Oleh: Muh. Husen Arifin
Masa pandemi covid-19 selama satu tahun ini kegiatan membaca buku tidak dapat kita saksikan di sekolah. Hadirnya buku-buku sebagai sumber belajar tidak dapat kita baca di perpustakaan sekolah.
Akibat pembelajaran daring yang tidak lagi membutuhkan sumber belajar di sekolah, tentu di satu sisi sangat kurang baik. Minat baca siswa bukan lagi menjadi ukurannya, sementara itu buku-buku di perpustakaan sekolah tampak rapi.
- Iklan -
Oleh karena itu, kita perlu mencari arah pengembangan perpustakaan sekolah di masa mendatang. Kemana kita menempatkan buku-buku sebagai jendela dunia bagi siswa? Sejalan dengan kebutuhan belajar daring tanpa ada buku fisik yang biasanya dapat dipinjam dari perpustakaan sekolah.
Di sisi lain, perpustakaan sekolah tak akan seramai dulu mendapatkan pengunjung dari siswa. Ketika pembelajaran tatap muka dilaksankan di bulan Juli 2021 ini, maka perpustakaan sekolah tidak memungkinkan adanya kerumunan. Otomatis perpustakaan sekolah sepi pembaca. Buku-buku yang tersedia hanya dapat dipinjam ketika dibutuhkan dan peminjamnya pasti terbatas.
Tidak mudah menjadikan perpustakaan sekolah hari ini sebagai ruang terwujudnya minat baca siswa selain di ruang kelas. Siswa di sekolah dalam adaptasi kebiasaan baru tentu saja memiliki keterbatasan dalam berinteraksi baik kepada teman, guru, dan ruangan.
Data dari Jendela Kemendikbud menyebutkan bahwa jumlah seluruh perpustakaan sekolah di Indonesia yaitu 145.766 unit perpustakaan, namun belum semua sekolah di Indonesia memiliki perpustakaan sendiri, masih terdapat kesenjangan kepemilikan perpustakaan sekolah. Bahkan data dari BPS tahun 2019 hanya 66,14 persen perpustakan sekolah dari total 148.673 sekolah di Indonesia.
Sejauh ini, sekolah masih sangat jarang memiliki blueprint untuk perpustakaan sekolah. Sementara dalam peraturan pemerintah nomor 24 tahun 2014 mewajibkan setiap sekolah memiliki perpustakaan. Kebijakan dari permen tersebut belum banyak direalisasikan. Maka kiranya perlu mendapatkan perhatian serius nasib pengembangan dari perpustakaan sekolah.
Sekolah memiliki tugas untuk mewujudkan perpustakaan sekolah yang representatif. Sebab kebutuhan sumber belajar dari buku cetak tetaplah sebagai langkah tepat. Sekalipun ada arahan menggunakan buku elektronik, namun di masa usia sekolah dasar buku cetak tetaplah sangat laik untuk diberikan dan dianjurkan.
Arah di dalam mengembangkan perpustakaan sekolah di masa adaptasi kebiasaan baru harus dimulai dari kebijakan sekolah. Kebijakan dari kepala sekolah bagaimana menyelesaikan dan mengembangkan perpustakaan sekolah. Dalam hal ini sebagai usulan bahwa kebijakan dari Dinas Pendidikan harus mengetahui prospek dan pengembangan perpustakaan masing-masing sekolah.
Kemudian pengembangan perpustakaan sekolah dapat didesain dengan mengikuti arahan dan langkah-langkah yang tepat, dengan harapan sesuai dengan kapasitas siswa di sekolah. Dampak ada pengembangan untuk ruang perpustakaan sekolah, dengan demikian fungsi perpustakaan di sekolah sangat tepat yaitu untuk membuka minat anak dalam mengembangkan ilmu pengetahuan.
Atas dasar hal tersebut, maka sekolah sudah seharusnya mampu menjembatani antara minat baca siswa dan ketersediaan ruang perpustakaan sekolah. Ruang perpustakaan dapat sebisa mungkin didesain sesuai dengan kondisi saat ini.
Perpustakaan Digital
Kesan eksklusif dan mewah. Bukan berarti hal baru adanya perpustakaan digital. Namun perpustakaan sekolah beralih ke koleksi digital masih jarang terealisasi. Pada dasarnya sekolah yang ingin merealisasikan masih dalam tahap perencanaan. Sampai saat ini, promosi untuk membaca buku dari perpustakaan digital yang dikembangkan dari sekolah belum ada.
Ditinjau dari pendanaan mungkin mahal tetapi untuk proyeksi perpustakaan sekolah jangan panjang akan sangat bermanfaat. Sebab peminjaman buku siswa sesuai dengan era teknologi sekarang. Siswa sudah mulai mengenal teknologi, dapat juga memberikan layanan pinjaman buku berbasis elektronik.
Namun kiranya siapkah sekolah menggelontorkan anggarannya untuk beralih fungsi dari layanan konvensional ke layanan digital untuk perpustakaannya? Tujuannya tentu untuk meningkatkan kemampuan siswa untuk membaca buku tetap terasah dan tetap meningkat.
Pembicaraan tentang perpustakaan digital dikembangkan di sekolah memang butuh waktu, pikiran, dan dana. Akan tetapi tidak ada salahnya jika dilaksanakan secepat mungkin. Proses ini memberikan dampak positif signifikan. Selain memberikan peluang kepada siswa untuk menggali banyak ilmu pengetahuan dan memudahkan siswa di dalam mempelajari pelbagai buku yang dibaca sebaik-baiknya.
Koleksi digital di perpustakaan sekolah merupakan satu keniscayaan. Sebab siswa generasi Z dan generasi Alpha sangat konsentrasi dengan gawai. Mereka tidak dapat terpisahkan, maka dari itu hadirnya perpustakaan berbasis teknologi untuk memberikan akses secara baik dalam koleksi buku digitalnya. Harapan terbesar, realiasi perpusatakaan digital di sekolah bukan lagi isapan jempol belaka. (*)
Pengajar di Universitas Pendidikan Indonesia Kampus Cibiru