Oleh: Rio F. Rachman
Masjid dan segala elemen yang terintegrasi di dalamnya, termasuk jamaah dan aset yang dimiliki oleh tempat ibadah tersebut, memiliki potensi besar bagi kemaslahatan umat. Faktanya, telah banyak masjid yang sukses melahirkan sekolah Islam, sistem ekonomi mikro yang berorientasi rakyat, pilar dakwah, dan berbagai kiprah lain di banyak bidang.
Tak sedikit pula masjid yang pekarangannya dikelola dengan orientasi pelestarian lingkungan. Maksudnya, penghijauan di sana dioptimalkan oleh masyarakat setempat.
Sebagai contoh, Masjid Baitul Halim di Kelurahan Babatan Kecamatan Wiyung Surabaya. Meskipun berada di salah satu kota besar di Indonesia, pekarangan di masjid itu dipergunakan secara maksimal untuk penghijauan produktif.
- Iklan -
Lahan-lahan kosong tak hanya ditanami bunga atau tanaman hias. Lebih dari itu, ada banyak pohon papaya dan pohon kelor. Hasil dari pepohonan tersebut boleh diambil oleh warga sesuai kebutuhan. Khususnya, pohon kelor yang jumlahnya tak kurang dari sepuluh batang dengan daun-daun yang rimbun.
Penduduk setempat kerap mengambil daun-daunnya nyaris tiap hari. Pasalnya, daun kelor tergolong super food yang memiliki banyak nutrisi dan aneka khasiat. Ada yang menjadikannya sayur, dijus untuk kemudian diminum, maupun dikeringkan lalu dijadikan teh kelor.
Di satu sisi, apa yang dilakukan warga setempat untuk memelihara pepohonan produktif di sekitar masjid tampak sepele. Namun, apakah semua masjid melakukan strategi dengan konteks maupun konsep serupa?
Tentu saja, banyak masjid yang sudah melakukannya. Walau demikian, mesti diakui pula kalau tidak semua masjid yang sejatinya punya kesempatan melakukan hal ini, telah merealisasikannya.
Artinya, apa yang ada di Baitul Halim tergolong unik. Sehingga, bisa pula menjadi inspirasi bagi tempat ibadah lain.
Manfaat masjid tidak hanya bisa dirasakan dari kegiatan sosial yang dilakukan, air bersih yang disediakan di tempat wudhu maupun kamar mandi, lahan parkir yang bisa dipakai warga dengan infak yang hasilnya dikembalikan lagi pada jamaah dalam bentuk program positif, maupun dari wifi internet yang telah disiapkan.
Pekarangannya pun dioptimalkan untuk kepentingan umat. Potensi yang ada di Masjid Baitul Halim diupayakan bisa dikelola secara maksimal.
Kenyataan ini juga menunjukkan keluwesan spirit masjid yang tidak melulu soal pengajian, gerakan sosial, pembelajaran politik (tentu saja wawasan politik juga perlu dimiliki kaum muslimin), maupun konstelasi pengembangan ekonomi dan bisnis. Perkara pelestarian lingkungan selayaknya tidak pernah luput dari perhatian umat Islam.
Tujuan Pembangunan Berkelanjutan
Pada 2015 lalu, Perserikatan Bangsa-Bangsa menetapkan tujuh belas poin tujuan pembangunan berkelanjutan. Berkenaan dengan itu, Presiden Joko Widodo mengeluarkan Peraturan Presiden nomor 59 tahun 2017 tentang Pelaksanaan Pencapaian Tujuan Pembangunan Berkelanjutan. Perpres tersebut merupakan komitmen agar pelaksanaan dan pencapaian tujuan pembangunan berkelanjutan dilaksanakan secara partisipatif dengan melibatkan seluruh pihak.
Tujuh belas poin tujuan pembangunan berkelanjutan itu antara lain, tanpa kemiskinan, tanpa kelaparan, kehidupan sehat dan sejahtera, pendidikan berkualitas, kesetaraan gender, air bersih dan sanitiasi layak, energi bersih dan terjangkau, pekerjaan layak dan pertumbuhan ekonomi, serta optimalisasi industri, inovasi, dan infrastruktur.
Tujuan lainnya adalah berkurangnya kesenjangan, kota dan pemukiman yang berkelanjutan, konsumsi dan produksi yang bertanggung jawab, penanganan perubahan iklim, ekosistem lautan, ekosistem daratan, perdamaian keadilan, dan kelembangaan yang tangguh, serta kemitraan untuk mencapai tujuan.
Bila diperhatikan, apa yang dilakukan oleh warga di sekitar Masjid Baitul Halim sehubungan dengan kerja-kerja kepedulian terhadap lingkungan selaras dengan beberapa poin tujuan pembangunan berkelanjutan. Di antaranya, kehidupan sehat dan sejahtera, kota dan pemukiman yang berkelanjutan, serta ekosistem daratan.
Eksistensi lingkungan yang bersih dan kebersamaan masyarakat pasti membuat fisik dan mental menjadi sehat. Asupan oksigen dan kesegaran mata melihat keasrian di sekitar selalu terjaga. Hubungan sosial yang penuh kebersamaan menciptakan kerukunan dan kenyamanan hidup.
Dengan kata lain, kota dan pemukiman di dalamnya bisa berlangsung secara terus-menerus dengan sejahtera. Kota menjadi layak huni. Komunitas di dalamnya puas dan bahagia.
Terpenting, semua aktifitas berorientasi lingkungan pasti punya dampak positif pada ekosistem. Dalam konteks ini, ekosistem di daratan. Maksudnya, pelestarian lingkungan yang dijalankan pasti punya efek positif bagi kesehatan dan kebersihan. Pada gilirannya, membuat hidup segenap masyarakat lebih berkualitas, produktif, sehat serta bahagia. (*)
-Dosen Institut Agama Islam Syarifuddin Lumajang
Dapat dilihat pada artikel diatas, antara gambar dan judul mauount isi artikel sudah cocok, akan tetapi gambar kurang menunjukkan lingkungan lebih luas lagi jadi foto masjidnya dan juga pekarangan nya kurang begitu digambarkan.
Jika angle nya diambil lebih jauh lagi maka akan bisa memperlihatkan suasana atau keadaan yang lebih luas lagi.
Foto yang diambil kurang bermakna bahwa itu masjid, gambar masjid dan lingkungannya kurang penuh, sehingga seperti bukan masjid dan lingkungan pada gambar tersebut
Judul dengan isinya sudah cocok akan tetapi untuk fotonya kurang cocok, karena dalam gambar tersebut tidak menunjukkan kalau itu adalah gambar masjid, mungkin fotonya kurang diluaskan lagi soalnya dari apa yang saya lihat itu lebih ke foto rumah yang didepannya ada pohon” nya, foto masjidnya kurang jelas karena tertutupi oleh pohon kelor dan pohon yang lainnya.