi di dalam selimut
Meski maut terus berjalan menuju arahku
Purwokerto, 2021
Melepas Sandal
Ray, kurasa sudah waktunya kita melepas sandal sejenak
Memandang kedua kaki kita yang sudah menulis jejak begitu panjang
Kita menikmati matahari terbit
Membuka doa-doa menuju amin
Atau menghirup aroma malam yang hampir habis
Melepas sendal
Mengamati garis kaki yang mengantar kita
Menuju kebaikan selanjutnya
Bisakah juga kita melepas sejenak daftar aktivitas yang tak akan tuntas selama perjalanan usia
Seperti perdebatan menumpuk cicilan
Dan juga menambah daftar belanjaan
Ray, kita perlu melepas sandal
Dan masuk ke dalam masjid
Mensujudkan segala doa dan menitipkannya
Kepada yang kuasa
Karangtengah, 2021
Komedi Putar
Ney hanya memandangi komedi putar,
gemerlap lampu pada tiang penyangga
juga pada besi kecilnya
anak-anak di tempat duduk melepas teriakan
tangan-tangan menggenggam erat pegangan kayu
karcis Ney sudah ada di kantong baju,
tapi keberanian belum datang
putaran permainan hampir habis
seorang anak turun dengan pelan sambil menangis
seorang anak turun dengan berlari dan tertawa
kemudian mencari karcis selanjutnya untuk
menebus kebahagiaannya yang belum selesai
Ney, telah banyak kehilangan malam
kehilangan putaran komedi putar hingga
seorang petugas mendekatinya
“apakah kau akan menggunakan karcismu sebagai penonton ?”
Ney masih diam
komedi putar menunggu jawabanya
waktu terus berjalan, akhirnya semua anak-anak kehilangan permainannya
sebab jam dua belas menyuruh siapapun di dalam permainan
untuk pulang
Rajawana, Juli 2020
*Irna Novia Damayanti. Lahir di Purbalingga, 14 September 1992. Beralamat di Rajawana Rt19/07 Kec.Karangmoncol Kab.Purbalingga. Seorang Santri di Pesantren Mahasiswa An Najah Purwokerto. Aktif di Komunitas Sastra Santri Pondok Pena.