Temanggung – Sastrawan muda Niam At-Majha didapuk menjadi narasumber dalam Webinar Lierasi bertajuk “Pemuda Kembangkan Citra Pahlawan Bangsa dengan Berkarya” yang digelar Lembaga Pers Mahasiswa (LPM) Grip Institut Islam Nahdlatul Ulama (INISNU) Temanggung, Sabtu (27/11/2021).
Dalam sambutannya, Pjs Wakil Rektor I Bidang Akademik dan Kemahasiswaan INISNU Hamidulloh Ibda menegaskan bahwa kegiatan LPM Grip tersebut sangat bagus untuk menumbuhkembangkan kemampuan literasi sastra. “Bangsa kita saat ini mengacu tren mutu global yang fokus pada literasi, sains, dan numerasi. Sastra adalah bagian dari kemampuan dalam literasi karena ia berkaitan dengan kemampun membaca, menulis, dan berekspresi,” beber penulis buku Media Literasi Sekolah tersebut.
Dewan Pengawas Lembaga Penyiaran Publik Lokal (LPPL) Temanggung TV ini juga menegaskan bahwa sastra menjadi jawaban atas pergeseran karakter bangsa saat ini. “Al-Quran itu kitab suci yang nilai sastranya sangat tinggi. Untuk menafsirkannya kita harus memenuhi syarat-syarat penafsir. Seperti paham Bahasa Arab, Nahwu, Sharaf, Balagah, Ilmu Mantiq, Hafal Al-Quran dan memiliki etika. Hal ini bisa diduplikasi dalam menulis dan mengembangkan karya sastra karya karya sastra itu bukan karya biasa,” tegas mahasiswa Doktoral UNY tersebut.
Dalam pemaparannya, Niam yang juga editor puisi LP. Ma’arif NU Jateng ini menegaskan bahwa puisi intinya genre karya sastra yang berisi ungkapan perasaan penyair, berisi rima dan irama, dan diungkapkan dalam pilihan kata yang cermat dan tepat.
- Iklan -
Untuk menulis puisi, Niam memberikan sejumlah langkah. Pertama memilih tema yang disukai. Kedua, memilih kata atau diksi yang tepat. Ketiga, menulis apa yang kita rasakan dan banyak membaca puisi karya penyair lain. Keempat, menulis puisi dengan prinsip puisi adalah letupan hati, bukan ledakan pikiran. Kelima, memperhatikan hal-hal di sekitar kita agar dalam menulis puisi kita lebih mengena.
Dalam menjawab soal susahnya mencari ide, peraih Nominasi Penghargaan Prasidatama Balai Bahasa Jawa Tengah ini menegaskan semua yang dilihat mata dan didenger telinga adalah ide dan bisa menjadi bahan menulis puisi.
Ketua Komite Sastra Dewan Kesenian Pati 2015-2018 ini juga menegaskan bahwa semua orang bisa menulis puisi. “Asalkan rajin membaca karya puisi penyair, praktik, membaca dan praktik lagi, maka kita akan bisa menulis puisi,” ujar penulis buku Nostalgi dan Melankoli tersebut.
Niam yang pernah mendapat pengarhagaan Puisi Terpilih dalam Lentera Sastra II Antologi Penyair Lima Negara tahun 2014 ini mengajak agar para peserta menghargai proses dan jangan cepat-cepat karya ingin dihargai. “Mie instan saja, untuk kita makan, butuh waktu lama dan tidak instan,” beber dia. (*).